Mohon tunggu...
Sunardi Purwanda
Sunardi Purwanda Mohon Tunggu... -

Saat ini sedang belajar di Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peti di Dalam Peti; Dalam Perenungan Hari Bumi

22 April 2013   00:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:49 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ternyata dunia ini

Adalah sebuah peti

Sebuah peti yang besar dan tertutup di atasnya

Dan kita manusia berputar-putar di dalamnya

Dunia sebuah peti yang besar

Dan tertutup di atasnya

Dan kita terkurung di dalamnya

Dan kita berjalan-jalan di dalamnya

Dan kita bermenung di dalamnya

Dan kita membuat peti di dalamnya

Dan kita membuat peti

Di dalam peti ini

Sebuah syair yang dibacakan oleh Taufik Ismail di Taman Ismail Marzuki 30-31 Januari 1980. Tepat 33 tahun yang lalu, dilantunkan sebuah gubahan syair puisi yang begitu estetis lagi penuh makna.

Ada apa dengan puisi tersebut?, dan apapula kaitannya dengan judul tulisan ini?.

Kalimat diatas sarat dengan makna, mari kita coba renungkan sejenak tiap-tiap "literasi kata" yang diucapkan. Ada kata Dunia, Manusia, dan Peti yang menjadi intisari dalam puisi tersebut.

Dunia adalah bumi dengan segala sesuatu yg terdapat di atasnya. Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Sedangkan Peti adalah kotak bertutup. Untuk lebih jelasnya silahkan buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Apakah perenunganmu sudah saling terkait satu sama lain?, semoga saja demikian. Dengan kita memaknai bahwa dunia atau bumi ini sebagai tempat berpijak maka selayaknya sebagai manusia yang mempunyai akal budi untuk terus menjaganya, menjaganya dari sebuah kehancuran, kerakusan tangan-tangan yang tak pernah puas untuk merusak, hingga kita berakhir dalam sebuah peti atau liang lahat. Bukankah itu sebuah perjuangan?.

Tepat pada tanggal 22 April kita memperingati Hari Bumi, dimana dilakukan pengamatan tentang bumi yang diperingati secara internasional.Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia. Dengan peringatan hal tersebut di amanahkan kepada seluruh manusia agar ikut menjaga dan melestarikan lingkungan demi terciptanya tempat tinggal yang sehat dan berkelanjutan.

Namun lihatlah kenyataannya!. Ada empat Negara yang paling berkontribusi dalam merusak lingkungan hidup di muka bumi, data ini dipublikasikan dari hasil penelitian tahun 2010 yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Adelaide. Keempat Negara tersebut yakni Brazil, Amerika Serikat, China dan Indonesia.

Ditambahkan bahwa ada tujuh indikator yang digunakan untuk mengukur degradasi lingkungan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa penggundulan hutan, pemakaian pupuk kimia, polusi air, emisi karbon, penangkapan ikan, dan ancaman spesies tumbuhan dan hewan, serta peralihan lahan hijau menjadi lahan komersial -seperti mal atau pusat perdagangan-, serta lahan perkebunan.

Lagi-lagi Indonesia berada di jajaran terdepan, apa kata dunia?. Harusnya hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah kita dalam menjaga serta melestarikan lingkungan hidup. Setiap tahun hutan kita mesti raib digondol oleh cukong-cukong kayu, lingkungan laut kita tercemar hingga nelayan semakin menderita, dan pembangunan yang tak lagi memperhatikan lingkungan.

“Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir kecil manusia yang serakah,” kata Mahatma Gandhi.

Bukankah Bumi ini nantinya akan kita wariskan pada anak cucu kita kelak?. Mungkin mereka nantinya akan mengais peti mati kita, lalu coba memegang tengkuk leher kita yang sudah jadi tulang belulang, lalu berkata “apa cuma kesengsaraan yang telah kau wariskan pada kami ini?”.

Sangat miris..!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun