Mohon tunggu...
Andi Hidayat
Andi Hidayat Mohon Tunggu... -

The Holy Qur'an Al-An'am:162

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Kematianku

1 Agustus 2013   06:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:46 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dua puluh tahun sebelum dipostingnya tulisan ini saya pertama kali melihat indahnya dunia, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 10 Juli tahun 1993 sekitar pukul 11 saya lahir ke muka bumi ini. Dilahirkan dari sosok ibu rumah tangga yang hebat, dengan dilindungi alunan adzan dari sosok bapak petani yang hebat pula. Ya, memang saya dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang sederhana. Saya bangga dilahirkan di keluarga kecil yang sederhana, karena kesederhanaan itu penuh dengan kasih sayang. Saya berani berkata seperti itu, karena bagi saya kasih sayang mereka sangat berharga dibanding segala-galanya.

Memiliki predikat sebagai anak di keluarga ini, saya tidak hidup sebatang kara tetapi ditemani saudara laki-laki yang usianya tujuh belas tahun di atas saya. Selisihnya memang sangat jauh, saat saya lahir dia sedang menuntut ilmu di kelas tiga SMK. Dengan modal ilmu yang dimilikinya, dia mampu berwiraswasta menjadi seorang montir. Dan sekarang dia sudah menikah serta memiliki seorang anak.

Di usianya yang bukan belia lagi, ibu saya tidak lagi melakukan pekerjaan yang berat. Dulu, selain mengurus rumah tangga, beliau menjual jasa sebagai tukang jahit pakaian. Tetapi sekarang rutinitas itu berangsur-angsur mulai dikurangi mengingat usianya yang sudah mencapai 53 tahun. Begitu juga dengan bapak saya, usianya yang sudah menginjak 64 tahun tidak dapat lagi mengolah sawah dibawah panasnya sinar matahari.

Sungguh tidak mudah menjadi sosok ANDI HIDAYAT, pemeran tokoh saya dalam tulisan ini. Yaa, memang tidaklah mudah saya menjalani hidup ini. Tetapi saya yakin, do’a kedua orang tua selalu hadir disetiap langkahku. Sehingga sampai sekarang saya tercatat sebagai mahasiswa Agribisnis semester tiga di salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik bangsa, Institut Pertanian Bogor. Jembatan penyebrangan untuk sampai ke kota hujan itu, memberikan kisah suka maupun duka yang terangkum selama dua puluh tahun ini.

Memulai perjalanan dari umur satu detik sampai umur tujuh tahun lebih satu minggu saya dibimbing dengan penuh perhatian oleh kedua orang tua saya di rumah. Namun tercatat pada tanggal 17 Juli 2000 selain mendapat bimbingan dari orang tua, saya juga mendapat bimbingan dari seorang guru. Yaa, waktu itu saya resmimemperoleh NIS: 526 dari SDN Bunisari. Selama enam tahun menuntut ilmu disana, goresan pena tercetak indah dalam lembaran kehidupanku, terlalu banyak cerita yang tidak mungkin diuraikan dalam tulisan ini. Singkat cerita, pada tanggal 26 Juni 2006 saya memperoleh ijazah SD No. DN-02 Dd 0625110 dari Depdiknas dengan nilai yang patut dibanggakan.

Tekad saya untuk menuntut ilmu, tidak terhenti sampai disana. Dengan izin orang tua, pada waktu itu mereka masih mampu membiayai sekolahku, saya mendaftarkan diri untuk menjadi siswa di SMP 2 Jatinunggal. Bermodal nilai di ijazah SD serta atas izin Yang Maha Kuasa saya diterima untuk menjadi peserta didik baru di sekolah pilihan itu. Tepatnya pada tanggal 17 Juli 2006, peristiwa itu mengenang enam tahun silam saat mendaftar ke SD, karena terjadi pada tanggal yang sama. Masa SMP juga memberikan ukiran kelembutan dalam cermin kehidupanku, cerita suka maupun duka terukir indah di cermin itu. Tahun 2008 pertama kali nya saya berjuang dalan Ujian Nasioanal SMP, berkat restu orang tua disertai izin-Nya saya melewatinya dengan lancar dan hasilnya pun memuaskan.

