Mohon tunggu...
Andes Rain
Andes Rain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah caraku menjadi diri sendiri, mengenal diriku lebih dalam, dan sejenak lari dari dunia. Aku senang dengan film, baik ketika produksi ataupun konsumsinya maka dari itu aku memilih jurusan Film dan Televisi. Aku masih tidak punya cita-cita, yang aku tahu aku hanya ingin bisa terus bersinar dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Melangkah ke Masa Lalu Melalui Museum Keris Brojobuwono

6 Desember 2023   13:39 Diperbarui: 6 Desember 2023   13:45 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasanya Mata Kuliah Apresiasi Seni Tradisi selalu punya agenda tersendiri dalam pembelajarannya. Kali ini kami—saya dan teman-teman Mahasiswa Prodi Film dan Televisi Angkatan 2023 ISI Surakarta diberi mandat untuk  mengamati dan mengapresiasi sebuah mahakarya leluhur yang bukan hanya indah tetapi memiliki sejarah. Bertempat di Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah berdiri sebuah museum keris bernama Padepokan Keris Brojobuwono yang telah berdiri sejak 1999. Didirikan oleh Bambang Gunawan dan Basuki Teguh Yuwono, museum ini masih eksis hingga sekarang.

Ketika sampai di sana kami langsung disambut dengan ornamen-ornamen otentik seperti logo identitas padepokan, kepala rusa, patung gajah, dan masih banyak lainnya. Kami juga disambut dengan Mbah Gemblong, seseorang panjak atau pembantu Mpu yang sangat ramah. Sebelum kami masuk, kami diantar untuk mengisi buku pengunjung terlebih dahulu. Kemudian setelah semua mengisi, kami dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan kelas untuk kemudian mengikuti kakak pemandu yang akan menjelaskan tentang keris-keris tersebut.

Koleksi keris di museum ini sangat banyak sekali. Ada yang letaknya disejajarkan di meja kaca dan ada yang berada di etalase dinding kaca. Dua-duanya dilengkapi dengan deskripsi singkat tentang keris tersebut. Satu persatu kami diceritakan tentang perjalanan keris-keris itu, langkah kaki kami dibuat mengalir begitu saja seiring dengan penjelasan kakak pemandu. Sampai tibalah kami pada satu keris yang memesona banyak mata, letaknya tersendiri dan sangat indah. Seringkali disebut sebagai keris masterpiece Mpu Basuki bernama Keris Nogo Minulyo.

(dokumentasi pribadi)
(dokumentasi pribadi)
Keris Nogo Minulyo adalah keris bergaya akulturasi Bali dan Jawa. Keris ini terbuat dari material pasir besi hasil erupsi gunung Merapi yang katanya kualitasnya sangat bagus. Pembuatan keris ini pada akhirnya menjadi pembuktian bahwa material pasir besi di lereng gunung Merapi kualitasnya itu bagus memang benar adanya. Dikutip dari pernyataan salah satu Mpu di sana, pemberian nama Nogo Minulyo adalah sebagai bentuk penghormatan atas kondisi alam semesta saat erupsi tersebut, karena pada saat itu erupsi bisa disebut sebagai bencana dan juga bisa disebut sebagai berkat karena menjadikan tanah menjadi subur. Oleh karena itu Keris Nogo Minulyo ini bisa juga diartikan sebagai bentuk ajakan agar semua masyarakat menjaga alam lingkungan agar senantiasa selaras dan nyaman untuk kita tinggali.

Pembuatan keris ini diambil dari bahan material alam yang tujuannya sebagai riset dan mengkampanyekan pentingnya menjaga alam sekitar. Setiap ornamen yang ada memiliki arti. Pada bagian warangka atau sarung pelindung keris terdapat emas dan perak yang memukau yang memiliki arti bahwa kita sebagai manusia harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan dampak positif ke kalangan masyarakat sehingga terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga alam sekitar. Setiap detailnya selalu memiliki nilai-nilai sosial dan budaya yang kuat.

(dokumentasi pribadi)
(dokumentasi pribadi)

Museum ini bukan hanya menyimpan koleksi-koleksi keris tetapi juga fosil-fosil tubuh hewan seperti gading gajah, tanduk rusa, bahkan tulang cacing. Selain itu museum ini juga mempersilakan pengunjung untuk melihat proses pembuatan keris di sana, melihat para Mpu bekerja menempa keris-keris. Ini bisa menjadi daya tarik bagi pengunjung karena tawaran seperti ini jarang sekali ada di museum-museum pada umumnya yang hanya menampilkan koleksi-koleksi yang ada. Dengan bantuan kakak pemandu yang siap siaga menjelaskan tentang keris-keris tersebut sangat membantu pengunjung masuk ke dalam histori dan cerita dari tiap keris. Sayangnya adalah mungkin karena kami datang dengan jumlah yang banyak kami sedikit kesulitan dalam hal mobilisasi karena ruangan yang terbatas dan banyaknya koleksi yang ada. Salah satu solusinya adalah kami harus sabar bergantian untuk menikmati koleksi yang ada.

Secara keseluruhan kunjungan ke Museum Keris Brojobuwono ini sangat berkesan, tiap keris memiliki keelokan rupa yang berbeda, membawa cerita dan nilai yang beragam, dan bisa disimpulkan keris bukan hanya benda fisik semata, mereka menjadi jendela menuju sejarah dan keindahan kreativitas manusia, mengukir pengalaman apresiasi seni yang mendalam dan berkesan.

Nur Andes Adinda Rain dan Taufikkurrahman Al Hanif | Film dan Televisi, Institut Seni Indonesia Surakarta |andesrain30@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun