Mohon tunggu...
Andi Muslimin
Andi Muslimin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gelapnya Politik Kekuasaan

8 Juni 2018   02:15 Diperbarui: 8 Juni 2018   02:48 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik dalam berbagai narasinya memang selalu menghasilkan kisah yang selalu menarik untuk dikaji dalam setiap perspektif pemikirannya. Walaupun dalam kenyataannya tindakan politik seseorang kadang tidak selaras dengan perspektif pemikiran politik itu sendiri bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia.

Ini kemudian dapat ditemui dengan tidak sedikit wacana dan tingkah laku politik selalu melibatkan simbol-simbol keagamaan sebagai bagian dari hiruk pikuk percaturan politik dengan berbagai pengertiannya. Tentu tidak menjadi masalah, jika kemudian agama turut serta hadir dalam setiap wacana politik sebagai pembaharuan dalam perspektif-perspektif politik.

Hanya yang kemudian menjadi masalah dan kontraproduktif, jika agama bukan dijadikan sebagai sumbangsi pemikiran politik, tetapi menjadi alat politik dengan berbagai simbol-simbolnya digunakan sebagai pemulus berbagai tindakan politik tertentu. Ini kemudian menjebak agama dan berbagai simbolitasnya dalam sebuah frame dan dogma tertentu yang tidak mencerahkan. Tapi lebih mengabsurkan nilai agama sebagai jalan untuk memperoleh ketenangan batin manusia.

Akan semakin berbahaya, jika kemudian agama yang telah dipahami dogma disusupi syahwat politik, yang tentunya akan semakin mendistorsi agama sebagai media pencerahannya bagi manusia. Yang ada agama hanya dipahami sebagai alat untuk melanggengkan atau merebut kekuasaan. Agama yang seharusnya berkontribusi melahirkan sebuah gagasan baru tentang politik yang berkepastian, telah beralih dalam makna yang sempit untuk mengamini haus dan rakus politik kekuasaan seseorang.

Sejarah banyak melukiskan kepada kita semua, ketika agama tidak ditempatkan sebagai pencerah, selain sebagai alat untuk meraih kekuasaan, yang memang murah untuk memantik simpati para kaum fanatik, tetapi tidak rasional dalam beragama. Maka yang ada hanyalah kematian-kematian baru atas nama kekuasaan yang berlindung dibalik agama dan iman.

Mari kita saksikan, belahan timur dunia ini, tragedi-tragedi kemanusiaan demi politik kekuasaan yang berlindung dibalik jubah dan simbol agama bersuka cita, gempita meraih kemenangan politik kekuasaannya, dengan bangga dengan sorak ria yang diatas tumpukan tulang-tulang manusia baik yang seiman ataupun yang berbeda keyakinan. Buya Syafii Maarif mengatakan dalam bukunya " Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam", bahwa politik kekuasaanlah sebagai penyebab utama mengapa dunia Islam, khususnya dunia Arab, berkali-kali mengalami pukulan sejarah yang menghancurkan, tetapi mereka tidak juga siuman.

Apakah kita tidak ingin belajar lewat pengalaman didepan mata kita yang masih segar ini, agama menjadi alat orang-orang yang haus kekuasaan, menghalalkan segala cara demi mencapai kekuasaan, walaupun kekuasaan itu didapat dari tumpukan-tumpukan tulang sesama anak bangsa sendiri.

Mari belajar dari sejarah, kemanusiaan lebih utama diatas nafsu keserakahan dan kekuasaan.

#SalamPancasila
#Identitasadalahtandapengenal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun