Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kloning Embrio Manusia

21 Mei 2015   14:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perkembangan bioteknologi saat sekarang ini makin “ menggila “. Keberhasilan manusia menggandakan sepotong gen dari satu organism ke organism lainnya memungkinkan protein manusia di produksi oleh binatang. Selanjutnya protein tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk tujuan-tujuan tertentu. Walaupun tingkat keberhasilan teknologi tersebut masih relative rendah.

Penemuan yang satu belum beres, muncul penemuan yang lain lagi. Pada teknologi ini bukan gen lagi yang dikloning melainkan embrio manusia. Embrio yang baru berumur dua hari dapat digandakan jumlahnya sehingga semua embrio tersebut menjadi manusia-manusia kembar.

Percobaan cloning embrio manusia tersebut saat ini masih menggunakan embrio dengan tiga sel kromosom pada setiap sel somatiknya. Embrio jenis ini digunakan karena embrio jenis ini tidak akan bisa bertahan untuk menjadi manusia sempurna. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya perdebatan di dalam masyarakat yang keberatan dengan para ilmuwan karena menggunakan manusia sebagai objek utuk direkayasa.

Apabila teknologi cloning embrio ini sudah semakin mapan dalam dunia kedokteran, ini akan menjadi suatu harapan bagi wanita-wanita yang kebetulan sulit mempunyai keturunan. Apalagi teknologi cloning ini dapat juga digunakan dalam proses bayi tabung dimana dalam proses tersebut untuk memperbesar peluang terjadinya kehamilan , harus lebih dari satu embrio yang ditanam kedalam rahim ibu dengan harapan agar embrio tersebut dapat berkembang biak di dalam rahim.Karena ada pasangan yang tidak  bisa menghasilkan lebih dari satu embrio, maka kemungkinan kehamilannya Cuma 10-20 persen. Sehingga dengan teknologi cloning embrio, si ibu tidak perlu “dipaksa” menghasilkan lebih banyak sel telur. Tentu saja hal ini dapat mengurangi tingkat stress yang dialami si ibu pada saat menjalani metode ini.

Sekali embrio yang dihasilkan dari pertemuan antara sel telur sang istri dengan sel sperma suami terbentuk, maka embri tersebut saja yang di cloning. Jadi, selain dapat meningkatkan efisiensi dalam teknologi bayi tabung, pasangan tersebut juga dapat menentukan jumlah anak yang akan dilahirkan. Lantas interval kelahirannya pun dapat ditentukan oleh pasangan tersebut. Begitu juga dengan jenis kelaminnya. Semua dapat ditentukan oleh pasangan tersebut.

Tinggal kita yang menentukan, apakah teknologi ini pantas buat kita atau tidak….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun