Timun selalu membuatku merasa mual, bahkan hanya dengan mencium aromanya. Aneh, ya? Padahal ini cuma sayur biasa yang disukai banyak orang.Aku ingat masa kecilku dulu. Setiap kali ibuku memintaku menghabiskan salad, perutku langsung tidak nyaman. Baunya yang menyengat seolah memenuhi hidungku, membuatku enggan berada di meja makan. Teman-temanku selalu penasaran, "Kenapa sih kamu nggak suka timun?" Aku hanya bisa tersenyum kecut, karena aku sendiri tidak tahu pasti alasannya.Ternyata, aku tidak sendirian.
Beberapa artis K-pop terkenal juga punya cerita serupa. Baekhyun EXO, Doyoung NCT, Lia ITZY, hingga Momo TWICE---mereka semua mengaku tidak suka dengan timun. Kalau mereka saja bisa tetap bersinar meski punya "musuh" yang sama, kenapa aku harus merasa aneh?
Kenapa sih bisa begini?
Dokter bilang, setiap orang punya "sidik jari" penciuman yang unik. Apa yang menyegarkan bagi sebagian orang, bisa jadi terasa tidak nyaman untuk yang lain. Pengalaman masa lalu juga sering memengaruhi preferensi ini. Mungkin traumaku dimulai dari pengalaman makan salad bertahun-tahun lalu.
Aku bahkan pernah mengalami kejadian yang cukup parah. Saat SMP, ada teman yang iseng memasukkan potongan timun ke dalam tasku. Aku tidak sadar sampai membuka tas dan mencium baunya yang menyengat. Saat itu aku panik, merasa mual, dan bahkan pusing. Akhirnya, aku jatuh sakit dan harus izin sekolah selama seminggu. Sejak saat itu, ketidaksukaanku pada timun semakin menjadi-jadi.
Dampaknya? Nggak main-main.
Aku jadi lebih waspada setiap kali makan di luar. Buffet? Bisa jadi mimpi buruk! Restoran? Aku selalu bertanya dulu soal bahan makanan yang disajikan. Teman-temanku bahkan sudah hafal kebiasaanku menyingkirkan timun dari piring.
Strategi Bertahan Hidup
Menghindari timun ternyata butuh strategi khusus. Ini beberapa hal yang selalu kulakukan:
- Selalu bawa minyak aromaterapi. Baunya bisa membantuku mengalihkan perhatian dari aroma timun.
- Terus terang pada teman-teman. Mereka jadi lebih paham dan membantuku memilih makanan yang aman.
- Hindari situasi yang berisiko. Salad/Sushi? Terima kasih, tapi tidak.
Buatku, ini bukan sekadar trik, melainkan cara untuk menjaga kenyamanan diri sendiri.
Bau Timun: Monster Hijauku
Beberapa orang mungkin menganggap reaksiku berlebihan. Tapi mereka tidak tahu rasanya. Bau timun bukan sekadar bau biasa---bagiku, itu seperti pengingat yang tidak menyenangkan dari masa lalu.
Kesimpulan
Kita semua punya keunikan masing-masing. Timun mungkin nikmat untuk orang lain, tapi bagiku, tetap jadi "musuh" utama. Jadi, kalau kamu punya cerita serupa, yuk berbagi! Siapa tahu, cerita kita bisa saling menguatkan dan membuat kita merasa lebih dimengerti.
Mungkin, di luar sana, ada lebih banyak orang yang juga diam-diam menjadi pejuang anti-timun seperti aku. Ayo, kita saling mendukung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H