Mohon tunggu...
andaru rahutomo
andaru rahutomo Mohon Tunggu... rakyat jelata -

fulfilling a never ending purpose

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Johar Baru The Bronx of Jakarta

1 Juli 2014   09:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:01 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan Jakarta memang sungguh luar biasa, kalau dibandingkan kota kelahiran saya Semarang, Jakarta mempunyai siklus hidup hampir selama 24 jam sehari. Coffee shop, counter makanan fast food, bahkan ada beberapa toko kelontong yang buka 24 jam. Hal yang sangat jarang tentunya ditemukan di Semarang. Gemerlap lampu kota dan perputaran uang yang cepat membuat kota ini tak pernah mati. Kawasan kota, jalan Gajah Mada, Hayam Wuruk, Kemang, salah satu contoh kawasan yang hidup 24 jam, kawasan generlapnya Jakarta.
Tapi taukah Anda ada sebuah kecamatan letaknya di pusatnya Jakarta yang penduduknya tidak pernah tidur? Jawabannya adalah Kecamatan Johar Baru, atau biasanya kami menyebutnya Johar Baru the Bronx.
Bermula ketika malam pertama Ramadhan saya mendapat tugas jaga di wilayah Johar Baru, kawasan yang tradisinya setiap Ramadhan pasti ada saja tawuran warga. Ya walaupun agak berat meninggalkan keluarga di awal bulan Ramadhan tapi apa daya, namanya juga tugas hahaha. Memang karena kebiasaan tawuran di Ramadhan ini akhirnya Kapolres saya (Kapolres Jakarta Pusat Kombes pol Hendro Pandowo)  memerintahkan anggotanya untuk turun ke lapangan mencegah adanya tawuran sekaligus bercengkrama dengan warga. Oya saya lupa memperkenalkan diri, saya selain sebagai warga negara biasa sehari-hari saya bertugas sebagai polisi di bagian reserse. Kerja saya menangkap penjahat, mencari penjahat, dan mencegah kejahatan. Mungkin sebagian tidak akan mengenali saya ketika dinas karena saya menggunakan pakaian biasa layaknya warga sekitar alias tidak pakai seragam dinas. Tapi kali ini saya tidak akan membahas bagaimana kisah sedih atau pengorbanan saya meninggalkan keluarga karena pasti tidak akan laku untuk dibaca hehehe. Kali ini saya akan membahas apa yang saya temui di Johar Baru the Bronx.
Tempat plotingpun dibagi, dan saya mendapat tempat di sekitar wilayah Kampung Rawa. Pertama kali sampai sekitar pukul 19.00 wib, kami disambut oleh sekelompok anak kecil yang sedang bermain bola sambil tertawa bersama temannya, beberapa orang dewasa yang lalu lalang menggunakan sepeda motor, dan pedagang yang tak hentinya lewat. Waktu berlalu sambil mengobrol dengan anggota dan menyruput segelas kopi. Rencana saya memang bercengkrama dengan warga dan sambil menonton Piala Dunia, waktu itu Tim dari Brazil yang akan bermain. Menjelang pertandingan sekitar pukul 23.00 wib pemandangan yang aneh terjadi. Anak-anak yang dari tadi bermain bola sampai sekarang masih duduk mengobrol dengan temannya di pinggir jalan. Dengan isengpun saya bertanya, "Kalian ga dicariin bapak ibumu? Udah malem lho le" dengan logat medhok sensual yang lagu hits belakangan ini hehe. Tercengang saya mendengar jawaban dari salah satu anak itu "Nanti pak, masih gantian tidurnya sama bapak".
Tadinya saya berfikir betapa sangat acuhnya orang tua  mereka sampai-sampai pukul 23.00 wib mereka masih bermain di jalanan dan tidak dicari oleh orang tuanya. Jika dibandingkan masa kecil saya dimana kalau Maghrib belum pulang ke rumah pasti hukuman sudah menanti dari Ibu. Yang terjadi adalah, ternyata mereka menunggu giliran tidur karena tempat mereka tinggal tidak cukup untuk mereka tidur secara bersamaan. Kemudian saya bertanya kepada anggota yang kebetulan sudah lama bertugas di daerah Johar Baru. Jadi untuk setiap keluarga mereka rata-rata mengontrak satu kamar, dan disitulah mereka tidur, makan, setrika, belajar, dll. Untuk satu kamar ukuran 3x3 m biasanya ditempati oleh sepasang suami istri dengan 4 orang anaknya. Wow, sangat-sangat tidak layak menurut saya. Dan itu keadaan yang lazim di wilayah Johar Baru. Kalau anda pernah berkunjung ke salah satu susunan rumahnya pasti anda akan sangat terkejut. Kenapa saya bilang susunan rumah, karena begitu masuk ke pemukimanya, terkadang kita akan sulit berjalan karena jalan antar RT itu saja mempunyai lebar hanya 0,5 meter. Dan ajaibnya lagi di atas jalan itu dipasangi papan yang menghubungkan lantai 2 rumah yang saling berdampingan. Tujuannya ya tidak lain untuk tempat tidur, mengingat lahan sudah sangat susah di Johar Baru. Sungguh tempat yang sangat tidak sehat untuk membesarkan anak.
Saya tidak terlalu paham mengapa mereka memilih tempat ini untuk tinggal, tapi apakah keadaan ini layak ada di Jakarta Pusat yang notabenenya merupakan kota yang sama tempat Presiden bekerja, tempat Balai Kota DKI yang menjulang tinggi, dan tempat belanja konglomerat yang menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk tas LV. Miris.... Dengan sejuta angan-angan tinggi para pemimpin negeri, bahkan anak kecilpun tidak mendspat kesempatan bermimpi.
Dari salah satu lorong Johar Baru (1/7/2014)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun