Mohon tunggu...
Andhiera Mauliafany
Andhiera Mauliafany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Saya adalah seorang Mahasiswi aktif dari Universitas Telkom Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tata Ruang Rumah Bangsawan Salah Satu koleksi di Museum Sribaduga

13 November 2023   15:20 Diperbarui: 13 November 2023   15:24 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bandung.go.id/news/read/6893/museum-sri-baduga-asyiknya-mengenal-budaya-sundaInput sumber gambar

Perkembangan  sosial  masyarakat  pada  masa  penjajahan  di  berbagai  negara dapat  berbeda-beda  tergantung  pada  konteks  historis,  politik,  dan  sosial masing-masing  negara.  Namun  secara  umum,  penjajahan  dapat  berdampak negatif  pada  perkembangan  sosial  masyarakat  di  bawahnya.  Di  Indonesia, misalnya,  penjajahan  Belanda  selama  hampir  tiga abad  telah  mengakibatkan berbagai   perubahan   sosial   dalam masyarakat   Indonesia. Perkembangan  sosial  masyarakat pada  masa  penjajahan  di  berbagai  negara juga  dapat berbeda-beda  tergantung  pada  konteks  historis,  politik,  dan  sosial  masing-masing  negara. Namun   secara   umum,   penjajahan   dapat   berdampak   negatif   pada   perkembangan   sosial masyarakat di bawahnya. Di Indonesia, misalnya, penjajahan Belanda selama hampir tiga abad telah  mengakibatkan  berbagai  perubahan  sosial  dalam  masyarakat  Indonesia.  Selama  masa penjajahan,   Belanda   telah   memperkenalkan   sistem   kasta   yang   memisahkan   masyarakat Indonesia ke dalam beberapa kelompok berdasarkan ras, agama, dan status sosial. Sistem kasta ini telah menciptakan kesenjangan sosial yang besar antara orang Indonesia pribumi dan orang Belanda atau keturunan Belanda. Salah satu bentuk kesenjangan yang sangat mencolok bisa terlihat dari tempat tinggal masyarakat Indonesia pada saat itu.

Kesenjangan tempat tinggal antara bangsawan dan rakyat cacah telah menjadi salah satu cerminan terkuat dari ketidaksetaraan dalam masyarakat. Fenomena ini mencerminkan perbedaan sosial dan ekonomi yang dalam antara dua kelompok ini. Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang melatarbelakangi kesenjangan ini dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kesenjangan sosial antara bangsawan dan rakyat cacah bisa disebut juga sebagai kesenjangan kelas, hal ini telah menjadi perhatian sepanjang sejarah manusia. Beberapa alasan mengapa kesenjangan sosial ini sering dibahas antara bangsawan dan rakyat cacah meliputi:

  • faktor-faktor Ekonomi

Salah satu alasan utama  kesenjangan  antara bangsawan dan rakyat cacah adalah perbedaan ekonomi. Bangsawan sering kali memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya ekonomi seperti tanah dan kekayaan. Kekuatan ekonominya memungkinkan mereka membangun rumah besar dan mewah di lokasi  strategis. Di sisi lain, mereka yang masuk dalam daftar mungkin terkendala keterbatasan finansial, sehingga rumah mereka cenderung lebih sederhana dan terletak di kawasan dengan akses terbatas.

  • Faktor Budaya dan Sejarah

Faktor budaya dan sejarah juga memainkan peran penting dalam membentuk kesenjangan tempat tinggal. Beberapa masyarakat memiliki warisan feodal atau kerajaan yang memberikan bangsawan hak-hak istimewa dalam kepemilikan tanah dan aset-aset berharga lainnya. Perbedaan ini tercermin dalam bentuk rumah yang dibangun, menciptakan citra keunggulan dan kelas sosial yang terpisah.

  • Ketidaksetaraan Pendidikan dan Peluang

Kesenjangan dalam pendidikan dan peluang juga memainkan peran dalam menentukan jenis tempat tinggal yang dapat diakses oleh bangsawan dan rakyat jelata. Bangsawan sering kali memiliki akses lebih besar terhadap pendidikan yang berkualitas, yang dapat membuka pintu bagi pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi. Sebaliknya, rakyat cacah mungkin terbatas dalam hal pendidikan, membatasi peluang mereka untuk meraih keberhasilan ekonomi yang setara.


Di Museum Sri Baduga Bandung ada salah satu koleksi yang mencerminkan keadaan Tata Ruang Rumah Bangsawan pada masanya. Tata ruang rumah bangsawan ini mencerminkan kemewahan, kelas sosial yang tinggi, dan menggabungkan unsur-unsur seni dan desain yang elegan. Penataan ruangan dan perlengkapan rumah dapat menunjukan status sosial pemiliknya. Rumah masyarakat kalangan bangsawan pada abad 19-20 umumnya berdinding gebyog, yaitu dinding kayu berukir. Di setiap ruangan ditata dengan perlengkapan rumah tangga yang sesuai dengan penggunaan. Gebyog (1), Kursi Goyang (2), Meja Marmer (3), Lemari Kaca (4), Lampu Gantung/Astrolef (5), Tempat Menyimpan Tongkat (6), Kapstop (7), Tempat Tidur Lokcan (8), Lemari Pakaian (9), Gotekan (10), Meja Rias (11), dan Meja Makan (12).

Tata ruang rumah bangsawan dapat sangat bervariasi tergantung pada gaya arsitektur, preferensi pemilik, dan era pembangunan. Namun, unsur-unsur kemewahan, seni, dan desain yang elegan adalah ciri umum yang sering dijumpai dalam tata ruang rumah bangsawan.

 Koleksi ini di abadikan karena koleksi penataan rumah bangsawan memiliki nilai historis, budaya, dan seni yang unik, sehingga diabadikan untuk mempertahankan sejarah dan warisan. Gaya arsitektur yang terdapat dalam rumah bangsawan juga mencerminkan periode sejarah tertentu, melindungi dan mempertahankan arsitektur klasik atau gaya arsitektur yang mewakili masa lalu memberikan gambaran yang penting tentang perkembangan seni bangunan dan estetika pada waktu tersebut.

Tata ruang rumah bangsawan tidak sekadar merupakan kumpulan ruangan dan perabotan mewah, ia berperan sebagai bahasa visual yang mengkomunikasikan identitas, nilai-nilai budaya, dan sejarah suatu keluarga atau individu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fungsi komunikasi budaya yang terkandung dalam tata ruang rumah bangsawan.

1.Ekspresi Identitas dan Status Sosial:

Rumah bangsawan menjadi panggung bagi ekspresi identitas dan status sosial pemiliknya. Desain interior, arsitektur, dan furnitur dipilih secara hati-hati untuk mencerminkan kelas sosial yang tinggi dan posisi yang dihormati dalam masyarakat. Ruang yang diatur dengan kemewahan bukan hanya menampilkan keberhasilan finansial, tetapi juga menyampaikan pesan tentang identitas keluarga atau individu.

2.Perwujudan Nilai-Nilai Budaya:

Elemen-elemen di dalam rumah bangsawan, seperti furnitur klasik, seni, dan dekorasi, berfungsi sebagai penjelmaan dari nilai-nilai budaya yang dihargai oleh pemiliknya. Keberadaan barang-barang antik atau seni tradisional menjadi bukti apresiasi terhadap sejarah dan warisan budaya yang ingin dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Nilai budaya Tata Ruang Rumah Bangsawan juga memiliki relevansi dengan nilai budaya masa kini, Tata Ruang Rumah Bangsawan menciptakan jembatan antara tradisi dan kebutuhan kontemporer. Meskipun nilai-nilai budaya mungkin berasal dari masa lalu, banyak aspek dari tata ruang rumah bangsawan yang memiliki relevansi yang terus berlanjut dalam konteks masyarakat modern.  Tata ruang rumah bangsawan sering kali mencakup seni dan kreativitas yang tinggi dalam desain interior dan dekorasi. Nilai apresiasi terhadap seni dan kreativitas ini masih relevan dalam masyarakat modern, yang terus memperhatikan keindahan dan estetika dalam lingkungan sekitar. Selain itu, Meskipun rumah bangsawan mungkin memiliki ruang khusus untuk kegiatan tertentu, konsep fleksibilitas dalam fungsi ruang juga relevan. Di era modern di mana kebutuhan dan gaya hidup dapat berubah, ide mengenai ruang yang dapat diadaptasi untuk berbagai kegiatan tetap menjadi nilai yang dihargai.

Tata ruang rumah bangsawan juga dapat memberikan berbagai pelajaran berharga tentang komunikasi antar budaya. Meskipun rumah bangsawan mungkin berasal dari konteks budaya tertentu, banyak nilai dan prinsip yang dapat diterapkan secara lebih luas dalam situasi komunikasi antar budaya. Salah satunya mengajarkan pentingnya simbolisme dan tradisi di setiap elemen dalam tata ruang rumah bangsawan, karena sering kali memiliki makna simbolis yang dalam atau merujuk pada tradisi tertentu. Pelajaran ini mengajarkan bahwa pengenalan simbolisme dan tradisi sangat penting dalam berkomunikasi antar budaya agar pesan dan makna tidak terdistorsi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun