Mohon tunggu...
andaru puan
andaru puan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pariwisata Universitas Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampung Naga Masih Kental dengan Kepercayaan Nenek Moyangnya

7 Juli 2023   22:38 Diperbarui: 7 Juli 2023   22:48 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kampung Naga merupakan sebuah kampung yang berada di tengah lembah di daerah Tasikmalaya. Desa ini hanya bisa diakses dengan berjalan kaki saja dan kita harus menuruni 444 anak tangga dari tempat parkir. Ketika kita sampai di tempat parkir, kita akan dijemput oleh tour guide lokal yang akan memandu kita selama kita berada di Kampung Naga dan akan menjelaskan kepada kita tentang kebudayaan dan tradisi-tradisi yang ada di sana. 

Saat menuju ke desa tersebut kita akan disuguhi pemandangan yang indah. Kita akan berjalan di antara sungai dan sawah. Sungai disana memiliki air yang cukup jernih dengan arus yang lumayan deras. Disana juga terdapat banyak kolam-kolam yang berisikan ikan hias.

Ketika kita sampai di desa tersebut, kita akan langsung melihat bangunan yang difungsikan sebagai masjid dan balai desa yang bersampingan. Lalu kita akan diantar menuju rumah warga untuk tempat menginap. 

Balai desa digunakan untuk tempat pertemuan para warga ketika ada acara. Di desa ini terdapat pamali yang sudah ada sejak nenek moyang, maka dari itu pamali tersebut tidak boleh kita langgar. Kita tidak boleh meluruskan kaki menghadap ke arah kiblat. 

Di setiap rumah juga tidak terdapat kamar mandi, karena para warga disana memegang kepercayaan bahwa tempat tinggal bukanlah kamar mandi dan kamar mandi  bukanlah tempat untuk dijadikan tempat tinggal. Jadi, para warga disana membangun jamban di pinggir kolam ikan yang digunakan secara bersama-sama. Jamban ini harus berada di luar pagar desa. 

Di Jamban tersebut juga hanya ada pancuran air, yang airnya mengalir langsung dari pegunungan yang dapat digunakan sebagai tempat mandi, cuci piring, dan cuci pakaian para warga di sana. 

Apabila ada warga yang melanggar pamali disana, akan kena tegur oleh kepala desa. Jika sudah ditegur sebanyak lebih dari 3 kali dengan pelanggaran yang sama, maka warga yang melanggar tersebut akan dikenakan sanksi sosial.

Bangunan di desa tersebut hanya boleh  terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, rotan, kayu dan daun ijuk sebagai atapya. Semua bagunan disana juga merupakan rumah panggung. Jarak antar rumah disana juga saling berdekatan dengan tujuan memperkuat persaudaraan antar warga. Disana tidak boleh lebih dari 110 bangunan rumah.  

Hampir semua warga disana memelihara ayam dengan tujuan untuk membunuh rayap yang akan dimakan oleh ayam-ayam tersebut. Di desa ini tidak ada listrik yang masuk karna masih memegang teguh kepercayaan nenek moyangnya. Mereka tidak ingin kebudayaan mereka terkontaminasi dengan kebudayaan dari luar. 

Selain itu, guna dari tidak adanya penggunaan listrik agar tidak adanya kesenjangan sosial di antara warganya. Mereka menggunakan kentungan untuk berkomunikasi atau pemberitahuan kepada warganya. Pada malam hari, mereka manfaatkan lilin dan senter untuk pencahayaan.

Di Kampung Naga tidak boleh melebihi 101 kepala keluarga. Jadi, apabila ada warga yang baru menikah harus meninggalkan desa dan tinggal di luar desa tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun