Mohon tunggu...
andhika suswanto
andhika suswanto Mohon Tunggu... profesional -

orang biasa saja yang masih belajar menulis. Hanya sebutir pasir di hamparan gurun pasir nan luas tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menerawang Racikan Koalisi Ala Mocong Putih

10 April 2014   17:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_302647" align="aligncenter" width="300" caption="(celebesonline.com)"][/caption]

Hajatan Pileg 2014 telah rampung dan hasilnya, berdasarkan versi hitung cepat, juga sudah telah terpampang dengan gamblang. Seperti yang telah diduga banyak pihak, PDIP pun keluar sebagai juara meski dengan perolehan suaranya relatif kurang memuaskan karena ternyata gagal mencapai batas minimal untuk pengajuan capresnya secara mandiri.

Jika mengutip hasil hitung cepat yang dilakukan Litbang Kompas, bisa diprediksi bahwa parlemen akan dihuni oleh 10 parpol. Urutan pemenang Pemilu 2014 adalah PDIP (19,24%), Partai Golkar (15,03%), Partai Gerindra (11,75%), Partai Demokrat (9,42%), PKB (9,13%), PAN (7,49%), PKS (6,99%), Partai Nasdem (6,7%), PPP (6,7) dan Partai Hanura (6,7%). Sementara dua kontestan lainnya, PBB dan PKPI tereliminasi secara alamiah karena hanya mampu meraup masing-masing 1,5% dan 0,94% suara.

Dari gambaran hasil seperti itu, maka koalisi diantara parpol mutlak dilakukan untuk memenuhi ambang batas pencalonan capres-cawapres di Pilres 2014. Pertanyaannya adalah siapa akan berkoalisi dengan siapa?

Untuk menjawab pertanyaan itu, tentunya harus dilihat faktor-faktor apa saja yang bisa memperjelas bagaimana peta jalinan koalisi dimungkinkan untuk terbangun.

Pertama, capres yang potensial bertarung diprediksi tidak jauh dari tiga figur yang marak diwacanakan saat ini, yakni Jokowi (PDIP), Aburizal Bakrie (Golkar) dan Prabowo Subianto (Gerindra). Sementara bakal capres-capres lainnya yang sebelumnya juga digadang-gadang, seperti Hatta Rajasa (PAN), Mahfud MD (PKB), Wiranto (Hanura) atau peserta konvensi Partai Ddemokrat bakal turun pangkat hanya untuk bakal cawapres saja.

Kedua, faktor chemistry politik. Faktor ini bakal menjadi salah satu penentu rancang bangun koalisi menuju pilpres 2014. Dari chemistry ini, diprediksi kuat moncong putih sulit berkoalisi dengan Partai Demokrat yang sepanjang 10 tahun terakhir memainkan peran diametral sebagai the rulling party dan oposan. Demokrat bakal dicoret dalam barisan koalisi PDIP.

Selanjutnya dengan Golkar, moncong putih juga diprediksi sulit menjalin koalisi setelah Ical dipastikan juga maju dalam Pilpres. Ical dan mesin partai beringin bakal membangun gerbong koalisi sendiri untuk berkompetisi di Pilpres 2014.

Sebagaimana halnya dengan Golkar, PDIP juga setali tiga uang dengan Gerindra. PDIP menghadapi hambatan besar berkoalisi dengan partai ini karena sejak jauh hari Prabowo telah dideklarasikan sebagai capres yang akan diusung Partai Gerindra. Gerindra bakal memimpin gerbong koalisi terpisah yang akan diadu dengan barisan pendukung Jokowi.

Dengan PKS, PDIP diprediksi tidak akan tertarik menjalin koalisi dengan partai ini. Chemistry politik moncong potih dengan PKS semakin sulit dipertemukan setelah vokalis PKS yang juga legislator Fraksi PKS di DPR Fahry Hamzah sudah membombardir PDIP dengan kritik tajam kepada Megawati dan Jokowi, dua figur utama partai moncong putih. Selain itu, rekam jejak PKS yang sering membuat gaduh dalam setgab koalisi yang dipimpin Demokrat serta belum redanya ingatan publik atas kasus korupsi mantan presiden PKS dalam kasus impor daging pasti menjadi catatan tersendiri bagi PDIP untuk tidak mempertimbangkan PKS masuk dalam barisan mereka.

Koalisi dengan PKB. Chemistry politik antara PDIP dengan PKB sangat mungkin terjalin setelah melihat perolehan suara dukungan ke PKB yang melejit bak meteor. dengan modalitas suara sebesar 9.13% itu, mau tidak mau harus diakui bahwa PKB telah membuktikan diri sebagai rumahnya warga NU dan hal ini menjadi sangat menarik bagi PDIP untuk bergandengan tangan menyongsong pilpres mendatang. Persoalannya tinggal bagaimana bargaining politik PKB? apakah akan menyodorkan capresnya sebagai cawapres untuk Jokowi dan PDIP mau menerimanya? Jika melihat dua bacapres yang selama ini diwacanakan PKB, yakni Rhoma Irama dan Mahfud MD, maka Jokowi tampaknya lebih pas disandingkan dengan Mahfud MD ketimbang Rhoma Irama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun