Mohon tunggu...
Andi Ansyori
Andi Ansyori Mohon Tunggu... advokat -

selalu ingin belajar, bersahabat, menambah pengetahuan " Tidak ada salahnya baik dengan orang " dan lebih senang mendalami masalah hukum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Dokter di Sebuah Kota Terpencil di Lereng Bukit Barisan Pulau Sumatera

10 Februari 2016   19:31 Diperbarui: 11 Februari 2016   16:53 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber photo: Backpaker Indonesia"][/caption]Kisah ini bukan rekayasa. Tapi memang benar terjadi di tempat kami yaitu di sebuah kota terpencil dilereng Bukit Barisan Pulau Sumatera.

Banyak anggapan yang memandang semua dokter itu kaya raya dan hidupnya menyenangkan. Sering keluar negeri dan berfoya-foya. Padahal anggapan itu tidak seluruhnya benar dan jangan disamaratakan. Banyak pula kehidupan ekonomi para dokter itu sama dengan orang kebanyakan. Kadang kadang kita bangga melihat pengabdian mereka.

Terutama para dokter yang ditugaskan pemerintah pada didaerah terpencil atau daerah perbatasan negara. Mereka sering kali berjam jam naik perahu ketek atau menyisir pegunungan mengunjungi para pasiennya di kampung kampung terisolir dan terpencil. karena ketiadaan, tidak jarang para pasiennya hanya membayar sekedarnya dengan hasil pertanian mereka yang harganya tidak seberapa.

Mari kita mulai kisah ini,

Namanya para pelakunya dalam kisah ini, memang sengaja penulis samarkan guna menghindari pencemaran nama baik.

Sebut saja namanya “Arman“ ia adalah lelaki lajang pemuda kelahiran salah satu kota terkenal dengan makanan khas daerah nya “Gudeg” di pulau jawa. Usianya baru 27 tahun. Ia lulus setahun yang lalu dari salah satu fakultas kedokteran negeri ternama di Jawa Barat. Seusai menyelesaikan pendidikan dokternya ia ditugaskan oleh Departemen Kesehatan sebagai dokter umum di sebuah kota kecil salah satu kabupaten terpemcil di lereng Bukit Barisan pulau Sumatera

Di samping sebagai salah seorang dokter umum di Rumah sakit daerah di kota itu, jika sore hari ia juga membuka praktek sendiri bertempat di salah satu ruko yang tidak begitu jauh dari tempat rumah sewanya. Ia hanya memiliki sebuah motor dinas setengah buntut keluaran lima tahun lalu yang dipinjamkan oleh kepala Rumah Sakit Daerah tempatnya bertugas.

Pada suatu hari ia kedatangan seorang wanita cantik dtempat prakteknya. Wanita belia itu tengah hamil muda tanpa mempunyai suami. Sebut saja wanita muda itu “Anita“.

Wanita berusia belia itu dengan malu malu, minta kepada dokter Arman untuk merahasiakan permintaannnya. Anita mohon kepada dokter Arman untuk dapat menggugurkan cabang bayi yang ada di kandungannya. Ia mengaku, anak yang tengah dikandungnya itu adalah akibat perawannya direngut paksa oleh seorang lelaki bejat anak pemilik tempat kostnya, yakni tempat tinggalnya selama ia mengikuti kursus menjahit di ibukota propinsi. Anita menuturkan perkenalannya dengan lelaki yang menghamilinya itu juga belum begitu lama.

Peristiwa itu terjadi sekitar dua bulan lalu.

“Waktu itu saya baru sekitar dua bulan tinggal ditempat kostnya,“ Tutur Anit .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun