Mohon tunggu...
Andi Eka Prima
Andi Eka Prima Mohon Tunggu... Guru - Blog Pribadi

“Proyek besar bukanlah ketika kita bisa membangun gedung gedung pencakar langit, melainkan ketika kita bisa membantu saudara saudara kita untuk membangun masjid, menghidupi anak anak yatim, membantu penghafal alquran dan kaumdhuafa. Karena itulah yang akan menjadikan passive Pahala kita ketika menghadap Allah SWT.”

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasib Seorang Anak Tiri or The Stepdaughter

1 Juli 2022   09:55 Diperbarui: 1 Juli 2022   10:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 " Lily kan bisa menggosok bajunya sendiri Bu, Nyanya!" kata Jasmine, meralat panggilanya pada istri ayahnya itu dengan sebutan Nyonya.

"Banyak membantah! Kau lupa, sejak ayahmu pergi tidah tahu kabarnya,  siapa yang memberimu makan? Kau makan dariku! Sewajarnya kau mengerjakan semua pekerjaan ini!" hardik Ny. Annet! "Domba- domba itu kan..." belum selesai Jasmine bicara, Nyonya Annet membentak lagi.

"Apa? Kau mau bilang itu domba- domba milik ayahmu? Tidak, kau hitung berapa tahun Ayahmu meninggalkan kita semua? Dombanya habis terjual dari kau masih kecil, semua domba- domba itu hasil menjual warisan orang tuaku! Bukan domba- domba Ayahmu!bentak Nyonya Annet. Begitu lama, saat dia berumur 7 tahun, dia belum mengerti soal peternakan yang selama ini  dikelola Ayahnya. " Tidak perlu rewel, tidak perlu membantah, sekarang kau setrika gaunnyaLy ! Cepat!".

"Iya cepetan! Aku harus tampil cantik saat bertemu Roger, aku ingin dia segera melamarku , aku tidak sabar ingin menjadi istri orang kaya!" seru Lyli, tersenyum senang menoleh pada Jasmine yang sedang menatapnya.

" Apa kamu lihat-lihat? Kamu iri? Tidak ada kisah cinderela disini, upik abu ya upik abu, tidak mungkin kau berharap bermimpi menikah dengan orang kaya. Lihat saja penampilanmu ! Pakaianmu lusuh, kulitmu tidak terawat, untung saja ibuku masih mau manampungmu disini!" hardik Lily lalu beranjak meninggalkan tempat itu, mengikuti Ny.Annet yang masuk kedalam rumah duluan. Jasmin menghela nafas lagi, dia harus sabar, dia bukanya tidak bisa berontak, kaur mungkin dari pada di permalukan seperti ini oleh ibu tiri dan saudara tirinya itu,  tapi dia masih berharap suatu saat ayahnya akan pulang kerumah ini. Masih teringkat di benaknya saat terakhir berpisah dengan Ayahnya. "Ayah akan pergi ke kota Nak, mungkin agak lama, kau bersama ibumu baik-baik dirumah ini ya sayang", pamit Ayahnya waktu itu,berjongkok didepannya, mengusap rambutnya beberapa kali. Mata jasmine berkaca-kaca saja menahan isak tangis yang tertahankan.

" beberapa hari saja tidak akan terasa. Biasanya Ayah juga kan sering ke kota. Pulangnya Ayah bawakan mainan, kau mau?" Ayahnya mengusap airmata yang menetes dipipinya. Hari itu adalah hari yang paling berat baginya. Entah kenapa dia sangat merindukan ayahnya waktu itu, sampai dia tidak rela Ayahnya pergi ke kota padahal biasanya memang Ayahnya sesekali pargi ke kota lain menjual domba-domba  hasil peternakannya. Ternyata yang di rasanya itu terjadi, Ayahnya tidak pernah pulang kerumah ini lagi. Tidak ada yang tahu keberadaanya apakah masih hidup atau sudah meninggal tidak ada yang tahu. Setiap pagi, Jasmine selalu menunggu dihalaman rumah melihat kearah jalanan yang beraspal dan berkelok- kelok, berharap bahwa Ayahnya akan pulang dan membawakanya mainan seperti yang Ayahnya janjikan.

Hingga belasan tahun sudah berlalu dan dia tumbuh dewasa. Dia tidak pernah melihat Ayahnya lagi. Meskipun seperti itu Jasmine selalu berharap ayahnya akan pulang suatu saat nanti, tapi entah kapan. Dihapusnya airmatanya yang tidak terasa menetes di pipinya. "Jasmine ! sudah selesai belom?"

Terisak Lily dari dalam rumah. Lalu Jasmin menghapus air matanya lagi lalu berlari ke dalam rumah menuju tempat mentrika pakaian.  Diambilnya gaun dalam keranjang itu dan mulai menggosoknya. Sebenarnya Lily juga bisa melakukannya, tapi dia begitu malas, sama sekali tidak mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah bahkan untuk keperluan sendirinya pun selalu menyuruhnya . Ibu tirinya tidak mau menambah pembantu satupun kecuali Bi Aida.

Gaun yang disetrikanya itu sangat cantik. Entah kapan terakhir kalinya  dia mendapat gaun baru. Sejak ayahnya pergi, ibu tirinya tidak pernah membelikanya gaun lagi. Meski diberikan sesekali itupun gaun bekas di pasar. "Nih! Baju untukmu!" Ny.Annet melempar sebuah gaun saat Jasmin beranjak dewasa. Jasmine mengambil gaun itu dan dia terkejud saat melihatnya. Gaun itu lebih cocok untuk ibu-ibu daripada gadis seusianya. " Gaunya terlalu tua!" Kata Jasmin, matanya melirik pada Lily yang dengan suka citanya mendapat banyak gaun baru yang indah. "Heh, memangnya Ayahmu memberiku uang? Sejak ayahmu pergi kau bergantung padaku! Masuh untung kau ku belikan gaun, tidak aku biarkan kau telanjang sekalian!" hardik ibu tirinya. Meski terasa sedih dan kecewa, jasmine terpaksa menerima gaun itu. Bahkan di hari perayaan di desa itupun, disaat semua gadis --gadis cantik menggunakan gaun yang ada dirumah saja, kadang bi Aida  membantu menjahit bagian-bagian yang robek. "sudah belum?" teriak Lily, muncul dipintu membuyarkan lamunannya jasmine. " sudah ini!" jasmine memberikan gaun itu pada Lily yang langsung mengambilnya. "gaun yang indah bukan? Aku akan terlihat cantik dengan gaun ini! Aku yakin Roger akan sangat senang kalau melihat aku memakai gaun ini!"  Lily meninggalkan ruangan itu sambil bernyanyi- nyanyi membawa gaun itu. Jasmin hanya bisa menatap kepergian Lily yang bahagia karena akan bertemu dengan kekasihnya. Jasminpun kebelakang kembali untuk melanjutkan mencuci pakaianya.

Translete

The Stepdaughter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun