Mohon tunggu...
Hesti Fazrul
Hesti Fazrul Mohon Tunggu... profesional -

Psikolog, Bekerja Paruh Waktu Pada Beberapa Biro Konsultasi Psikologi ,Ibu dari seorang anak lelaki ganteng & Istri dari seorang lelaki ganteng, Sedang belajar jadi penulis & yakin kegiatan menulis bisa menjadi sumber penghasilan :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KULIAH: Antara Pilihan Anak dan Maunya Ortu

26 Juni 2014   18:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:47 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masa kampanye Capres - Cawapres dan FIFA World Cup yang datang bersamaan di bulan Juni-Juli 2014 ini tampaknya agak menenggelamkan berita tentang pendidikan, kecuali cerita tentang Raeny anak seorang tukang becak yang sukses lulus dengan nilai tertinggi. Saya perhatikantak banyak berita lain baik di media cetak, tv maupun status-status di media sosial membahas masalah ini. Padahal sekarang adalah masa orang tua (ortu) dananak-anak sibuk mencari / mendaftar ke sekolah lanjutan atau ke bangku kuliah dengan segala konflik dan permasalahan khasnya. Pada alinea selanjutnya saya hanya mengkhususkan pada siswa/siswi yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi saja.

Rasanya tidak bisa dipungkiri bahwa banyak dari kita sebagai orang tua yang telah memupuk harapan sejak anak masih kecil akan jadi apa mereka setelah lulus pendidikan menengah atas. Ada yang sangat terobsesi agar anaknya menjadi dokter, ada yang ingin jadi Insinyur, jadi sarjana hukum dan lain sebagainya. Semuanya mesti dengan alasan dan latar belakang tersendiri. Bisa saja karena sang orang tua dulu tidak sempat atau gagal menjadi seorang yang mereka harapkan, bisa jadi pula karena yakin bahwa dengan profesi tertentu besar harapan bahwa anak mereka akan sukses secara ekonomi dan berbagai alasan lainnya. Harapan-harapan orang tua ini bisa saja menimbulkan hambatan dan kendala serta perbedaan pendapat dengan anak mereka apalagi jika masing-masing pihak ngotot dengan alasan masing-masing. Menurut saya masalah ini kelihatanya sudah menjadi hal klasik tiap tahun ajaran baru akan dimulai.

Di sisi sebaliknya ada pula orang tua yang tidak paham dengan pilihan-pilihan masa depan anak mereka bahkan parahnya ada pula yang tidak mau tahu atau masa bodoh. Keadaan ini pun suatu saat bisa menjadi sesuatu yang runyam baik bagi ortu maupun anak mereka. Kejadiannya juga tidak sedikit yang kita dengar terjadi dalam masyarakat. Padahal jika kedua pihakmemiliki pandangan terbuka dan memiliki informasi yang komplit/komprehensif sebenarnya masalah-masalah itu tidak perlu terjadi.

Bagi orang tua penting dingat bahwa anak anda adalah seorang individu yang unik, mereka memiliki kepribadian, harapan dan cara sendiri. Jangan pernah menyamakan atau membandingkan diri dan jaman ketika anda seusia mereka dengan mereka saat kini. Jaman andatelah berlalu berpuluh tahun dan tentu sangat berbeda dengan kekinian anak-anak anda. Dulu mungkin tidak ada teknologi seperti saat ini, dulu anda memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan banyak hal. Sementara sekarang anak-anak banyak terlena dengan segala teknologi gadget yang semakin mudah diperoleh tapi sebaliknya mereka lebih mudah menjangkau dan memiliki lebih banyak informasi/pengetahuan.

Tugas orang tua adalah hanya mengarahkan agar mereka tidak salah memilih perguruan tinggi atau jurusan. Dasar pengarahan sebaiknya jangan dilihat kondisisekarang tapi pertimbangkan kira-kira kondisi empat lima tahun mendatang. Sebagai orang tua, dengan pengalaman ditambah informasi yang akurat akan mampu menjadi bijak dalam memprediksi lapangan pekerjaan apa yang akan sangat terbuka di masa yang akan datang itu sehingga putra putri anda kepayahan mencari pekerjaan yang sesuai… Tapi tetap perlu sadar untukmendengarsudut pandang dan keinginan mereka.. sekali-kali jangan memaksa dengandalih anda memilikiotoritas sebagai orang tua.

