Mohon tunggu...
Andez Amsed
Andez Amsed Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

hidup itu indah jika kita pandai bersyukur :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sebuah coretan yang aku sebut "Entahlah"

7 November 2012   18:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:47 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berulang-ulang aku selalu menuliskan kegundahanku pada dinding yang sedang ada dihadapaku kini.
kali ini, aku sedang ingin meluapkan sebuah perasaan yang entahlah aku sebut apa"

andai saja engkau mengerti, selalu ada rindu dalam diri ini. bayangkan saja, durasi pertemuan kita tidak sepanjang dibandingkan dengan kesepian yang kita rasakan. tapi setidaknya kau tahu dan mengerti, aku selalu mengumpulkan recehan detik untuk menemuimu. bisakah kau sedikit mengerti untuk hal ini? atau setidaknya kau pura-pura mengerti untuk tidak memarahi karena kesibukkanku? masih adakah sedikit pengertian untuk hal seperti ini, agar kita tidak selalu mengirimkan pesan yang sama saat kita gagal bertemu. aku mengerti dan aku paham tentang sebuah kerinduan. tapi tidakkah kau merasakan kebersamaan kita selama ini? setiap senyuman yang selalu aku tunggu diwaktu pagi, setidaknya diwaktu kita bertemu. jujur saja, setiap kerinduan ini kutuliskan dalam setiap lembar-lembar yang kupasang pada dinding-dinding kamar, agar aku tahu, seberapa lama aku bisa menahan rindu ini. ku akui, tak biasa aku merasakan kesepian ini. bisakah sedikit bersabar, setidaknya beberapa menit yang kau luangkan untuk menungguku. di Halte tempat biasa kita bertemu. aku masih ingat, kau selalu ingin bersandar saat kau merasa lelah, dan aku rindu menjadi dinding sandaranmu. kau selalu berharap ada coklat dan es cream yang menemanimu saat kau menungguku, dan saat itu, aku sedang berlari mengantarkan coklat dan es cream yang kau sukai itu, tapi aku tahu, aku tak bisa secepat yang kau minta. hingga pada akhirnya, coklat telah meleleh dan es cream itu telah mencair sebelum aku menemui. Aku tahu, ada sebuah kekecewaan yang kau rasakan, aku tahu ada sedikit kelelahan yang aku rasakan. aku selalu bertanya-tanya, apakah ini sebuah perjuangan yang sia-sia? apa itu tidak berarti apa-apa untukmu, setidaknya kau bisa merasakan dan mengetahui. aku telah berjuang melawan arah, aku telah berusaha semampuku, kau tahu itu? aku hanya mengharapkan seulas senyummu dan sebongkah pengertian yang kau berikan disaat keadaan seperti ini?
bukankah kita sedang mengerti kemana arah angin kehidupan kita tertuju?
sayang, jangan kau menulis perasaanmu di atas hamparan pasir, karena suatu saat nanti humbusian angin keegoan kita akan mengajak deburan ombak untuk menghapusnya. meskipun akan terlihat indah, tetapi hanya itu sementara untuk kita nikmati. bukankah itu bukan harapan kita?
aku harap, kita punya harapan yang sama. aku masih teringat hembusan nafasmu yang sesekali kau bisikan padaku dan kau katakan "Aku sayang sama kamu, dan jadilah yang terakhir". ya, aku masih merasakan hembusan angin itu, sesekali ada sebuah kekuatan yang membuatku bangkit untuk terus mengumpulkan recehan waktu dan saat terkumpul nanti, kita akan menghabiskan recehan waktu itu sampai kita mengerti arti dari sebuah penantian dan pengharapan.
jika saja ada harapan yang bisa kutuliskan lebih dari apa yang pernah aku tuliskan sebelumnya, pasti akan aku tulisankan sekarang. hanya saja, harapanku selalu sama. "Aku dan kamu menjadi kita"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun