Mataku sungguh terbelalak melihat langit malam ini.Bagaimana tidak jika kusaksikan penindasan malam terhadap terang. Terus bertatap antara aku dan langit-Nya hingga tak ada menyadar satu dan lainya. Mataku bergeming dan langitpun masih membisu. Dimanakah bintang, dimanakah bulan? Yang kupandang hanya kerumunan awan menari nari menantang terang. Ia senang, Ia menang dengan iringan musik hilang.
Setelah aku terdiam barulah aku sadar . Sadarku mungkin sekedar lamunan atau bisa juga ku sebut gurauan. Tanyaku padanya ketika itu " seberapa jauhkan kamu bermusuhan wahai malam" . Namun dia hanya diam dan diam.
Biarlah saja demikian. Asal kamu dan aku tahu jika mereka bermusuhan. Terus pandangi corak nya. Corak lembut goresan sang Tuhan.
Kini aku sadar, jika mereka tak bermusuhan. Mereka begitu karena kehendak Tuhan. Dan tuhan tahu apa yang dia lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H