Mohon tunggu...
Hesti Fazrul
Hesti Fazrul Mohon Tunggu... profesional -

Psikolog, Bekerja Paruh Waktu Pada Beberapa Biro Konsultasi Psikologi ,Ibu dari seorang anak lelaki ganteng & Istri dari seorang lelaki ganteng, Sedang belajar jadi penulis & yakin kegiatan menulis bisa menjadi sumber penghasilan :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tanjung Pinang #1: Musik dan Nyanyian di Ruang Tunggu Bandara

10 Maret 2012   08:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:15 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 3, 4, 5 Maret yang lalu mendapat tugas menjadi Asesor untuk Bank Bukopin Tanjung Pinang. Saya, seorang kakak Kelas dan Staf Umum Bukopin dari Jakarta mendarat dengan selamat di Bandara Raja Haji Fisabilillah kurang lebih jam 10 pagi. Pemandangan Bandara mengingatkan saya sebuah tempat yang mirip entah di mana tapi lupa. Alhamdulillah cuaca bersahabat sehingga bisa ambil foto sebentar.

[caption id="attachment_175691" align="aligncenter" width="576" caption="mejeng dulu ahhh .... ini penting :)"][/caption]

Kami dijemput staf Bagian Umum menuju Pusat Kota, saya merasakan suasana mirip pulang kampung ke Sumetera Barat. Walaupun telah menjadi Ibukota sebuah Propinsi yaitu Kepulauan Riau, kotanya relatif sepi. Barangkali kota Solok di SumBar jauh lebih ramai.

Setelah makan siang di sebuah kedai pinggir jalan yang menghidangkan Sup Tulang yang menurut lidah saya "enak" kami langsung menuju pelabuhan kapal ferry dengan tujuan jalan-jalan ke Pulau Batam (Makasih Bukopin telah memberikan kami kesempatan langka ini). Puas melihat dan mengetahui Batam jam 6 sore segera balik ke Tanjung Pinang. (Insyaallah nanti akan saya tuliskan pengalaman menarik di sini).

Tanggal 4 Maret 2012, sampai magrib kami bekerja di kantor Cabang Bukopin Tanjung Pinang. Terasa keramahan yang alami dari para karyawan yang melegakan kami ditengah kelelahan. Pulang bekerja kami diajak menikmati makanan Seafood di sebuah Restoran (namanya saya lupa), sekali lagi saya bilang makanannya "enak". Wisata kuliner untuk Tanjung Pinang bisa saya rekomendasikan untuk pembaca. Paduan olahan antara masakan bercitarasa Cina, Padang dan Melayu serta Jawa kayaknya membuat rasa yang enak ini, sesuai dengan etnis dominan yang menghuni pulau Bintan ini.

[caption id="attachment_175693" align="aligncenter" width="576" caption="lezatttttttttttt.................. !"]

13313676301514555776
13313676301514555776
[/caption] Keesokan hari adalah tanggal terakhir kami di sana. Tiket yang kami pegang menuliskan angka 10.35 untuk keberangkatan, karena itu kami harus siap pagi agar masih bisa menikmati ibukota propinsi kedua termuda di Indonesia ini. Pagi-pagi sekitar jam 7.00 saya dan kakak kelas bisa sebentar mengunjungi pasar tradisional sebelum dijemput untuk diantarkan ke Bandara. Ternyata saat kami mampir di sebuah toko batik khas Tanjung Pinang satu-satunya; Batik Gonggong tiba-tiba turun hujan sangat deras diserta angin yang cukup kuat. Deg-deg an juga membayangkan terbang ke Jakarta dalam cuaca ini, saya terus berdoa. Sampai di Bandara cuaca mulai bersahabat, tapi listrik padam sebentar. Ketika masuk ruang tunggu, ada suara nyanyian dan musik cukup merdu. Ternyata suara itu beaasal dari seorang pemain organ tunggal yang bermain di pojok ruang tunggu. Ah suatu ide kreatif agar penumpang tidak bosan. Sahabat saya seperjalanan Mbak Yanti bilang bahwa inilah satu-satunya Bandara yang punya ide cemerlang ini (saya percaya infonya ini karena mbak Yanti sudah berkeliling Bandara seluruh Indonesia kecuali Banda Aceh). Tentu saja naluri Kompasianer saya tidak menyia-nyiakan hal ini berlalu begitu saja. Nah inilah dia si penghibur yang bernama Onny Kay itu. [caption id="attachment_175694" align="aligncenter" width="576" caption="mau lagu apa bu ..."]
13313683171162082915
13313683171162082915
[/caption]

Sebagai kunjungan pertama kami cukup terkesan dengan kota ini. Terselip harapan untuk petinggi dan pejabat KepRi agar mereka benar-benar merencanakan dan membuat kotanya seindah-indah dan sebaik-baiknya, jangan kebablasan seperti Ibukota propinsi yang lebih senior.

HF

Tangerang, 10 Maret 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun