Kopi merupakan minuman sejuta makna bagi sebagian besar orang dimana salah satunya adalah saya, yang merupakan seorang mahasiswa di sebuah universitas di Yogyakarta.
Bukan rahasia lagi kalau kopi merupakan sahabat dekat bagi seorang Mahasiswa. Kopi bisa dikatakan teman yang selalu setia menemani aktivitas perkuliahan disaat sulit-sulitnya. Misalnya saja saat hectic deadline tugas yang memaksa lembur dan bahkan tidur untuk mengerjakannya ataupun saat menghadapi masa-masa ujian sehingga perlu lembur untuk belajar. Bisa dibilang disaat-saat seperti ini kopi merupakan teman malam yang sangat kita butuhkan dan juga paling bisa diandalkan. Dan tidak berlebihan pula jika mengatakan bahwa kopi memiliki peranan besar dalam prestasi akademik maupun nonakademik seorang mahasiswa. Bayangkan tanpa kopi, betapa sulitnya menahan kantuk dimalam hari untuk mengerjakan tugas ataupun kegiatan belajar, apalagi jadwal padat yang menghimpit satu harian. Bagi sebagian mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri untuk belajar jauh-jauh hari sebelum ujian, mungkin ketiadaan kopi bukanlah masalah. Namun bagi mahasiswa yang menerapkan “SISTEM KEBUT SEMALAM” dimana mempersiapkan ujian baru dilakukan H-1 sebelum ujian, tentu kopi merupakan partner yang sangat penting untuk menjaga tubuh dari rasa kantuk selama belajar. Tanpa kopi, sehingga ketiduran saat belum ada persiapan yang cukup untuk ujian besok merupakan mimpi buruk bagi kehidupan mahasiswa. Dan tidak bisa dipungkiri, walaupun sudah belajar jauh-jauh hari sebelumnya, pada H-1 sebelum ujian pasti hampir semua mahasiswa lembur untuk belajar, dan kegiatan lembur akan sangat sulit terlaksana tanpa adanya kopi.
Namun, kebisaan minum kopi di lingkungan mahasiswa yang saya alami saat ini benar-benar berbeda jauh jika dibandingkan pada saat saya belum menjadi mahasiswa dan masih tinggal bersama-sama dengan orangtua. Di kampung halaman saya minum kopi bersama merupakan kebiasaan yang cukup rutin kami lakukan. Kopi juga sama sekali bukanlah teman di malam hari ataupun teman untuk menahan kantuk. Namun, kopi lebih sering menemani di pagi dan sore hari. Tujuannya pun jauh sekali berbeda, dimana meminum kopi merupakan kebiasaan yang dilakukan saat hendak berkumpul bersama keluarga ataupun saat ada tamu/saudara yang datang. Dengan kata lain kebiasaan minum kopi merupakan kegiatan yang mendekatkan antar anggota keluarga ataupun dengan tamu sehingga dengan kehadiran kopi, kegiatan berbincang-bincang menjadi terasa semakin nikmat.
Tidak hanya berbeda dalam hal tujuan meminum kopi, perbedaan juga terdapat dalam penyajian kopi itu sendiri. Dilingkungan saya sebagai mahasiswa, menyajikan kopi dilakukan cukup dengan menyeduhnya dengan air panas kemudian ditambahkan gula. Berbeda dengan dilingkungan kampung halaman saya, dimana kopi harus dimasak terlebih dahulu dengan air sampai mendidih, dan dibiarkan mendidih beberapa saat, kemudian kopi disaring dan dicampurkan gula. Jika hanya diseduh dengan air panas, kopi akan terasa kurang nikmat. Memang jenis kopi yang saya minum di sini dan dikampung halaman saya berbeda. Dikampung halaman saya, saya meminum kopi yang benar-benar asli kopi, namun jika disini saya meminum kopi dalam bentuk sachetan atau bahkan kopi langsung dalam botol ataupun kaleng. Jika dipikir-pikir, saya terkadang lucu jika membayangkan betapa berbedanya kebiasaan meminum kopi disini maupun dikampung halaman saya, tidak hanya berbeda dalam cara penyajian, namun makna dan tujuan dari meminum kopi itu sendiri pun jauh berbeda. Namun yang pasti, meminum kopi memberikan arti tersendiri dalam kehidupan saya baik sebagai teman malam dalam lingkungan perkuliahan, ataupun sebagai media penghangat suasana kekeluargaan saat sedang berkumpul dan berbincang-bincang dengan keluarga. Dibalik secangkir kopi ada semangat dalam menjalani studi, dan dibalik secangkir kopi ada kehangatan bersama dengan keluarga dan orang-orang terkasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H