Oleh. Andi Wijianto
Ujian Nasional SMA atau yang biasa disebut UN SMA sudah sangat biasa terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Setiap tahun pengumuman kelulusan UN terjadi dan jutaan tunas bangsa yang tadinya duduk belajar di bangku sekolah kini mulai berfikir untuk melanjutkan hidupnya di masa depan. UN merupakan sebuah wadah evaluasi yang dilakukan pemerintah di dunia pendidikan, untuk mengevaluasi pelaksanaan belajar mengajar selama 3 tahun. Tahun 2014 pelaksanaan pengumuman UN dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2014, dan didapatkan presentase sebagai berikut :
Peserta UN SMA/MA 2014 1.632.757
yang lulus 1.624.946 (99,52%) sedangkan yang tidak tidak lulus 7.811 (0,48%)
Peserta UN SMK 2014 1.171.907
yang lulus 1.170.748 (99,9%) sedangkan yang tidak lulus 1.159 (0,1%)
(Dikutip dari berita Solopos.com)
Angka tersebut tentunya merupakan angka yang sangat besar akan pertambahan Sumber Daya Manusia di Indonesia. Pemuda dan pemudi di Indonesia yang notabennya merupakan bakal calon penerus bangsa dihadapkan beberapa persoalan yang sangat pelit setelah mengetahui angka kelulusan tersebut. Kesulitan yang terjadi pada umumnya adalah dengan masuknya mereka ke dunia pekerjaan dengan persaingan yang begitu ketat dengan lahan pekerjaan yang kurang di negara kita. Tentunya sebuah kata yang bernama “Pengangguran” tidak selayaknya diinginkan oleh anak-anak bangsa yang baru lulus dari bangku sekolah ini. Pekerjaan rumah yang sangat besar menjadi tanggung jawab pemerintah dimana pemerintah dipaksa untuk menyediakan lahan pekerjaan yang sangat besar untuk jutaan luklusan baru di Indonesia.
Kuliah atau kerja?
Problem yang menarik yang perli kita kritisi adalah dengan banyaknya lulusan dari SMA prospek untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja lebih banyak tantangannya dan dengan seleksi yang sangat ketat. Seleksi yang ketat terjadi dikarenakan banyak sekali sumber daya manusia baru yang membutuhkan kursi di bangku kuliah apalagi perguruan tinggi negeri untuk terus menuntut ilmu dan untuk memperoleh geral sebagai sarjana. Tidak jauh berbeda dengan perebutan kursi pendidikan, perebutan pekerjaan juga sangat ketat. Hal tersebut dikarenakan semakin bertambahnya tenaga kerja di indonesia. Apalagi lulusan SMK yang notabennya disiapkan untuk terjun langsung ke dunia kerja. Tercatat 1.170.748 tenaga kerja muda hadir dan ikut berkompetisi dalam mencari lahan pekerjaan di Indonesia.
Kegalauan anak-anak remaja ini makin meningkat, apalagi dengan makin majunya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kebutuhan akan barang dan harga-harga barang-barang primer semakin hari kian meningkat baik itu harga maupun jumlah yang dibutuhkan. Karena hal tersebut lulusan baru dituntut untuk cepat dan tanggap untuk menentukan pilihan, baik itu bekerja maupun meneruskan pendidikannya. Namun sekali lagi persaingan yang sangat ketat jadi problem yang sangat dikhawatirkan. Siapa yang kuat dialah yang menang atau siapa yang beruntung dia yang akan menang, dua presepsi tersebut yang cocok untuk persaingan di Indonesia sekarang ini. Terkadang yang kuat itu bisa kalah dan bisa menang dengan orang yang beruntung. Ironi memang namun itulah persaingan. Keras dan ketat, itulah semboyan yang kini diterapkan oleh tiap perusahaan dan perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya jutaan anak muda yang berkompetisi dan pastinya dari perusahaan dan perguruan tinggi ingin mendapatkan sumber daya yang terbaik agar meningkatkan kualitas pekerjaan perusahaan dan pembelajaran.
Nganggur atau berwirausaha?
Tentunya menjadi pengangguran bukan cita-cita dari setiap orang yang hidup di dunia ini. Begitu pula pemuda-pemuda bangsa yang baru lulus dari bangku SMA. Tentunya mereka tidak mau menjadi calon pengangguran yang akan menambah beban bagi negara. Tentunya dibutuhkan beberapa inovasi yang diharapkan hadir dan mampu menampung mereka dalam satu wadah yang jumlahnya mungkin sangat besar. Pemerintah tentunya sangat kerepotan apabila menangani jutaan manusia yang membutuhkan pekerjaan.
Di saat inilah peran aktif dari masing-masing individu dibutuhkan. Jiwa wirausaha perlu ditanamkan dan dipergunakan. Hal tersebut tentunya sangat penting. Apabila menunggu bantuan dari pemerintah untuk memberikan lahan usaha yang baru, tentunya sangat mustahil dan mungkin akan mati sebelum mendapatkan pekerjaan. Pemuda khususnya dari SMK yang sudah mendapatkan bekal keahlian yang cukup perlu membuka suatu lapangan pekerjaan baru. Lapangan pekerjaan seperti bengkel, toko atau apapun itu dapat mengubah masa depan dan tentunya dapat membantu masyarakat lain yang kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Salah satu alternatif yang ditawarkan ini tentunya akan membuat suatu terobosan baru untuk masa depan. Pengangguran tentunya dapat dikurangi dan anak muda di indonesia yang lulus dari pendidikannya tidak perlu takut dan khawatir karena adanya lapangan pekerjaan yang dibuat sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H