Oleh: Andika Adi Purnama dan Andi Ariani Putri
Program Magister Sains Fakultas Psikologi, Universitas Padjadajaran
Pernah nggak sih, lagi dalam kondisi tidak baik-baik saja, namun seseorang berkata "Senyumin aja, kawan"? Kedengarannya klise, bahkan sedikit mengesalkan. Tapi, tahukah kamu bahwa senyum, sekecil apapun, bisa memberi kekuatan besar untuk menghadapi situasi sulit?
Ternyata hal ini ada ilmunya, lho! Dalam psikologi, ada teori yang disebut facial feedback hypothesis. Teori ini bilang kalau ekspresi wajah kita, termasuk senyuman, nggak cuma nunjukin perasaan, tapi juga bisa mempengaruhi emosi kita. Jadi, tersenyum bukan cuma basa-basi, tapi ada efek positif yang bisa bikin hati jadi lebih tenang. Yuk, kita bahas!
Ungkapan "Fake it 'til you make it" ternyata sejalan dengan konsep facial feedback hypothesis yang dikemukakan oleh Charles Darwin dan William James, kedua tokoh ini bilang bahwa ekspresi wajah bisa memperkuat atau melemahkan emosi yang kita rasakan (Myers, 2015). Misalnya, kalau kamu marah sambil kerut-kerut dahi, rasa marahnya bakal makin terasa. Sebaliknya, kalau kamu senyum, rasa senangnya juga ikut meningkat, even kalau senyumnya dipaksain! Teori ini mengemukakan bahwa ekspresi wajah seseorang dapat mempengaruhi suasana hati seseorang. Â Misalnya, meskipun seseorang tidak merasa bahagia, dengan tersenyum dapat membuat kondisi psikologis menjadi lebih positif.Â
Kamu tahu nggak, ada eksperimen seru yang buktikan teori ini? Misalnya, eksperimen Mori tahun 2009, di mana peserta diminta menggigit pena. Nah, saat mereka menggigit dengan cara yang bikin bibir tersenyum, mereka malah merasa lebih bahagia, bahkan tanpa tahu mereka lagi diuji soal senyum! Di eksperimen tersebut, mereka juga diminta untuk nonton kartun, satu kelompok sambil senyum dan satu kelompok sambil mengerutkan kening. Kartun yang mereka lihat di eksperimen itu dianggap lebih lucu oleh peserta yang nonton sambil senyum dibanding peserta yang disuruh kerut-kerut kening.
Nggak cuma itu, penelitian Sderkvist et al. tahun 2018 juga ngasih bukti bahwa manipulasi kecil di wajah kita bisa berdampak besar buat kesehatan mental. Pernah dengar botoks? Yup, suntikan yang sering dipakai buat mengurangi keriput itu ternyata bisa bantu pasien depresi, lho! Dengan "membekukan" otot di dahi yang biasa dipakai buat mengerut, ekspresi negatif mereka berkurang, dan suasana hati mereka jadi lebih baik. Jadi, senyum itu nggak cuma soal tampilan luar, tapi juga kerja sama antara tubuh dan pikiran kita.
Senyuman Sebagai Mekanisme Koping
Oke, mungkin kamu mikir, "Ya, tapi senyum pas lagi susah itu nggak semudah kelihatannya." Memang nggak gampang, tapi coba bayangin ini: senyum itu kayak tombol kecil yang bisa membantu kita menghadapi stres. Walaupun awalnya terpaksa, sinyal dari senyuman itu bisa bantu otak kita melihat sisi positif dari situasi yang sulit. Ini semacam trik sederhana buat bikin perasaan jadi lebih ringan. Dalam konteks psikologi, senyuman dapat dikategorikan sebagai salah satu strategi coping aktif. Berikut cara senyuman dapat membantu kita melewati situasi sulit:
Mengurangi Persepsi Stres
Ketika kita tersenyum, otak menerima sinyal bahwa situasi yang dihadapi tidak terlalu mengancam. Ini membantu menurunkan respons fight-or-flight yang biasanya memicu kecemasan berlebihan. Otot wajah kita ngirim sinyal ke otak, yang bikin otak "percaya" kalau kita lagi ngerasain emosi tertentu. Jadi, ketika kita senyum, otak dapet sinyal yang bikin kita merasa lebih bahagia (Zabara, 2016).-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!