Banyak orang, terutama kaum muda, memaknai cinta adalah yang berkaitan dengan kekasih atau pasangan. Namun apabila kita membaca puisi Pernyataan Cinta karya Acep Zamzam Noor, kita akan melihat ada makna lain dari cintanya. Yaitu demokrasi sebagai sesuatu yang bisa dicintai.
Dengan judul “Pernyataan Cinta”, puisi tersebut seakan hendak mengantarkan kita pada suasana romantis. Suasana di mana si penyair hendak menyatakan cinta pada kekasihnya. Namun jika kita telaah lagi “apa” yang dicintainya dan “bagaimana” dia mencintai, kita akan tahu bahwa cinta yang dimaksud bukanlah cinta pada kekasih. Tapi cinta pada sesuatu yang patut diperjuangkan, yaitu demokrasi.
Bukan cinta pada seorang kekasih
Kita mulai dari “apa” yang dicintai. Mengenai hal ini, kita bisa lihat pada bait pertama puisinya. Dari sana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu yang dicintai oleh penyair adalah yang diselubungi asap, yang mengendap seperti candu, yang bersenandung di balik penjara, yang tangannya buntung, dan yang kakinya lumpuh.
Jika kita bayangkan bahwa yang dicintai penyair tersebut adalah seorang kekasih, maka betapa buruknya kekasih tersebut. Apakah mungkin penyair mencintai seorang yang tidak ideal seperti itu? Hal ini bisa saja terjadi, biasanya pada dunia dongeng. Di mana si cantik mencintai si buruk rupa. Atau jika kita mengacu teori John Lee tentang gaya cinta, sudah pasti ini bukanlah gaya cinta Eros (perasaan cinta dan sayang terhadap seseorang yang dianggap ideal).
Kita lanjutkan analisis pada “bagaimana” cara si penyair mencintai. Gambaran mengenai hal ini bisa kita dapatkan pada bait kedua sampai keempat. Dari sana, kita bisa dapatkan bahwa penyair mencintai dengan tindakan yang cukup ekstrim. Di antaranya yaitu dengan melempari toko, membakar pasar, menentang penguasa, mengisap knalpot, dan menelan butiran peluru. Ini adalah sebuah tindakan yang terlalu ekstrim untuk dilakukan hanya demi cinta pada seorang kekasih.
Berdasarkan analisis di atas, ada dua kemungkinan penjelasan mengenai cinta yang dimaksud penyair. Pertama, penyair memiliki kelainan mental, yaitu mencintai seseorang yang sangat tidak ideal dan melakukan tindakan ekstrim dalam mencintainya. Kedua, ataukah yang dicintai penyair ini bukanlah seseorang? Tetapi sesuatu yang lebih berharga dibanding hanya “seseorang”.
Cinta pada Demokrasi
Untuk menjawab mana yang sesuai dari dua kemungkinan di atas, kita lanjutkan analisis secara konteks puisi ini dibuat. Acep Zamzam Noor mencantumkan tahun puisi tersebut, yaitu tahun 1998-1999. Seperti yang kita tahu, bahwa peristiwa besar yang terjadi pada sekitar tahun ini adalah peristiwa reformasi atau jatuhnya pemerintahan Orde Baru. Dan jika kita hubungkan dengan puisinya, maka kita bisa ketahui ada hubungan antara puisi Pernyataan Cinta dengan peristiwa reformasi tersebut.
Dalam hal tindakan cinta, penyair menggambarkan tindakannya dengan melempari toko, membakar pasar, menentang penguasa, dan sebagainya. Tindakan-tindakan ini sangat mirip dengan tindakan para demonstran penentang pemerintah Orde Baru. Sehingga sepertinya si penyair menggambarkan dirinya sebagai demonstran tersebut.
Kemudian dalam hal apa yang dicintai, penyair menggambarkannya dengan seseorang yang yang diselubungi asap, yang mengendap seperti candu, yang bersenandung di balik penjara, dan sebagainya. Jika kita hubungan dengan konteks peristiwa reformasi, maka seseorang tersebut lebih mirip seorang demonstran penentang pemerintah Orba yang sedang ditangkap dan mendekam di balik penjara.
Namun jika kita hubungkan lagi dengan penyair yang menggambarkan dirinya sebagai demonstran, maka sebenarnya yang dicintai oleh penyair bukanlah berwujud “orang” yang mendekam di balik penjara. Penggambaran objek cintanya yang buntung, yang lumpuh, dan sebagainya, sebenarnya merupakan kiasan dari sistem demokrasi yang sedang cacat pada masa Orde Baru. Sistem demokrasi itulah yang hendak diperjuangkan dan yang dicintai oleh penyair.
Inilah cinta yang dimaksud, yaitu cinta pada demokrasi. Sebuah cinta yang membuat seseorang melakukan tindakan rela berkorban demi terwujudnya demokrasi yang sehat. Demokrasi yang sehat, akan menghasilkan pemimpin berkualitas, yang akan memimpin negara untuk masa depan lebih baik. Puisi Pernyataan Cinta karya Acep Zamzam Noor ini hendaknya mengingatkan kita, sebagai rakyat maupun pemimpin, untuk lebih peduli pada kondisi demokrasi negara kita saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H