Mohon tunggu...
Bung Andie Demoffy
Bung Andie Demoffy Mohon Tunggu... -

Ketika disiang Hari , hanya ada satu cahaya matahar yang bersinar. dan ketika malam hari , hanya bulan yg terindah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembelajaran Dalam Hidup Sang Pemimpi

17 Februari 2013   07:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:11 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terpaku dalam sunyinya malam, membayang setiap angan,  terlintas banyak pengharapan dan mimpiku. Seorang anak kampung, jauh dipinggiran kota tapi ,mempunyai mimpi besar, mimpi yang semua orang mengatakan tidak akan pernah ada sehingga ada sebuah kata “jangan terlalu tinggi mimpinya jatuh sakit”, namun bagi ku bermimpi itu menyenangkan, berani mimpi adalah sebuah tindakan yang tepat, dan takkan ada satupun yg mampu menyuruh aku berhenti tuk bermimpi kecuali sang pencipta.

Semua terasa menyenangkan bagi diriku,ketika aku memulai hari-hari ku dengan mimpi, bergerak dengan mimpi dan harapan adalah penguat langkah ku menuju hari-hari indah ku untuk menjadi lebih baik. Kembali ingatan ku dimasa dimana aku terjatuh pada pijakan ku sendiri, terpeleset tanpa sengaj, membuat kacau dan hancur mimpi dan harapan ku saat itu. Penguat tiap langhkah ku hilang bagaikan debu yg tertiup angin menyapu bersih hinggat tak sebutirpun tersisakan. ingin rasanya aku lepaskan seluruhnya, perasaan bebanku sendiri, semua terasa membebani pundakku.

Hari demi hari aku lalui, yah…sulit sekali bagi ku saaat itu (31 agustus 2008), aku harus melalui hari-hari ku di sebuah kasur empuk dengan balutan perban disekujur tubuh ku. Saat itu aku korban kecelakaan disebuah jalan raya ketika aku menjemput kakak dari pekanbaru. Saat itu aku baru masuk kulyah disebuah universitas muhammadya pekanbaru. Menunggu hari aktifnya aku balik kedumai untuk mengunjungi ibunda tercinta, namun kejadian tidak di inginkan itu menimpa. Semua berawal dari situ, mimpiku hancur seiring dengan harapan ku.

Ibarat tidur, baru saat ingin memejamkan mata dan terlelap namun sudah terbangun dengan sebuah kejutan. Saat dimana aku baru memulai ingin bermimpi namun aku harus terjaga dari tidur mengarah pada mimpi itu. Satu tahun aku harus terbaring disebuah kasur ,mengingat mimpi, dan mengenang mimpi yg selama ini aku rajut hanya akan menjadi sebuah kenangan,mengisi dan menemani hari – hari ku. Yah.. saat itu aku tersentak dengan kata “ jangan tinggi bermimpi, kalau jatuh sakit”, ternyata kata itu benar dan meresap dalam relung ingatan dalam diri ini. Mulai sejak itu aku berbisik pada hati kecil ku, hentikan tuk bermimpi. Tidakkan ada mimpi yang akan menjadi kenyataan.

Waktu terus bergulir, masih ada sedikit kekuatan semangat dalam hidup untuk melanjutkan perjuangan. 2 bulan aku harus dirawat dirumah, di urut dan stiap hari-hari ku hanya di hiasi tangisan menahan rasa sakit sekujur tubuh ku. Semangat orang tua ,kluarga dan saat itu sahabatku terus menemani perjuangan melawan keadaaan suram saat itu. Namun belum sempat aku bangkit dari krisis semangat ku, lagi – lagi aku harus di uji dengan kata beberapa ahli urut bahwa aku divoniss tidak bisa berjalan lagi. Keterpurukan itu semakin aku rasakan, entah seperti apa lagi melukiskan kesedihan dan keterpurukan aku saat itu. Bukan hanya mimpi ku saja tidak berguna, saat itu aku ingin mengahkhiri hidup ini, untuk apalagi aku ada di sekeliling orang ku cintai namun hanya bisa merepotkan hari – hari mereka. Penyesalan dalam hidup yang tak henti aku terus ratapi. Hingga akhirnya aku lupa dengan perjuangan yang sesungguhnya.

Hari demi hari, semboyan terus berikrar dalam hati pesimis kecil ku “ tiada hari tanpa ratapan”, semboyan yang terus berbisik dipikiran ini dan hanya itu yg bisa aku lakukan. Mengubur impian,harapan bahkan semangat tuk hidup didunia ini ingin sudah aku akhiri, aku lupakan semua yang sebenarnya aku anggap salah, aku benarkan sikapku, dan kulalui hari ku dengan ratapan kesedihan. Pada saat itu, aku anggap hal yang biasa yang banyak orang melakukannya jika mengalami hal yang sama seperti aku alami. Beberapa bulan terus aku lalui diriku yang sebenarnya bukan aku, hari terus berlalu, waktu demi waktu terlewatkan melalui diri sendiri dan banyak perubahan dalam kehidupanku ini, dan di bulan kelima aku mulai menemukan diriku sendiri, aku sadar bukan dengan cara seperti ini harus kulakukan menghadapi perjuangan hidup ku, tetapi kedekatan ku dengan rabb ku. . Aku sadar semua yang kulewati itu, hari-hari kacauku itu terlewat karna aku jauh denganNya. Perlahan akupun dapat temukan diriku kembali dengan banyak keterlanjuran perubahan burukku selama ini.

Pelan-pelan ku benahi semua. Aku kembali pada pemahamanku semula,aku kembali pada prinsip hidupku sendiri, aku kembali pada mimpi-mimpi ku yang dulu, semua penguatanku kembali pada tempatnya secara perlahan. Terasa betapa beratnya meningkatkan diri kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya, aku kembali pada diriku sendiri. allah berfirman dalam surah Ar-ra’ad, 11 yang artinya : ”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri”. tulisan dan bacaan itu terus yang menimbulkan semangat baru ku, rasa bersalahku pada pemahamanku yang aku langgar jugalah yang membuatku semakin berat melangkah waktu itu, tak mau ku pungkiri terlalu sulit cobaan yang harus aku lalui. tapi karna aku kembali dekat dengan Rabb-ku, semua kembali pada posisinya masing-masing, satu kesalahan besar yang aku lakukan di masa jatuhku adalah  melepaskan penjagaan diriku sendiri. Kesalahan terbesarku, membuat semuanya menjadi buruk. Tapi, mulai detik itu aku kembali yakin dengan memutuskan semua yang terbaik dan dilakukan karna Allah adalah hal terbaik dan sesuatu yang akan memiliki hasil yang juga terbaik.

Menemukan secercah harapan, semangat baru tuk dimulai. Daerah tubuh ku yang cacat terus aku latih, aku kuat kan tuk melangkah selangkah demi selangkah dari satu tempat ke satu tempat menggunakan alat bantu dengan sekuat mampu ku dan di iringi semangat yang takkan terpadamkan lagi. Dan terus hari – hari ku berusaha, aku mulai bisa berjalan tanpa bantuan alat hingga saat ini meskipun tidak senormal mereka kebanyakan. Insya Allah saat itu… kembali kutata mimpi dan harapanku, kukuatkan tiap langkah menuju kebaikan, butuh usaha lebih memang untuk mengembalikan semua pada tempatnya. Tapi itulah pemimpi, ada saat di mana jatuh adalah baik. Pembelajaran hidupkupun bertambah. Tidak selamanya bermimpi itu berjalan diatas dengan aman, ada masanya tali pelindung terlepas dan kemudian jatuh terguling dari pijakannya, tapi seorang pemimpi akan menjadi lebih kuat jika ia dapat membuatnya kembali di atas memperbaiki tali pelindung, dan kembali bergerak diatas bahkan ia berusaha mengencangkan talinya untuk dapat bergerak menanjak hingga ia temukan pijakan berikut di atasnya.. bermimpi dalam hidup adalah menyenangkan.

Bersambung ke mimpi selanjutnya. . . .!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun