Mohon tunggu...
Andi Avandy
Andi Avandy Mohon Tunggu... Bankir - Penikmat Kopi

aku terperangkap dalam digital realty

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dedolarisasi?

11 Juni 2023   11:27 Diperbarui: 11 Juni 2023   11:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dedolarisasi adalah proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan dan/atau komoditas lainnya . Istilah ini belum tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tetapi sudah mulai populer di kalangan para pelaku ekonomi. Dedolarisasi menjadi bagian dari kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mendongkrak nilai tukar mata uang lokal terhadap dolar AS dan mengurangi ketergantungan terhadap mata uang tersebut.

Dedolarisasi menjadi fenomena yang menarik di tengah tren penurunan dominasi dolar AS dalam transaksi perdagangan dunia. Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF), penggunaan dolar AS dalam transaksi perdagangan yang tadinya mencapai 70 persen di dunia, tercatat turun dan saat ini mendekati 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dolar AS tidak lagi sekuat dulu, meskipun ekonomi AS masih menyumbang sekitar 20 persen dari ekonomi dunia.

Salah satu ciri keperkasaan ekonomi suatu negara adalah nilai tukarnya bergengsi. Dalam hal ini, dolar AS masih menempati peringkat pertama sebagai mata uang terkuat di dunia, diikuti oleh euro, poundsterling, yen, dan yuan. Namun, yuan China mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan sebagai mata uang internasional, terutama melalui kerja sama dengan negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

BRICS adalah kelompok negara yang menjaga jarak dengan AS dan Eropa dan memiliki kekuatan ekonomi alternatif. Menurut indikator ekonomi, AS dan Eropa mengalami pelemahan akibat pandemi Covid-19, sedangkan BRICS menunjukkan ketahanan yang lebih baik. Indonesia sendiri belum memenuhi kriteria untuk bergabung dengan BRICS, karena masih terlalu tergantung pada kebijakan politik AS.

Dedolarisasi sudah berjalan di beberapa negara, misalnya Iran dan Rusia yang menjual minyak ke China tidak menggunakan dolar AS, melainkan euro atau yuan. Hal ini terkait dengan perang dan embargo yang dilakukan oleh AS terhadap kedua negara tersebut melalui sistem SWIFT. Rusia bahkan berhasil menjadi pasar saham terbaik kedua di dunia setelah China. Di kawasan ASEAN, sebetulnya sudah lama ada mekanisme local currency settlement (LCS) untuk mengurangi penggunaan dolar AS dalam perdagangan antarnegara. Misalnya, Indonesia dan Singapura yang menyeimbangkan surplus perdagangan dengan emas atau mata uang lainnya.

Untuk Indonesia sendiri, dedolarisasi dapat dimulai dari kawasan ASEAN. Sayangnya, kita tidak punya data komposisi cadangan devisa RI, tetapi dugaan kita masih dominan dolar AS, surat berharga, emas dalam monetary gold dan penempatan deposit di IMF. ASEAN sendiri masih perlu meningkatkan perdagangan antarnegara, karena saat ini hanya sekitar 20 persen dan itu turun terus. Berbeda dengan Uni Eropa yang lebih dari 2/3 perdagangan sesama mereka. Jadi secara ekonomi terasa penggunaan mata uang sesama negara di kawasan.

Dedolarisasi adalah proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan dan atau komoditas lainnya . Hal ini menjadi bagian dari kebijakan pemerintah yang akan mendongkrak nilai tukar mata uang lokal terhadap dolar AS.

Mengapa dollar AS menurun keperkasaaanya? Ada beberapa faktor yang menyebabkan dollar AS menurun keperkasaannya, antara lain: impor jauh lebih besar dari ekspor, tidak henti-hentinya defisit anggaran akibat membiayai perang di berbagai belahan dunia, akumulasi hutang pemerintah AS, korporasi dan individu rakyatnya sangat besar, orang AS nabungnya relatif kecil, dan aturan embargo yang membuat orang meninggalkan mata uang mereka.

AS sekarang berupaya keluar dari zona mapan mereka, karena sudah banyak pesaing, Cina, India, bahkan Indonesia di 2050 akan menjadi nomor 4 kekuatan ekonomi dunia. Hal ini menunjukkan bahwa AS tidak lagi menjadi pusat ekonomi dunia dan harus bersaing dengan negara-negara berkembang yang memiliki potensi besar. AS juga harus menghadapi tantangan dari mata uang lain yang mulai menggeser dominasi dolar AS, seperti yuan Cina, euro Eropa, dan yen Jepang .

Kemarin G7 bertemu di Jepang, dulu koordinasi makroekonomi dunia waktu itu kekuatan mereka 2/3 dunia. sekarang kan sudah dibawah 50%. sekarang mereka mengundang Indonesia dan Cina. Ini menunjukkan bahwa G7 tidak lagi memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah ekonomi dunia dan harus melibatkan negara-negara lain yang memiliki porsi perdagangan yang signifikan. Indonesia dan Cina merupakan dua negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menjadi mitra dagang penting bagi banyak negara.

Benarkah dedolarisasi membuat kestabilan curency lebih stabil? Dedolarisasi dapat membuat kestabilan mata uang lebih stabil jika dilakukan dengan cara yang tepat dan efektif. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan local currency transaction (LCT) atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan dan investasi dengan negara-negara mitra. Hal ini dapat mengurangi risiko nilai tukar dan biaya transaksi yang lebih murah. Bank Indonesia telah menjalin kerja sama LCT atau LCS dengan beberapa negara, seperti Thailand, Malaysia, Jepang, Filipina, China, Korea Selatan, India, dan Arab Saudi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun