“Tapi Yang Mulia,” sergah pak nelayan. “ Sebelum hamba dicambuk, hamba meminta kepada Yang Mulia untuk memanggil penjaga gerbang istana..”
“Untuk apa??”tanya raja heran.
“Sebab, sewaktu hamba ingin masuk ke istana tuanku paduka, hamba dicegah oleh penjaga gerbang istana dan mengatakan kepada hamba untuk membagi imbalan yang tuanku paduka raja berikan kepada hamba kalau tidak hamba tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam istana paduka. Disebabkan keinginan hamba yang teramat sangat untuk membahagiakan tuanku raja, maka hamba menyetujui apa yang diinginkan penjaga gerbang tersebut. Tapi sekaligus hamba ingin memberinya pelajaran agar tidak diulanginya di kemudian hari. Jadi hamba dengan tulus ikhlas ingin berbagi imbalan tersebut dengan si pengawal.”
Sang raja tertawa sewaktu mendengar penjelasan dari pak nelayan.
“Kau adalah nelayan yang sangat pintar sekali. Aku hargai keberanianmu itu. Dan juga kau sangat setia sekali kepadaku. Sebaliknya, dari peristiwa ini aku jadi tahu, seperti apa orang-orang yang bekerja denganku. Pengawal.. Panggil penjaga gerbang itu..”
Pada saat penjaga gerbang menghadap sang raja, maka beliaupun berkata,
“Aku dengar bahwa kau ingin berbagi imbalan dengan nelayan itu. Dan imbalan yang diminta oleh nelayan itu adalah tiga puluh kali cambukan. Sebagai orang dalam istana, sebaiknya kau dulu yang menerima imbalan. Namun setelah aku pertimbangkan kembali, melihat perbuatanmu, alangkah pantasnya apabila semuanya saja kau ambil.”
Setelah hukuman cambuk selesai dilaksanakan, raja memerintahkan pengawal untuk mengusir penjaga gerbang itu dari istana.
Dan sebagai imbalan yang pantas untuk sang nelayan, maka pak nelayan tersebut diangkat menjadi Penasihat raja..
RENUNGAN KITA HARI INI:
Mungkin kisah ini adalah cerminan dari sistem birokrasi kita. Dengan Pameo “ kalau bisa dipersulit Kenapa harus dipermudah” kegiatan seperti diatas sering terjadi terutama di instansi-instansi milik pemerintah.