Anda sebagai orang tua juga perlu bahkan wajib meningkatkan pemahaman anda tentang pemikiran anak anda melalui jalan pandang mereka. Perlu pula untuk meningkatkan pengetahuan tentang berbagai jurusan dan perguruan tinggi yang ada di dalam atau di luar negeri dengan segala persyaratan untuk memasukinya agar ketika anak tidak/belum paham, anda sudah punya pengetahuan lebih luas untuk dibagikan kepada mereka. Anda jangan menyalahkan diri sendiri misalnya dengan mengatakan saya bodoh atau saya butateknologi dan lain alibi lainnya. Masa depan anak anda adalah juga masa depan anda sendiri… sama-sama bahagia tentu yang diharapkan, maka belajarlah agar lebih cerdas. Tidak perlu gelar S1,S2,S3 atau es mambo J untuk jadi cerdas…. Membaca, mendengar atau saling berbagi pengetahuanpun bisa cerdas, kuncinya hanya mau danlakukan !….

Nah sebagai anak… tentu jangan pula hanya bertahan dan membabi buta dengan keinginan sendiri; dengan pilihan sendiri. Yakinlah semua orang tua yang “waras” pasti memiliki harapan dan tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Mereka pasti inginkan yang terbaik untuk anda … tapiperlu maklum mereka dibesarkan dalam masa berbeda dengan kalian… perlu kalian berempati (berpikir dan merasa apa yang mereka pikir dan rasakan). Dengarkan pandangan mereka dan jelaskan pikiran kalian dengan penjelasan yang masuk akal. Bicarakan keinginan kalian dengan nada lembut…. Ingat kebahagiaan orang tua adalah kebahagian kaliian juga.Tentu dengan kemampuan teknologi yang kalian kuasai kalian bisa memberikan penjelasan yang luas tentang jurusan dan perguruan tinggi yang kalian ingin pilih. Ingat jangan malas, toh dengan sekali dua klik informasi berguna bisa kalian miliki. Sedikit saya beri contoh ( berdasarkan pengalaman sayadan teman-teman ) dalam masalah memilih jurusan dan perguruan tinggi ini … dulu semasa kuliah di fakultas psikologi Universitas Indonesia. Ada beberapa teman yang berasal dari lulusan IPS mengeluh sangat sulit mengikuti mata kuliah ilmu Faal dan Statistik karena sama sekali tidak pernah mempelajari ilmu-ilmu pasti di bangku SMA. Jadi mencari informasi tentang jurusan dan materi kuliah yang akan dipelajari nanti sangat penting untuk kelancaran memahami pengetahuan di bangku kuliah.

Dalam memilih pendidikan lanjutan jangan hanya didasarkan kepada ikut-ikutan karena teman-teman banyak memilih jurusan tertentu atau tertarik hanya karena sekarang lagi tren atau merasa keren kalau kuliah di jurusan tersebut. Mulailah langkah awal menjadi seorang yang berprinsip dan membuat pertimbangan yang masuk akal, tiliklah apa kekuatan dan kelemahan anda selama ini; selama menjadi seorang siswa. Dengan mengintrospeksi potensi maka kita akan memperoleh keputusan yang lebih tepat. Jika kamu selama belajar cepat menguasai ketrampilan bahasa misalnya maka memilih jurusan-jurusan yang akan memperkaya ketrampilan itu akan lebih mudah daripada memaksakan diri misalnya memilih jurusan kedokteran atau akutansi. Kalau kalian senang bersosialisasi alias gaul maka mengambil jurusan komunikasi massa atau hubungan internasional mungkin jauh lebih tepat daripada teknik atau beberapa jurusan di fakultas fisika, dan lain sebagainya. Sebaliknya jikalau memiliki kelemahan misalnya dalam penglihatan janganlah ngeyel mau memilih jurusan kimia atau desain teknik. Kalau ada yang lebih mudah dan lebih mungkin tidak banyak menghadapi halangan ngapain memilih jurusan yang membuat kita susah dan stress sendiri. Ingat jangan membuang-buang waktu dan tenaga hanya untuk mempelajari sesuatu yang sulit buat diri sendiri toh semua ilmu itu berguna kalau kita fokus dan serius mempelajarinya.

Banyak sih sebetulnya hal atau tips lain yang perlu jadi perhatian dan perenungan bagi ortu dan anak yang akan memilih jurusan atau perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan mereka di bangku kuliah, tapi yang saya tulis di atas saya pikir bisa dijadikan prioritas. Semoga tulisan ini ada mamfaat untuk para ortu atau calon mahasiswa.

Tangerang, 24 Juni 2014

HF

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun