"Sim Salabim abra katabra," teriak pemuda berbaju biru muda di tengah kerumunan penonton.
"Bukan sulap bukan sihir," tambahnya melalui microphone hingga suaranya melengking di udara.
"Huuuusss," nada memanjang, bibir bergerak dan tangan meliuk liuk.
Sebuah kotak warna merah terangkat ke atas. Pemuda tadi dengan tangan bergerak-gerak menunjuk ke arah kotak.
Dua orang penjaga sigap berdiri di samping kotak yang telah ditutup kain warna merah dengan gambar bintang warna kuning di tengahnya.
Penonton terkesima. Perempuan, orang dewasa, anak-anak dan remaja larut dalam suara layaknya permainan atraksi.
"Di dalam kotak itu sebentar lagi akan keluar anak gajah, brreeeeeemm," penonton dengan tenang menyaksikan dengan khitmat.
Sesekali kotak yang sudah dibalut kain merah bergerak gerak. Terangkat ke atas lalu jatuh lagi. Terangkat lagi, jatuh lagi. Berulang kali.
Seperti terhipnotis, ratusan penonton menyaksikan kotak itu dengan seksama. Berharap seekor anak gajah bisa keluar. Ada yang duduk, dan sebagian lainnya sambil berdiri. Terlihat wajah-wajah penasaran.
Memang, sekilas kemampuan monolog penjual obat kali lima bisa menghipnotis ratusan penonton. Meski kadang kerap tidak seperti yang disampaikan, tapi penonton dengan sabar menanti.
penontonInilah kemampuan orasi dalam bahasa lain. Bagaimana seorang pedagang obat kaki lima mampu menyuguhkan orasi yang lumayan menarik. Ini keahlian tersendiri baginya. Seni merangkai kata yang mampu memikat pendengar.