Mohon tunggu...
Andi Annas
Andi Annas Mohon Tunggu... MarComm Manager -

Seorang warga negara Indonesia yang lahir, tumbuh, dan bekerja di Jakarta; seorang MarComm Manager di sebuah newly-developed local-based Digital Travel Services di Jakarta juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Bertanggung Jawab sedari Kecil

21 Januari 2016   19:08 Diperbarui: 21 Januari 2016   19:08 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi; SUmber Foto: teruskan.com"][/caption]

 

Kalau kita sering lihat di jalan raya, sering sekali (sebagian) pemotor melakukan kesalahan-kesalahan yang melibatkan pengguna jalan lain tapi kemudian memilih segera kabur dari lokasi kejadian daripada harus repot bertanggung jawab atas kesalahannya.

Contoh terkecil adalah ketika seorang pemotor dengan tidak sengaja menyerempet spion atau bodi dari sebuah mobil di padatnya lalu lintas jalan raya. Alih-alih berhenti dan meminta maaf, si pemotor biasanya akan segera tancap gas. Bahkan dalam beberapa kasus, malah galakan si pemotornya lho.

Gue ngga ada maksud untuk mendiskreditkan pemotor, karena gue sendiri juga adalah seorang pemotor. Contoh tadi adalah sedikit intermezzo aja.

Sepertinya bertanggung jawab atas kesalahan itu (dalam fokus ini, kesalahan kecil), sama sekali bukan ciri dari sebagian orang-orang di Jakarta. Padahal, kalau terbiasa lari dari tanggung jawab untuk suatu kesalahan kecil; coba gimana akibatnya ketika si orang tersebut membuat kesalahan besar??

Setidaknya berita di TV mengenai beberapa pejabat yang korup bisa jadi contoh, betapa enggannya mereka bertanggung jawab untuk kesalahan besar yang bahkan merugikan orang banyak. Yang ada malah cengar-cengir, dadah-dadah depan kamera..

Ketika hal-hal itu menjadi semakin lumrah adalah hal yang ironis saat anak-anak kecil yang harusnya dididik (dan terdidik) dengan baik, mengambil cerita-cerita di atas itu sebagai contoh dalam keseharian mereka. Anak-anak kecil ini pun menjadi terbiasa untuk tidak mau bertanggung jawab atas segala kesalahan mereka (bahkan yang kecil sekalipun), terutama ketika mereka memiliki kesempatan untuk lari dari masalah/kesalahan itu.

Contoh nyata dari hal ini, pernah gue alami beberapa waktu yang lalu.

Jam sudah menunjukkan sekitar pukul 21:00. Gue sedang menuju warung dekat rumah gue, ketika gue melihat seorang anak kecil berumur sekitar 5/6 tahun ada di warung tersebut. Orang tua si anak tidak tampak, dan dia terlihat sedang bermain dengan seekor kucing kecil yang kebetulan sedang berada di warung tersebut.

Dengan menginjak kardus minuman di depan warung itu (tanpa alas kaki pula), dia mengelus-elus kucing tersebut. Namun, secara tidak sengaja tangannya menyenggol kaleng kecil berisi tumpukan sedotan. Dan akhirnya kaleng itu terguling, dan seluruh sedotan-sedotan di dalamnya berjatuhan ke jalanan yang becek dan kotor. Gue melihat itu dari agak jauh, dan gue reflek berkomentar "yahh..".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun