Ternyata dunia ini
Adalah sebuah peti
Sebuah peti yang besar dan tertutup di atasnya
Dan kita manusia berputar-putar di dalamnya
Dunia sebuah peti yang besar
Dan tertutup di atasnya
Dan kita terkurung di dalamnya
Dan kita berjalan-jalan di dalamnya
Dan kita bermenung di dalamnya
Dan kita membuat peti di dalamnya
Dan kita membuat peti
Di dalam peti ini
Sebuah syair yang dibacakan oleh Taufik Ismail di Taman Ismail Marzuki 30-31 Januari 1980. Tepat 33 tahun yang lalu, dilantunkan sebuah gubahan syair puisi yang begitu estetis lagi penuh makna.
Ada apa dengan puisi tersebut?, dan apapula kaitannya dengan judul tulisan ini?.
Kalimat diatas sarat dengan makna, mari kita coba renungkan sejenak tiap-tiap "literasi kata" yang diucapkan. Ada kata Dunia, Manusia, dan Peti yang menjadi intisari dalam puisi tersebut.
Dunia adalah bumi dengan segala sesuatu yg terdapat di atasnya. Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Sedangkan Peti adalah kotak bertutup. Untuk lebih jelasnya silahkan buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Apakah perenunganmu sudah saling terkait satu sama lain?, semoga saja demikian. Dengan kita memaknai bahwa dunia atau bumi ini sebagai tempat berpijak maka selayaknya sebagai manusia yang mempunyai akal budi untuk terus menjaganya, menjaganya dari sebuah kehancuran, kerakusan tangan-tangan yang tak pernah puas untuk merusak, hingga kita berakhir dalam sebuah peti atau liang lahat. Bukankah itu sebuah perjuangan?.
Tepat pada tanggal 22 April kita memperingati Hari Bumi, dimana dilakukan pengamatan tentang bumi yang diperingati secara internasional.Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia. Dengan peringatan hal tersebut di amanahkan kepada seluruh manusia agar ikut menjaga dan melestarikan lingkungan demi terciptanya tempat tinggal yang sehat dan berkelanjutan.
Namun lihatlah kenyataannya!. Ada empat Negara yang paling berkontribusi dalam merusak lingkungan hidup di muka bumi, data ini dipublikasikan dari hasil penelitian tahun 2010 yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Adelaide. Keempat Negara tersebut yakni Brazil, Amerika Serikat, China dan Indonesia.
Ditambahkan bahwa ada tujuh indikator yang digunakan untuk mengukur degradasi lingkungan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa penggundulan hutan, pemakaian pupuk kimia, polusi air, emisi karbon, penangkapan ikan, dan ancaman spesies tumbuhan dan hewan, serta peralihan lahan hijau menjadi lahan komersial -seperti mal atau pusat perdagangan-, serta lahan perkebunan.
Lagi-lagi Indonesia berada di jajaran terdepan, apa kata dunia?. Harusnya hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah kita dalam menjaga serta melestarikan lingkungan hidup. Setiap tahun hutan kita mesti raib digondol oleh cukong-cukong kayu, lingkungan laut kita tercemar hingga nelayan semakin menderita, dan pembangunan yang tak lagi memperhatikan lingkungan.
“Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir kecil manusia yang serakah,” kata Mahatma Gandhi.
Bukankah Bumi ini nantinya akan kita wariskan pada anak cucu kita kelak?. Mungkin mereka nantinya akan mengais peti mati kita, lalu coba memegang tengkuk leher kita yang sudah jadi tulang belulang, lalu berkata “apa cuma kesengsaraan yang telah kau wariskan pada kami ini?”.
Sangat miris..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H