Mohon tunggu...
Andar Kaneka
Andar Kaneka Mohon Tunggu... -

Salah seorang yang gak mau masuk surga. Munafik gak sih gue? Tapi lebih munafikan elo? haha. Kita sama sama munafik!!!! Rahayu!! Merdeka!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Diam

24 Mei 2013   04:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:07 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mataku sungguh terbelalak melihat langit malam ini.Bagaimana tidak jika kusaksikan penindasan malam terhadap terang. Terus bertatap antara aku dan langit-Nya hingga tak ada menyadar satu dan lainya. Mataku bergeming dan langitpun masih membisu. Dimanakah bintang, dimanakah bulan? Yang kupandang hanya kerumunan awan menari nari menantang terang. Ia senang, Ia menang dengan iringan musik hilang.
Setelah aku terdiam barulah aku sadar . Sadarku mungkin sekedar lamunan atau bisa juga ku sebut gurauan. Tanyaku padanya ketika itu " seberapa jauhkan kamu bermusuhan wahai malam" . Namun dia hanya diam dan diam.
Biarlah saja demikian. Asal kamu dan aku tahu jika mereka bermusuhan. Terus pandangi corak nya. Corak lembut goresan sang Tuhan.
Kini aku sadar, jika mereka tak bermusuhan. Mereka begitu karena kehendak Tuhan. Dan tuhan tahu apa yang dia lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun