Mohon tunggu...
Andi Azhar
Andi Azhar Mohon Tunggu... Dosen -

Indonesian Scholar, Buruh Akademik. Selengkapnya di www.andiazhar.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

BELAJAR MEMAHAMI PERBEDAAN DALAM KERANGKA ASEAN COMMUNITY

19 Februari 2011   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:27 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan Association of South East Asian Nation (ASEAN) di tahun 2010 bisa dikatakan cukup signifikan. Dimana pada tahun 2010 salah satu pilar pendukung berdirinya ASEAN Community mulai dilaksanakan, yaitu dengan diberlakukannya ASEAN China Free Trade Agreement dimana ini merupakan simbolisasi pelaksanaan pilar ekonomi ASEAN Community. Namun tidak hanya pilar ekonomi saja kenapa ASEAN Community itu ada, namun masih ada 2 pilar lagi yang salah satunya adalah sosial dan budaya. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara merupakan negara dengan budaya yang majemuk, dimana satu negara dengan negara lain memiliki budaya yang beragam. Potensi konflik dari perbedaan budaya ini sangatlah besar untuk terjadi, sehingga banyak usaha dilakukan guba mengurangi gesekan-gesekan antar negara.Satu diantaranya adalah melalui pemuda dan budaya. Adalah Intercultural Learning and Friendship Program (ILFriP), sebuah program persahabatan antar pemuda Indonesia dan Thailand yang digelar oleh ASEAN Youth Friendship Network (AYFN) menjadi salah satu pendukung guna mengurangi gesekan-gesekan serta potensi konflik di negara ASEAN dengn memfokuskan diri pada hal kepemudaan, persahabatan dan budaya. ILFriP digelar pada tanggal 6-13 February 2011 dengan “Host University” dari Bangkok University (BU). Dengan tema “We Build  Bridge, not Wall”, program ini berusaha menjembatani persahabatan antara pemuda Indonesia dengan Thailand. Dalam program ini, delegasi Indonesia diwakili oleh 21 mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia, diantaranya adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, serta dari Universitas Islam Indonesia. Para peserta belajar bahasa Thailand selama 4 hari yang langsung menerapkannya dalam interaksi langsung dengan masyarakat Thailand. Dengan dipandu oleh Miss Kanitha, tutor bahasa Thailand dari Bangkok University, para peserta belajar mengenai ucapan-ucapan yang sering dipakai sehari-hari hingga tata bahasa serta huruf-huruf Thailand. Selain itu para peserta juga belajar Tari Ramwong, salah satu tarian tradisional yang cukup populer di Thailand.Dengan semangat ASEAN Community, para peserta sangat antusias dalam mengikuti kelas seni tari ini. Tak kalah untuk ber-unjuk gigi, para peserta dari Indonesia menunjukkan kebolehannya dengan menampilkan 5 tarian nusantara, yaitu Tari Saman dari Aceh, Tari Baksa Kambang dari Kalimantan Selatan, Tari Gebyar-Gebyar dari Jogjakarta, Tari Enggang dari Kalimantan Timur serta Tari Bala Dewa dari Jawa Tengah.

21 Orang Peserta ILFRIP 2011 bersama Committee ASEAN Youth Community Network, Kepala Pusat Bahasa Bangkok University serta Local Committee ILFriP dari Bangkok University setelah Pementasan Tari Antusiasme mahasiswa Thailand ternyata cukup tinggi ketika menyaksikan pagelaran budaya Indonesia ini.Terbukti dengan gemuruh tepuk tangan yang tiada henti ketika pertunjukkan ini berlangsung. Selain itu, di beberapa kesempatan pada sore harinya, beberapa peserta ada yang berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Thailand. Mereka diterima dengan baik oleh staf-staf KBRI Thailand. Guna menambah wawasan pengetahuan mengenai Thailand, para peserta diajak berkeliling mengunjungi Candi-candi yang ada di Bangkok.Selain itu para peserta juga mengunjungi Grand Palace (Istana Raja Thailand) dan Gedung Tempat penyelenggaraan ulang tahun Raja Bhumibol Adulyadev yang ke 70. Satu hal yang menarik ketika beberapa peserta berinteraksi dengan masyarakat Thailand yang sedang berdemontrasi di depan kantor perdana menteri Thailand, bahwa mereka (para peserta) diundang untuk ikut berdemo guna mendukung pemerintah Thailand segera bertindak dalam kasus konflik perbatasan dengn Kamboja. Cukup menyenangkan berinteraksi dengan masyarakat Thailand dimana para peserta menjadi semakin mengenal budaya masyarakat Thailand yang sangat loyal kepada Raja Bhumibol Adulyadev. Sebuah kearifan lokal masyarakat monarki dalam kerangka negara demokrasi yang cukup sulit ditemukan di negara lain. Semangat untuk menjadi satu keluarga dalam satu kawasan tak boleh padam. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus bangsa untuk mampu bertindak lebih guna menyongsong ASEAN Community dimana semua negara Asia Tenggara itu sama, tak ada lagi pembatas. Semoga melalui program ini, para pemuda Indonesia mampu termotivasi untuk lebih mengenal ASEAN Community yang akan berlaku sepenuhnya pada tahun 2015. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun