Mohon tunggu...
Hesti Fazrul
Hesti Fazrul Mohon Tunggu... profesional -

Psikolog, Bekerja Paruh Waktu Pada Beberapa Biro Konsultasi Psikologi ,Ibu dari seorang anak lelaki ganteng & Istri dari seorang lelaki ganteng, Sedang belajar jadi penulis & yakin kegiatan menulis bisa menjadi sumber penghasilan :)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kompasiana: “Strategi Bisnis Kompas Grup yang Amat Visioner”

20 September 2010   07:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:06 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap saat ada kompasianer baru bergabung di Kompasiana. Perkembangan jumlah anggotanya sangat pesat, jangan-jangan tidak lama lagi akan mengalahkan Blog atau Website paling top made in Indonesia lainnya. Sebagai salah seorang kompasianer saya malah berharap bisa mengalahkan situs jejaring sosial impor bernama Facebook itu. Seperti mottonya "sharing and Connecting", situs ini cukup ampuh sebagai media pendidikan, tempat berbagi dan saling berhubungan bagi aggota masyarakat yang gemar menulis dan membaca ataupun orang-orang yang profesinya sangat terkait dengan kedua bidang ini. Anggotanya sangat beragam, mulai dari kalangan yang sangat awam sampai kalangan yang sangat elit. Seperti saya yang ibu rumah tangga sampai Bapak Yusuf Kalla yang mantan orang no. 2 di Republik ini. Mulai pekerja kantor biasa di Indonesia sampai TKI di negeri asing. Mulai pelajar SMA sampai mahasiswa di luar negeri. Mulai dari anak sekolahan sampai bapak dan ibu guru tercinta. Gaya tulisan, minat, serta topik yang dibahas juga sangat bervariasi, sehingga sekali kecemplung ke ranah ini rasanya sulit menarik diri untuk keluar lagi. Saya melihat fenomena perkembangan Kompasiana ini sebagai sebuah strategi bisnis dari grup Kompas yang sangat jeli. Mengkreasikan sesuatu wadah yang suatu masa akan sangat diminati khalayak ramai. Di saat media cetak agak meredup di jaman digital saat ini, Kompas sangat cerdik membangun sebuah wahana yang akan menunjang perkembangan bisnisnya di masa yang akan datang. Satu strategi pemasaran yang memiliki jangkauan yang sangat jauh ke depan. Banyak pakar media massa termasuk pakar media televisi menyatakan bahwa tidak akan lama lagi Era Televisi Digital akan segera muncul, di saat mana Citizen Jurnalism akan sangat dibutuhkan. Kompas membidik ini dengan mengembangkan Blog Kompasiana sejak 2008, tentu dengan sasaran tembak mencari bakat-bakat terpendam yang potensial untuk dibina menjadi Penulis dan Jurnalis handal di masa yang akan datang. Walaupun pernah juga dibreidel Kompas adalah media yang lebih aman (kalau saya tulis cari aman nanti ada yang marah dan membreidel saya sebagai kompasianer hehehe....). Dulu saya menganggap media yang lebih memfokuskan keselamatannya ini dari sisi yang negatif. Tapi bertambahnya umur dan pengalaman yang dirasakan sekarang saya malah menjadi salut dan menaruh hormat. Alasannya adalah karena di perusahaan yang berkaitan dengan seluruh jaringan Kompas itu sangat banyak yang menggantungkan hidup dan perut sehingga pola manajemen seperti ditunjukkan Kompas ini tentu akan menjamin juga keberlangsungan hidup khalayak ramai di negara ini. Bila anda tergelitik dengan sejarah pendirian dan luasnya jaringan Grup Kompas bisa klik di disini , juga di sini . Dari jumlah puluhan ribu Kompasianer itu terlahir 400 sampai 600 artikel tiap hari dan setelah 2 tahun sejak diluncurkan telah menghasilkan 100 ribu artikel serta 6 buku (Taufik Miharja, direktur Kompas.com dalam acara Bukber Kompasiana dan Mendiknas tanggal 27 Agustus 2010). Sebuah bank tulisan yang luar biasa menurut saya. Sebenarnya banyak rakyat Indonesia melek huruf dan ingin menuliskan pengalaman mereka tapi banyak kendala. Kendala itu misal rasa malu dan minder jika tulisannya kurang bagus, atau sudah mengirim tulisan ke penerbit atau ke media massa selalu ditolak atau tidak pernah diterbitkan, terkendala biaya kirim atau bahkan lebih sering ada perasaan malas atau sungkan. Dengan dibukanya blog ini yang membebaskan orang menuliskan apa saja dengan gaya apa saja asal jangan plagiat atau menyinggung SARA, sangat memanjakan penulis atau calon-calon penulis. Saya yakin banyak yang bergabung di Kompasiana awalnya hanya sebagai pengamat, pembaca atau komentator semata, tapi setelah membaca tulisan beberapa kompasianer lain timbul keberaniannya untuk mencoba menuliskan gagasan dan pengalamannya dengan kata sakti dalam hati masing-masing "akh tulisan mereka begini saja aku juga bisa". Sementara bagi grup Kompas tulisan-tulisan itu adalah sumber produk mereka selanjutnya yang berkesinambungan bagai mata air yang tak ada matinya. Kompas dan Kompasianer adalah sebuah model kerja sama yang "Mutual Simbiosisme". Melihat kiprah Kompas dengan jaringan bisnis yang mempunyai visi sangat jauh ke depan dan sejarah berdirinya yang telah cukup panjang (lebih 45 tahun) layak kiranya istilah Kompasianer yang dipakai bagi anggota yang bergabung di Kompasiana diganti menjadi KOMPASIONER seperti istilah salah yang sering saya tulis atas perintah alam bawah sadar saya. Semoga paparan pendapat pribadi ini ada mamfaatnya bagi saya dan pembaca lain. Terimakasih. "Salam Kompasiana" Tangerang, 20 September 2010

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun