Saat ini, kita sama-sama merasakan berada dalam kondisi yang seakan mendorong kita untuk tidak mengenal siapa diri kita. Jati diri, Karakter dan Keteladanan, meskipun sudah melekat dalam diri manusia, tapi tidak semua menyadarinya. Umumnya orang terlalu gampang melupakan dan mengabaikannya sehingga kita mudah terombang-ambing seperti kehilangan arah.
Setiap orang pasti punya pengalaman hidup masing-masing. Ada yang baik, ada yang buruk bahkan ada yang memalukan. Orang yang bijak pasti paham bahwa “pengalaman adalah guru terbaik” sehingga mereka tidak akan pernah menginginkan pengalaman buruk terulang kembali. Belajar dari pengalaman bukan berarti melulu belajar dari pengalaman pribadi, tapi bisa juga belajar dari pengalaman orang lain. Meskipun tidak semua orang yang suka “pengalaman buruknya” diketahui orang lain atau malah dijadikan “bahan pelajaran”. Sehingga mereka sedapat mungkin melupakan kenangan hidup yang kurang menyenangkan.
Memang sulit untuk berubah. Tapi hal itu tetap harus dilakukan. Karena manusia yang tidak mau menyesuaikan diri dengan perubahan akan tertinggal. Menurut Imam Ghozali, mewujudkan proses perubahan tidak mungkin berhasil tanpa adanya suri tauladan yang melekat pada proses tersebut.
Menemukan jati diri merupakan tahap membuka mata hati sehingga kita mampu menampilkan diri kita yang sesungguhnya. Kita perlu secara sadar membangun karakter sebab hal itu merupakan proses berkelanjutan yang akan mendorong kita untuk menjadi seseorang yang konsisten dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Jika kita mampu memadukan kompetensi dan karakter, maka kita tinggal mengusahakan adanya tuntunan Ilahi untuk mencapai keterpaduan antara IQ,EQ dan SQ.
Apabila kita mampu menghayati, memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang dikandung dalam agama yang kita anut, niscaya kita akan menemukan Makna Hidup, yang berarti tercapainya kebahagiaan.
Untuk itu marilah kita bangkit dari keterpurukan. Marilah kita bangkitkan kembali Jati Diri bangsa, karena suatu Negara akan bangkit dan jaya bukan karena kompetensi dan kekayaan alamnya semata, tapi juga karena karakter dari bangsa tersebut.
Hari depan bangsa ada ditangan generasi penerus yang memiliki jati diri dan mempunyai karakter sebagai pemimpin yang mempunyai komitmen dan siap menjadi Suri Tauladan….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H