Mohon tunggu...
andhika suswanto
andhika suswanto Mohon Tunggu... profesional -

orang biasa saja yang masih belajar menulis. Hanya sebutir pasir di hamparan gurun pasir nan luas tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasib Anies Baswedan Di Konvensi Capres Demokrat: Kalah Jadi Abu, Menang Jadi Arang

30 Desember 2013   11:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13883768081528461933

[caption id="attachment_286957" align="alignnone" width="800" caption="Anies Baswedan (indonesianfutureleaders.org)"][/caption] Ketika Anies Baswedan memutuskan untuk ikut kontestasi dalam konvensi capres Partai Demokrat, saya termasuk yang sangat menyayangkan langkah blunder itu. Memang Anies mengajukan setumpuk alasan pembenar atas langkahnya ikut serta di konvensi, tapi tetap saja imej Partai Demokrat yang terlanjur terpuruk di mata masyarakat tidak akan mampu berubah dalam waktu singkat. Butuh waktu lama memulihkan nama baik dan citra partai yang telah terstigma sebagai terkorup itu, minimal untuk satu periode pemilu. Buruknya citra dan reputasi Demokrat pada saat ini, rasanya sulit untuk direparasi oleh kredibilitas dan citra positif seorang Anies Baswedan. Yang bakal terjadi justru sebaliknya, nama Anies lah yang bakal tercoreng moreng tidak karuan pasca konvensi itu. Kegalauan ini akhirnya terkonfirmasi dari hasil riset yang dilakukan Laboratoorium Psikologi Politik UI yang menyebutkan bahwa Anies sesungguhnya memiliki kemampuan politik tertinggi dibanding tokoh yang sudah dinominasikan 61 pakar/opinion leader. Dalam laporan hasil survei/riset opinion leader mencari lawan politik Jokowi 16-27 Desember 2013 Laboratorium Psikologi Universitas Indonesia (UI) yang dipaparkan di Jakarta, Minggu, Anies mendapatkan skor 7,26 di atas Tri Rismaharini (7,25), dan Basuki Tjahaja Purnama (7,24). Kemampuan politik Anies ini mendapat nilai tertinggi, khususnya kemampuan dalam memenangkan negosiasi dalam tarik menarik di antara berbagai kepentingan. Termasuk didalamnya adalah kemampuan menggalang dukungan massa dan berpotensi mendapatkan dukungan publik. Riset juga menyebutkan bahwa selain memiliki kemampuan politik tertinggi, Anies juga mendapat nilai tertinggi dalam dimensi yang diuji lainnya seperti dimensi stabilitas politik (7,14) dan dimensi penampilan (7,63). Sementara jika dikaitkan dengan progress konvensi, fakta menunjukkan bahwa konvensi ini ternyata jeblok. Nggak banyak rakyat yang tahu soal konvensi ini dan elektabilitas pesertanya juga ancur-ancuran. Elektabilitas tertinggi peserta hanya 7 persen yaitu Dahlan Iskan, sementara lainnya cuma nol koma sekian persen. Menang dalam konvensi juga belum tentu bisa diusung sebagai capres karena tidak cukup tiketnya. Benar-benar memprihatinkan. Jadi... Sebelum konvensi ini memasuki tahapan selanjutnya, masih belum terlambat bagi seorang Anies Baswedan untuk menarik diri dari agenda politik Demokrat itu. Proses reparasi kredibilitas Anies yang sempat tercoreng masih relatif lebih mudah dilakukan sekarang, ketimbang jika dilakukan nanti-nanti hingga usai konvensi atau bahkan pesta pemilu selesai. Apa sulitnya bilang mundur dari kontestasi konvensi ini dan ada banyak alasan untuk itu. Salah satunya bisa berdalih telah gagal mengangkat elektabilitas Demokrat dan tidak ada gunanya diteruskan lagi. Hanya buang-buang energi saja. Apalagi Partai Demokrat ini, berdasarkan hasil banyak survei, tidak mungkin jadi pemenang lagi di Pemilu 2014 dan bahkan berpeluang besar hanya jadi partai papan tengah. Sementara dengan segudang potensi yang dimilikinya, Anies termasuk tokoh yang diprediksi bisa menjadi lawan kuat bagi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, jika Jokowi memang benar-benar maju pada Pilpres 2014. Sangat jelas, selama masih berada di bawah naungan Partai Demokrat seperti saat ini, Anies Baswedan akan terus tersandera di tempat yang tidak akan mampu mendongkrak elektabilitasnya. Sayang sekali brand seorang Anies Baswedan yang bisa menjadi ikon perubahan baru, mewakili generasi muda, mempunyai banyak keunggulan kompetitif, tetapi mengalami layu pucuk. Nasibnya di konvensi capres Demokrat ibaratnya kalah jadi abu, menang jadi arang. Menyedihkan....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun