Aku saat ini adalah wujud dari pikiranku.
Bukanlah aku yang sadar bahwa aku adalah aku.
Bukanlah aku yang bahwa aku adalah diri aku sendiri.
Nah, mengapa aku tak bisa mencapai kebahagiaan?
Karena pikiranku selalu menolak kesengsaraan, hanya menginginkan kebahagiaan.
Padahal perasaan aku (dan kamu semua) memiliki dualitas yang kontras satu sama lain.
Walaupun perasaan itu memiliki preferensi yang tidak mutlak 1 (senang, bahagia, segar, cinta, sukacita, nyaman, dll) dengan 0 (sedih, sengsara, nyeri, benci, dukacita, waswas, dll).
Melainkan 0,1-0,2-0,3 .... 0,9
Dulu aku pernah mengalami kekayaan besar dalam hidupku dan aku (I was) bahagia.
Lalu aku mengalami kemelaratan besar dalam hidupku dan aku (I used to be) sengsara.
Tapi sayangnya, aku saat ini (I am) adalah masa depan aku yang dulu (I was dan I used to be).