Mohon tunggu...
arslonga vitabrevis
arslonga vitabrevis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Almost human barely lunarian

Selanjutnya

Tutup

Money

Menerjemahkan Keberadaan Laundry

7 Januari 2013   15:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:24 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dengan semakin berkembangnya aktivitas kewirausahaan saat ini, memberikan dampak positif dengan lahirnya berbagai usaha. Bisnis laundry kiloan bisa menjadi alternatif pilihan untuk berwirausaha. Bisnis laundry mulai berkembang di tahun 1990-an, sejak adanya sistem franchise atau waralaba dari luar negeri. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul bisnis sejenis yang menggunakan waralaba lokal dan agency system yang dapat memberikan layanan dengan harga terjangkau. Layanan yang tadinya hanya bisa dinikmati oleh masyarakat kelas atas, kini bisa dijangkau oleh kelas menengah dan bawah. Mengkaji tentang fenomena keberadaan laundry sangatlah unik untuk ditelisik lebih dalam. Bisnis sektor jasa ini kian menjamur dan saling bersaing satu sama lain. Seiring dengan semakin banyaknya bisnis sektor jasa ini mau tak mau mereka yang menjalankan bisnis ini harus memiliki strategi dan siap saling sikut satu dengan yang lain untuk meraup konsumen dan keuntungan yang signifikan. Dalam sejarahnya di dunia, laundry pada awalnya hanya dilakukan di sungai. Dengan adanya revolusi industri yang terjadi di Inggris kala itu, ditemukanlah mesin cuci yang kini di pakai oleh usaha laundry tersebut. Kenapa kemudianbisnis laundry kiloan ini muncul dan dapat berkembang begitu pesatnya tentu memunculkan pertanyaan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan tiga teori, yakni teori kapitalisme, teori perilaku dan budaya konsumen, dan teori gaya hidup. Yang mana ketiga teori itu saling terkait satu dengan yang lainnya.

Bagi mereka yang menjalankan bisnis ini tentu tak lepas dari keberadaan sistem ekonomi kapitalisme yang kini tengah booming-booming-nya di dunia. Sistem ekonomi kapitalisme ini menuntut kekreatifitasan dan kebebasan individu dalam berusaha. Dengan seperti itu maka usaha ini kemudian muncul dan menjadi alternatif pilihan bagi mereka. Kapitalisme adalah suatu model perekonomian yang berorientasikan pada produksi untuk pertukaran pasar menyediakan kondisi-kondisi optimal bagi kemampuan produksi jangka panjang (dan selalu berkembang) yang dilandaskan pada teknologi modern (Berger, 1990:306). Seperti pada awal sejarahnya pada mulanya laundry ini dilakukan di sungai, setelah adanya revolusi industri di Inggris ditemukanlah mesin cuci yang kini digunakan oleh usaha tersebut. Di Indonesia sebagai usaha bidang jasa usaha ini mengincar pangsa pasar khususnya para mahasiswa maupun pekerja kantoran yang tidak memiliki waktu untuk mencuci. Kapitalisme percaya pada ekonomi pasar yang diletakkan dalam sistem persaingan, kompetisi bebas dan persaingan sempurna. Ini bisa dilihat di lapangan, antara usaha laundry satu dan yang lain saling bersaing utamanya di dalam penentuan harga juga kualitas pelayanan.

Kapitalisme mengartikan pemenuhan terhadap kepentingan individu berarti juga melakukan pemenuhan terhadap kepentingan masyarakat.[1] Jika dilihat dari salah satu ciri dari sistem ekonomi kapitalisme yang tercipta dari teori kapitalisme bahwa campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin untuk mengatur perekonomian menjadi efisien. Memang tak ada kebijakan pemerintah untuk mengatur usaha sektor bisnis ini, akan tetapi peran pemerintah di sini muncul untuk membuat kebijakan terkait dengan pencegahan dan pengelolaan lingkungan.[2] Hal tersebut dikarenakan laundry tentu menghasilkan limbah cucian atau limbah B3 yang akan membahayakan lingkungan. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan berkenaan dengan penempatan lokasi usaha laundry tersebut. Meski pemerintah tindak ikut menentukan ke mana arah jalan usaha laundry itu akan tetapi pemerintah tetap mengatur tatanan hukum agar terciptanya kenyamanan hidup bersama. Dan di dalam kapitalisme sendiri baik itu sistem ekonomi maupun melalui ideologi liberalisme-nya tidak menghilangkan peran pemerintah begitu saja. Pemerintah tetap berperan, hanya saja peran tersebut hanya di dalam lingkup penataan hukum demi kenyamanan.

Selain itu, keberadaan laundry ini juga didukung dengan teori perilaku dan budaya konsumen. Dalam ilmu ekonomi pada dasarnya ada dua model atau pendekatan dalam teori perilaku konsumen, yaitu yang dikenal dengan nama Marginal Utiliy dan Indeferensi. Teori Utility berpangkal dari “hasil” (manfaat) yang diperoleh konsumen bila ia mengeluarkan uang untuk membeli barang dan jasa. Teori Indeferensi merupakan penyempurnaan dari teori Utility. Menurut teori ini, seorang konsumen akan membagi-bagikan pengeluarannya atas berbagai macam barang maupun jasa sedemikian rupa hingga ia mencapai taraf pemenuhan kebutuhan yang terbaik (maksimal atau optimal) yang mungkin dicapainya sesuai dengan penghasilan yang  tersedia dengan harga-harga yang berlaku. Konsumen yang sudah terbiasa dengan kebiasaan menggunakan jasa laundry, untuk seterusnya konsumen akan memanfaatkan jasa ini. Seorang konsumen diandaikan bertindak rasional (meskipun kita tahu belum tentu untuk bertindak selalu rasional). Perilaku konsumen bertindak secara rasional di sini diartikan bahwa konsumen yang dalam melakukan tindakan atau mengonsumsi barang berdasarkan pada akal (nalar) serta prinsip ekonomi. Dasar pertimbangannya yaitu suatu produk barang maupun jasa dapat memberikan kegunaan maksimal, barang atau jasa tersebut betul-betul dibutuhkan, kualitas barang atau kualitas pelayanan jasa terjamin, harga terjangkau atau sesuai kemampuan. Perilaku konsumen yang konsumtif merupakan salah satu wujud dari kapitalisme, artinya perilaku dan budaya konsumen dengan masuknya sistem kapitalisme akan lebih konsumtif, mencari praktis dan instan-nya. Selain itu dari perilaku konsumen memunculkan asumsi bahwa para konsumen berusaha mencapai taraf pemenuhan kebutuhan yang “sebaik mungkin” atau setinggi-tingginya (maksimal). Konsumen akan mencari mana laundry yang memberikan pelayanan dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Konsumsi digunakan untuk menyebarkan berbagai image mengenai kesenangan dan keinginan yang bersifat alternatif. Laundry dijadikan alternatif pilihan ketika para konsumen tidak memiliki waktu untuk mencuci bagi mahasiswa maupun orang-orang yang disibukkan oleh pekerjaannya di kantor.

Teori berikutnya adalah gaya hidup, gaya hidup sendiri tak lepas dari teori yang di atas. Kedua teori ini berdiri sendiri-sendiri, karena ada hal yang lebih spesifik untuk dijelaskan oleh teori perilaku dan budaya konsumen maupun oleh teori gaya hidup. Dalam pengertian yang umum gaya hidup berarti karakteristik seseorang yang dapat diamati, yang menandai sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Karakteristik tersebut berkaitan dengan pola penggunaan waktu, uang, ruang, dan obyek-obyek yang berkaitan dengan semuanya. Perubahan gaya hidup dan tuntutan kesibukan, menjadikan sebagian masyarakat lebih memilih menggunakan jasa pencucian pakaian (laundry) untuk meringankan pekerjaan cuci-setrika mereka. Pun dengan harga yang ditawarkan akan memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menggunakan jasa laundry ini. Bisnis ini biasanya memilih lokasi di daerah yang banyak terdapat rumah kos atau rumah kontrakan mahasiswa ataupun karyawan. Setiap bisnis laundry menawarkan harga dan penawaran yang menarik serta memberikan kualitas yang terbaik kepada konsumennya. Dari uraian di atas tadi, dapat kita lihat bahwa trend mencuci di laundry sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, selain dapat meringankan pekerjaan cuci dan setrika, usaha laundry juga memberikan kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau. Hal ini menimbulkan sebuah paradigma baru bagi mereka yang tidak atau yang belum menggunakan jasa laundry. Akan ada sebuah keinginan untuk menggunakan jasa ini, karena ada anggapan mencuci sendiri sudah tidak sesuai dengan jaman.

Secara kasap mata keberadaan laundry sekarang ini memang kian menjamur. Jarak lokasi antar satu laundry dengan laundry lainnya terkadang berdekatan.[3] Bisa disimpulkan keberadaan, eksistensi dan semakin menjamurnya laundry selain dikarenakan sistem ekonomi (kapitalisme) yang menuntut kekreatifitasan dan kebebasan individu untuk turut serta memajukan perekonomian bangsa. Juga didukung oleh perilaku konsumen atau masyarakat khususnya mahasiswa dan karyawan kantor karena kesibukannya yang akan memunculkan perilaku konsumtif dan mengikuti kebiasaan. Kebiasaan akan menjadikan perilaku tersebut menjadi sebuah trend ataugaya hidup. Paradigma baru akan terbangun, klaim bahwa mencuci dan menyetrika akan dianggap tidak praktis, buang-buang waktu, dan ketinggalan jaman. Pandangan tersebut bisa muncul dari kalangan mahasiswa yang sebagian besar merupakan konsumen dari usaha laundry tersebut. Pihak usaha laundry pun perlu sadar diri bahwa keberadaannya telah memudahkan mereka-mereka yang tidak memiliki waktu untuk membersihkan dan merapikan pakaian mereka. Untuk itu usaha laundry sendiri harus meningkatkan kualitas pelayanan mereka dan tak lupa peduli terhadap lingkungan hidup dengan memperhatikan ke mana limbah mereka akan dilarikan.

DAFTAR PUSTAKA

Berger, Peter L. 1986. The Capitalist Revolution: Fifty Propositions About Prosperity, Equality, and Liberty. New York: Basic Books, Inc.

Viera, Mayasari. 2004. Steak dan Gaya Hidup. Skripsi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Yogyakarta.

[1]Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2174407-teori-teori-perubahan-sosial-kapitalisme/#ixzz2BAVHdYId

[2] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) dan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta,  Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara juga Peraturan Daerah   Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

[3] Bisa dilihat di kawasan jalan Selokan Mataram dan di kampung yang menjadi tempat kos para mahasiswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun