Mohon tunggu...
Andi Azhar
Andi Azhar Mohon Tunggu... Dosen -

Indonesian Scholar, Buruh Akademik. Selengkapnya di www.andiazhar.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doktor Rasa Sarjana

6 April 2016   11:04 Diperbarui: 6 April 2016   11:13 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari segi kualitas riset doctoral di Indonesia pun belum bisa dikatakan lebih baik dibanding Singapura, Malaysia dan Thailand. Tidak hanya kalah dari tiga negara yang sudah disebutkan tadi, tapi Indonesia juga kalah kualitasnya (berdasarkan citations per document dan h-index) dari Filipina! Indonesia mencatat cites per docs. di angka 7, sementara Filipina di angka 11. Dari sisi h-index, Indonesia mendapat angka 126, sementara Filipina 131. Lebih mengkhawatirkan lagi, dari data di atas, Indonesia ditempel ketat oleh Vietnam dengan angka h-index 122 dan melampaui hitungan cite per docs Indonesia sebesar 0,62 poin.  Dan semuanya dilakukan Vietnam dengan jumlah dokumen publikasian yang lebih sedikit dari Indonesia. Bukan tidak mustahil, dalam 2-3 tahun ke depan h-index milik Vietnam akan dapat melampaui Indonesia. Benar-benar sebuah fakta yang membuat kita tidak nyaman.
***

Kembali pada judul yang diangkat dalam tulisan ini, bahwa seorang doctor sudah sewajarnya harus membuktikan kemampuannya dalam penelitian, ucapan, dan tindakan. Ini semata-mata karena seorang doctor “dianggap” paripurna dalam mendesain sebuah hipotesis, antithesis, maupun analisa masalah. Jika seorang doctor kemudian masih menulis penelitian dengan aksioma “saya haus, maka saya harus minum”, maka sudah sewajarnya kita mempertanyakan tentang kedoktorannya tersebut. Lebih jauh, ucapan dan tindakan seorang doctor juga seharusnya sudah mencerminkan sebagai kaum cendekia cerdik pandai yang senantiasa ditunggu saran, masukan, dan kiprahnya dalam pembangunan Indonesia. Sangat disayangkan jika seorang doctor justru berbicaranya tanpa dasar, dan tidak sistematis, karena bagaimanapun juga setidaknya seorang doctor itu mencerminkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia.

Sebagai penutup, kiranya kita perlu merenungkan kembali tentang hakekat belajar dan pembelajaran. Kita perlu berkontemplasi lebih dalam untuk apa sesungguhnya kita belajar hingga jenjang tertinggi. Mau dikemanakan ilmu yang telah diperoleh ini. Sudahkan manfaat ilmu kita bagi peradaban manusia. Semoga ini menjadi refleksi dan renungan kita bersama untuk menciptakan Indonesia yang Berkemajuan.                                                                                                                                            

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun