Mohon tunggu...
Andhika ivananta budiman
Andhika ivananta budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memupuk dengan membaca, memetik dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kepercayaan: Sebuah Realitas Dalam Selimut

11 Oktober 2023   02:20 Diperbarui: 11 Oktober 2023   02:23 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kepercayaan dalam KBBI berarti anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata, seringkali orang-orang pada umumnya meletakkan kepercayaan pada perasaan, bukan pada pikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang banyak orang lakukan pada kesehariannya, seperti bagaimana anda mempercayai teman-teman anda, mempercayai dia adalah cinta sehidup-semati mu, mempercayai selembar kertas yang terlihat tak berguna memiliki nilai. Hal-hal tersebut berasal dari perasaan anda dan perasaan kerap kali menciptakan keambiguan, kalau dipikir-pikir bagaimana bisa anda mempercayai teman anda sebagai "teman"? bagaimana bisa anda mempercayai dia adalah cinta anda satu-satunya, sementara ada 8 miliar lebih manusia di bumi ini? dan anehnya lagi, kita mengetahui bahwa "perasaan" rapuh dan lentur, bagaimana bisa anda berpijak dalam sesuatu yang tidak kokoh? 

Ibrahim dan Sang Pencipta

Sewaktu masih di masa sekolah dasar pernahkah anda dijanjikan hadiah sepeda baru oleh orang tua jika anda mendapatkan nilai yang bagus di kelas? penulis pernah mengalami itu, dengan janji yang diberikan penulis berharap mendapatkan peringkat pertama atau setidaknya berada dalam 3 besar, namun rasanya itu agak berat jika yang dilakukan setelah maghrib adalah menonton televisi saja, saya berpikir waktu itu, kira-kira apa saja yang perlu saya lakukan agar dapat hadiah sepeda? mencatat hasil penjelasan guru sewaktu di kelas, mengikuti bimbingan belajar, hingga membaca buku setelah selesai bermain bola di sore hari.

Kalau kita melihat dari sudut pandang pragmatis, mungkin anda akan mendapati bahwa yang penulis lakukan sia-sia, karena pada akhirnya saya tidak mendapatkan sepeda itu, tapi coba kita berpikir, saat itu saya dijanjikan sepeda sehingga saya mempercayai jika saya berusaha, saya akan mendapatkannya. Dari sebuah kepercayaan itu timbul penalaran sebagai upaya pembentuk kenyataan, dalam sebuah situasi kecil seperti pengalaman penulis di atas, mungkin orang-orang seringkali berhasil mengubah "khayalan" tersebut menjadi kenyataan, tapi jika dibawa dalam hal yang lebih luas lagi, tidak jarang juga yang gagal menjadi Ibrahim, tatkala ia mempertanyakan siapa atau apa yang menciptakan alam semesta ini.

Khayalan Yang Menjadi Kenyataan

Teringat kembali sewaktu kecil dulu, saya dan adik saya pernah bermain petak umpet dengan ibu, saya dan adik saya berlari tuk mengumpat dalam selimut, kami percaya bahwa ibu tidak akan mampu melihat kami, setelah selesai berhitung ibu pergi mencari kami, dan tidak memakan waktu lama, ibu berhasil menemukan kami.

Jadi, apa kaitannya?

bung Rocky, pernah menyebut "buku kepercayaan" adalah sebuah buku fiksi, ucapan itu pernah menggemparkan dunia maya pada tahun 2018 lalu. Namun, benarkah begitu? pertama-tama kita harus memahami apa itu fiksi? dalam KBBI fiksi berarti cerita rekaan ; khayalan ; tidak berdasarkan kenyataan. Saya meminta Yuval untuk membawakan buku "Sapiens" agar saya mampu menjelaskan definisi lain dari "fiksi", menurut Yuval fiksi tidak bisa dibedakan dengan kenyataan, karena fiksi sendiri memiliki makna yang berarti realitas yang dibayangkan dan ini tidak berarti fiksi = tidak nyata, karena jika kepercayaan = omong kosong, lantas kenapa anda masih menggunakan uang? sebuah kertas biasa yang terlihat jauh tidak istimewa jika dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya, kepercayaan akan selalu menjadi nyata sepanjang ia disepakati oleh banyak orang dan kepercayaan ada bagi mereka yang meyakini, seperti saya dan adik saya dalam selimut, jika dilihat dari luarnya saja, mungkin yang mengamati akan keliru, namun jika ditelusuri, kami benar-benar ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun