Di tengah sunyi malam yang penuh tanya, Aku mendengar bisikan hati yang lelah...
cerita yang pernah kurangkai , jejak-jejak luka yang terus akan berulang-ulang,
dan harapan yang perlahan meredup bak lilin di ujung lorong yang kelam..
Kita pernah berbicara tentang kehilangan Api yang dulu membakar semangat,
Tentang keluhan yang menari diudara, membuat kesalahan jadi beban yang kian menekan.
bagaimana mungkin mudah menenangkan hati oarang asing, sedangkan diri sendiri tersesat dalam kebimbangan yang sepi?
Dalam cermin logika yang terus menantang, terpancar ironi:
kepintaran memberi kedamaian pada dunia, namun bagai debuh jatuh, tak mampu mencapai kehangatan sendiri.
setiap kata, setiap nada adalah benih yang tersisip dalam jiwa, menanti untuk tumbuh dalam kesendirian yang kadang mengepakan sayap kecewa.
namun... dibalik retakan di celah waktu, ada secercah kebenaran yang bersinar nyata- Bahwa setiap luka, setiap salah melangkah, adalah bait dalam puisi kehidupan, mengajarkan bahwa maaf pada diri sendiri adalah kunci membuka gerbang pada harapan baru.
Dalam dialog antara keheningan dan logika, aku belajar meskipun kebenaran mungkin hanya sekejap, Cerita, suara, dan sifat yang pernah kucurahkan menjadi jejak yang abadi pada ruang hati orang lain. Meski waktu berhenti tanpa henti, keindahan hidup tak pernah pudar.
Mari kita, mereka dan kamu mengahayati setiap detik yang tersisa, Biar keluhan menjadi lilin, menerangi jalan... biarkan kejatuhan menjadi pembukan jalan untuk kebangkitan hati yang kembali merajut mimpi, dalam keheningan yang merajut logika, menggugah jiwa untuk kembali mencitai diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI