Mohon tunggu...
arslonga vitabrevis
arslonga vitabrevis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Almost human barely lunarian

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Untukmulah Bahasamu, Untukkulah Bahasaku

17 September 2012   12:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ada beberapa fase dimana kita mengembang diri yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Fase pertama adalah mendengar, kita dapat berbicara dari fase mendengar. Berbicara adalah fase terpenting dalam perjalanan hidup kita, untuk berkomunikasi secara primer kepada orang tua, guru/dosen, teman, atau bahkan pacar. Dalam fase ini, manusia akan berbicara dengan bahasa yang pertama kali mereka dengar. Kita semua tentu dapat berbicara, petanyaannya adalah sudahkah kita berbicara dengan baik dan benar?

Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu, bahasa nasional di dalam sumpah pemuda, bait ketiga, para pemuda berikrar “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Kenyataan yang ada sekarang adalah para pemuda Indonesia tidak peduli dengan bahasa nasional mereka, mereka yang peduli itupun tidak banyak dan yang peduli hanyalah orang-orang yang mempelajari dan mengajarkan bahasa Indonesia itu sendiri dan itu tidak banyak adanya. Sedikit cerita, saat PPSMB lalu para mahasiswa baru dibagi menjadi beberapa kelompok, tidak saling kenal dan bahasa yang kami gunakan adalah bahasa Indonesia. Percakapan bersama teman baru yang saya ingat adalah ketika dia menanyakan asal saya dari daerah mana, “asalmu darimana?” lalu saya jawab “saya dari Rembang” kemudian dia bilang “oh Rembang, berarti isa ngomong jawa tho? Yo wis lah ngomong jawa wae luwih enak.” Saya berpikir aneh, kita orang Indonesia tinggal di Indonesia  namun ketika kita berbicara menggunakan bahasa Indonesia kita merasa aneh dan tidak nyaman. Cerita lain ketika saya masih di kampong halaman saya Rembang, Jawa Tengah ceritanya mirip ketika itu saya menggunakan bahasa Indonesia namaun saya malah dicibir “alah sok ngota kowe.” Ada cerita lain dan yang baru-baru ini saya alami, ketika saya bersama enam orang teman duduk dan menikmati makanan di kantin kami pun saling ngobrol satu dari tujuh orang yang ada disitu bukan asli jawa sementara kami ber-enam berasal dari jawa. Dia merasa seperti terasingkan atau didiskreditkan oleh kami yang asyik ngobrol dengan bahasa jawa.

Miris sekali rasanya, anak muda sekarang lebih pede menggunakan bahasa asing, mereka menganggap menggunakan bahasa asing lebih keren, selain itu ada juga yang merujak dan memperkosa bahasa Indonesia. Dengan munculnya situs jejaring social facebook, twitter, dan lainnya semakin membuat estetika kebakuan bahasa Indonesia menjadi luntur. Bahasa Indonesia kini semakin turun derajatnya. Benar derajat bahasa Indonesia turun, oleh siapa dan apa? Bahasa daerah, bahasa gaul, bahasa campur-campur, itulah yang mendominasi setiap percakapan-percakapan dimana pun dan kapan. Tidak memungkiri kadang kita kesulitan dalam mencari, menemukan dan memperbaiki mana kalimat baku sesuai dengan EyD dan mana kalimat yang efektif.

Ada apa dengan bahasa Indonesia? Kita yang salah atau memang bahasa Indonesia itu salah bagi kita? Pertanyaan yang aneh memang namun pertanyaan aneh itu sangat pas ditanyakan untuk kita yang merasa aneh terhaadap bahasa kita senndiri. Apakah bahasa Indonesia itu bahasa yang dinamis atau bahasa yang miskin?

Perlu diketahui bahasa Indonesia adalah bahasa tersulit ketiga di Asia dan peringkat ke-15 tersulit di dunia. Bahasa Indonesia sendiri sudah dipelajari oleh 45 negara di dunia hebat bukan? Berikut ada beberapa fakta bahwa kita harus bangga menggunakan bahasaIndonesia. Menurut Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri Andri Hadi pada rapat pleno Kongres IX Bahasa Indonesia,

"Saat ini ada 45 negara yang ada mengajarkan bahasa Indonesia, seperti Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dan banyak negara lainnya," katanya. Mengambil contoh Australia, Andri Hadi menjelaskan, di Australia bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat. Ada sekitar 500 sekolah mengajarkan bahasa Indonesia. Bahkan, anak-anak kelas 6 sekolah dasar ada yang bisa berbahasa Indonesia".

Menurut Kompas, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua di Vietnam.

"JAKARTA, KOMPAS.com--Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kata seorang diplomat Indonesia.

"Bahasa Indonesia sejajar dengan Bahasa Inggris, Prancis dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diprioritaskan," kata Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad di Jakarta pada Jumat.

Perguruan tinggi disitu juga mengadakan lomba pidato dalam Bahasa Indonesia, lomba esei tentang Indonesia dan pameran kebudayaan. Universitas Hong Bang, Universitas Nasional HCMC dan Universitas Sosial dan Humaniora membuka studi Bahasa Indonesia.

"Jumlah mahasiswa yang terdaftar sampai Nopember 2008 sebanyak 63 orang dan menurut universitas-universitas itu, minat untuk mempelajari Bahasa Indonesia cenderung meningkat," kata Irdamis.

Bapak Marzukie Ali ketua DPR-RI pun mempunyai mimpi agar bahasa Indonesia kita ini dijadikan sebaggai bahasa nomor kedua di kawasan ASEAN setalah bahsa inggris dan mimpinya itu sudah disampaikan di forum KTT ASEAN lalu. Kemudian alasan apalagi yang akan kita kemukakan untuk tidak bangga dan belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun