Lama tak menulis di sini. Kangen juga rasanya menyapa rekan-rekan yang sudah terhubung dalam media yang difasilitasi kompasiana dalam mekanisme follow mem-follow. Ya sebuah cara yang mudah untuk terhubung dengan sesama penulis di Kompasiana.
Anggaplah ini sekedar sebagai bentuk kedatangan kembali. Dan kedatangan saya ini membawa sebuah karya baru berupa sebuah buku tentang Tuna Politik. Berikut ulasan singkatnya:
Penyebutan tahun politik atas 2018 dan 2019 yang merujuk pada penyelenggaraan pilkada serentak dan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif yang akan datang menunjukkan cara berpikir sebagian kita tentang politik yang belum paripurna. Ada kesan seolah-olah prosesi pemilu dianggap sebagai sesuatu yang “sangat politis” sehingga secara berlebihan mengalami semacam sakralisasi. Padahal di ranah praksis, kontribusi proses pemilu terhadap upaya pencapaian tujuan politik dan bernegara tidaklah begitu signifikan.
Pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota legislatif dan pemilihan kepala negara barangkali memang merupakan event demokrasi yang vital, kolosal, berbiaya mahal, dan tentu saja, menguras energi warga. Akan tetapi sesungguhnya bukanlah yang terpenting. Kegiatan lima tahunan itu seolah dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah momen mendebarkan yang dinanti dengan harap-harap cemas. Lantas mengalihkan perhatian warga pada aspek politik terpenting yang seharusnya lebih mereka cermati dan akrabi.
Aspek terpenting itu adalah kebijakan publik. Kebijakan publik menjadi penentu apakah sebuah sistem politik bekerja dengan baik dalam sebuah negara atau daerah. Di sanalah kita bisa menemukan indikator keberhasilan dari sebuah sistem politik dalam menjalankan tugasnya.
Anda bisa sukses meraih predikat sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia berkat penyelenggaraan pemilihan umum yang tertib dan lancar, tetapi kesuksesan itu tidak akan mengubah nasib orang-orang yang tidak terurus di negeri itu. Karena kebijakan publiklah yang mengubahnya. Pemilu tidak akan serta merta mengangkat derajat kecerdasan dan kesehatan suatu bangsa tanpa dibarengi kebijakan publik yang berkualitas.
Kapan kebijakan publik itu berproses? Di sepanjang tahun-tahun yang justru tidak disebut sebagai tahun politik. Di sepanjang waktu yang sunyi dari hingar-bingar kampanye dan janji-janji politik yang diumbar. Bahkan, kebijakan publik berproses ketika sebagian warga sedang tertidur.
Peralihan fokus dari seremoni pemilihan langsung ke proses perumusan kebijakan publik merupakan salah satu tema pokok yang diangkat dalam buku POLITIK, BIROKRASI, & KEBIJAKAN PUBLIK: Pokok-pokok Pemikiran dalam Memerangi Tuna Politik di Indonesia ini. Dalam salah satu bagian disebutkan bahwa “bukankah demokrasi dan desentralisasi dirancang untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat? Bukankah demokrasi dan desentralisasi tidak hanya sekedar melegalkan kedudukan seseorang menjadi kepala daerah? Bukankah pemilihan kepala daerah hanya satu dari sekian banyak isu pemerintahan daerah lainnya yang jauh lebih penting? Dengan kata lain, buku ini ingin menegaskan bahwa demokrasi dan desentralisasi adalah jalan terbaik untuk meraih kesejahteraan yang menjadi dambaan setiap warga negara. Kalaupun di dalamnya terdapat pemilihan umum, maka seharusnya pemilihan umum itupun berefek kesejahteraan.
Buku berdimensi kecil ini tidak membahas hal-hal besar. Senada dengan bentuknya, isi buku ini pun sangat kecil, sederhana, remeh temeh, dan mungkin tidak penting. Satu-satunya hal yang membuat buku ini penting adalah karena isinya berhubungan dengan kehidupan begitu banyak orang di negeri yang besar ini.
Buku ini ingin menggugah kita yang tidak menyadari kalau politik praktis itu sangat seksi. Buku ini ingin menunjukkan kepada kita, yang biasa mengabaikan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di sekitar kita, bahwa hal yang kita abaikan itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi hidup kita.
Melalui buku ini, penulis ingin berbicara kepada rakyat. Berbicara kepada pemilik sejati negeri ini. Karena hanya dengan suara rakyat kondisi bangsa ini bisa berubah. Rakyat adalah pihak yang paling berperan dan paling bertanggung jawab atas maju mundurnya bangsa ini dengan pilihan-pilihan politik yang mereka ambil. Kalau negeri ini mau berubah, maka rakyatlah yang harus bertindak.