selamat jalan sahabat, meskipun aku tak pernah mengenalmu sebelumnya..hingga saat hari kematianmu...
nyala apimu di depan istana merdeka, telah mampu membuka mata dan hati kami tentang sebuah ketidakmerdeka'kan kita sesungguhnya... keberanianmu,bagi kami bukanlah sebuah kebodohan sia-sia. keberanianmu adalah tamparan keras bagi kami yg merasa malu betapa pengecutnya kami selama ini...
aku akui sahabat, saat engkau tunjukkan keberaniaan'mu menggugat kesalahan penguasa, di saat itu pula aku lebih memilih jalan damai dengan tidur nyenyak bersama penderitaan... tapi tidak,untuk saat ini dan selamanya, perjuanganmu akan selalu aku (kami) lanjutkan... dimana ada ketidakadilan dalam suatu masyarakat, maka disanalah akan muncul bibit-bibit kebencian yg merupakan akar terciptanya kesadaran bagi kami untuk melawan...
sahabatku... bersama dengan nyala apimu didalam hatiku, maka dengarlah wahai engkau penguasa lalim "saat ini Revolusi telah dikumandangkan, kami telah bergerak dalam sebuah kesatuan dan takkan pernah ada cara untuk menghentikannya...
Sondang, kami telah menerima pesan darimu bahwa " apabila seorang tidak menjadi Maerhaen pada usia 25 tahun mungkin karena ia tidak memiliki perasaan, dan sebaliknya apabila ia tidak menjadi Marhaen pada usia 40 tahun itu pasti karena ia tidak mempunyai otak didalam kepalanya...
seluruh MARHAENISM di penjuru Indonesia, BERSATULAH...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H