Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Membangun Karakter Bangsa

18 Juni 2015   13:56 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:43 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini, kita sama-sama merasakan berada dalam kondisi yang seakan mendorong kita untuk tidak mengenal siapa diri kita. Jati diri, Karakter dan Keteladanan, meskipun sudah melekat dalam diri manusia, tapi tidak semua menyadarinya. Umumnya orang terlalu gampang melupakan dan mengabaikannya sehingga kita mudah terombang-ambing seperti kehilangan arah.

Setiap orang pasti punya pengalaman hidup masing-masing. Ada yang baik, ada yang buruk bahkan ada yang memalukan. Orang yang  bijak pasti paham bahwa “pengalaman adalah guru terbaik” sehingga mereka tidak akan pernah menginginkan pengalaman buruk terulang kembali. Belajar dari pengalaman bukan berarti melulu belajar dari pengalaman pribadi, tapi bisa juga belajar dari pengalaman orang lain. Meskipun tidak semua orang yang suka “pengalaman buruknya” diketahui orang lain atau malah dijadikan “bahan pelajaran”. Sehingga mereka sedapat mungkin melupakan kenangan hidup yang kurang menyenangkan.

Memang sulit untuk berubah. Tapi hal itu tetap harus dilakukan. Karena manusia yang tidak mau menyesuaikan diri dengan perubahan akan tertinggal.  Menurut Imam Ghozali, mewujudkan proses perubahan tidak mungkin berhasil tanpa adanya suri tauladan yang melekat pada proses tersebut.

Menemukan jati diri merupakan tahap membuka mata hati sehingga kita mampu menampilkan diri kita yang sesungguhnya. Kita perlu secara sadar membangun karakter sebab hal itu merupakan proses berkelanjutan yang akan mendorong kita untuk menjadi seseorang yang konsisten dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Jika kita mampu memadukan kompetensi dan karakter, maka kita tinggal mengusahakan adanya tuntunan Ilahi untuk mencapai keterpaduan antara IQ,EQ dan SQ.

Apabila kita mampu menghayati, memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang dikandung dalam agama yang kita anut, niscaya kita akan menemukan Makna Hidup, yang berarti tercapainya kebahagiaan.

Untuk itu marilah kita bangkit dari keterpurukan. Marilah kita bangkitkan kembali Jati Diri bangsa, karena suatu Negara akan bangkit dan jaya bukan karena kompetensi dan kekayaan alamnya semata, tapi juga karena karakter dari bangsa tersebut.

Hari depan bangsa ada ditangan generasi penerus yang memiliki jati diri dan mempunyai karakter sebagai pemimpin yang mempunyai komitmen dan siap menjadi Suri Tauladan….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun