Baik, belum tentu bener …
Bohong itu kaya main domino, saat kita ngeluarin ujung kartu yang sama untuk ngimbangin kartu yang keluar sebelumnya, sesekali bisa kita lewat, tapi saat kita udah ga bisa lagi ngeluarin kartu itu, permainan selesai dan kita kalah. Sama juga dengan bohong, kita akan diharuskan untuk membuat bohong baru untuk ngimbangin bohong sebelumnya, sesekali kita bisa lewat, bisa ngeles, tapi saat kita ga bisa lagi ngimbangin bohong yang sebelumnya, kebohongan itu selesai, semua bakal ketahuan. Selain otak dipake buat mikir kalimat baru untuk ngebohong, untuk mencegah ketauan, otak juga bakal dipake buat nginget semua kata yang pernah dipake buat bohong.
Christopher Eric Hitchens pernah bilang “A good liar must have a good memory” , seorang pembohong yang baik, harus memiliki ingatan yang baik. Dan bener, sekali aja kita lupa sama cara dan kapan kita berbohong, bakal ketauan, dan kebohongan itu bakal jadi sia-sia. Jadi jangan pernah berencana untuk berbohong kalo memori otak lebih kecil dari download-an mp3 bajakan yang udah dikonvert. Bakal cepet ketahuan.
Untuk bisa jadi pembohong professional yang ga pernah ketahuan itu harus punya 2 syarat mutlak, Pintar untuk berkata-kata indah , kemudian membuat drama biar orang percaya, dan kapasitas otak multi-milyar byte untuk mengingat semua kata kata yang dibikin tadi.
Dengan tidak bodoh, dan tidak lupa, kita pasti ga akan pernah ketahuan ngebohong.
Tapi apa bisa ga ketahuan??
Karena dengan bodohnya, perintah Tuhan aja sering kita lupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H