Nilai yang tertera di ijazah SMP saya pada waktu itu memang terbilang baik, diantara teman-teman yang lainnya. Namun hal tersebut tidak menjadi nilai jual yang tinggi bagi saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mendapatkan pendidikan tingkat SMA, menimbulkan pro dan kontra di kesederhanaan keluarga saya, bapak saya tidak sanggup lagi membiayai sekolahku. Allah SWT tidak tinggal diam melihat hamba-Nya yang selalu meminta kepada-Nya. Allah SWT memberikan jalan melalui sosok guru PAI saya waktu di SD. Beliau menawarkan saya untuk bersekolah di RSBI SMAN 1 Sumedang, SMA favorit di kota saya. Beliau sanggup mengarahkan saya untuk memperoleh beasiswa disana. Yaa, demi cita-cita saya ikuti, hanya orang bodoh yang tidak mau menjadi siswa di SMA nomor satu di kota ini. Bagi saya sekolah di SMA favorit itu hanyalah angan-angan belaka, namun saya berusaha untuk mewujudkannya. Semua aturan mainnya saya ikuti dengan semangat,mulai dari pendaftaran yang repot harus bolak-balik kantor kelurahan untuk membuat SKTM sampai proses seleksi yang menguras tenaga dan pikiran.

Alkisah, saya lolos seleksi mengalahkan ratusan pendaftar SMA modern di kota ini. Jujur, melihat pengumuman itu, saya jadi minder. Saya merasa tidak mampu untuk menuntut ilmu disana, saya merasa anak kampung yang tidak memiliki apa-apa. Namun setelah direnungi, betapa sulitnya untuk berada disana dan saya selalu ingat mimpi-mimpi yang saya punya, rasa minder itu pudar dengan begitu cepatnya. Saya bangga menjadi anak seorang petani diantara teman-teman saya yang anak anggota dewan, anak dokter, anak direktur perusahaan, dan lain-lain. Saya bangga berada ditengah-tengah mereka, karena mereka sosok teman sejati yang tidak memandang latar belakang ekonomi teman yang lainnya.

Semangat menimba ilmu disana membuahkan hasil yang patut diacungi jempol. Setiap semester saya selalu masuk peringkat 10 besar dikelas. Selama tiga tahun menjadi keluarga besar SMAN 1 Sumedang memberikan warna yang indah dalam lukisan kehidupanku, warna-warna tersebut menjadikan setiap langkahku menjadi penuh makna. Mei 2012 merupakan lembaran terakhir dalam diary SMA-ku. Rangkaian kata-kata yang tertulis dalam diary SMA-ku merupakan kata-kata yang penuh makna. Rangkaian kata yang mengajarkanku arti sebuah kehidupan. Pahit getirnya hidup saya berawal dari awal masuk SMA, mulai dari malu-malu saat mau berkenalan mencari teman, rela tidak makan gara-gara kehabisan uang jajan, berjualan pulsa buat uang jajan sendiri, nikmatnya hidup ngekost, nikmatnya menyusun karya tulis ilmiah, nikmatnya kegalauan saat memilih jurusan di perguruan tinggi dan lain-lain.

Tepatnya tanggal 28Mei 2012, saya dan teman-teman dikumpulkan untuk terakhir kalinya di tempat dimana dulu saya dan teman-temanku dipertemukan. Yaa, 28 Mei merupakan pelepasan kelas XII siswa SMAN 1 Sumedang. Hari itu merupakan hari yang menyedihkan sekaligus menyenangkan. Sedih karena berpisah dengan keluarga yang menemaniku disaat suka maupun duka, tetapi disisi lain saya juga senang karena dua hari sebelumnya, tepatnya tanggal 26 Mei 2012 merupakan hari yang tak terlupakan. Yaa, hari itu merupakan pengumuman kelulusan UN SMA dan pengumuman kelulusan SNMPTN Undangan 2012. Karena Allah SWT saya dimudahkan untuk melewatinya, dan diberikan kelulusan kedua-duanya. Lolos SNMPTN Undangan pada pilihan pertama jurusan Agribisnis IPB.

Selama 20 tahun ini perjalanan saya sampai ke kota hujan, memberikan banyak pelajaran yang penuh makna untuk menyongsong kehidupanku yang lebih baik lagi. Warna-warna yang terpancar dalam lukisan kehidupanku tersebut, masing-masing memberikan arti yang hanya terlihat dalam catatan kematianku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun