Mohon tunggu...
andari wardani
andari wardani Mohon Tunggu... Koki - swasta

suka memasak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Kita, Islam Washatiyah

2 Juli 2020   05:12 Diperbarui: 2 Juli 2020   05:26 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa sekarang dimana teknologi amat berkembang pesat, situasi dan kondisinya sangat berbeda dengan masa 30 tahun lalu, bahkan 20 tahun lalu. Dahulu ilmu pengetahuan disebarkan melalui printed dan beberapa film, lalu beberapa waktu kemudian internet muncul, dan kemudian disebarkan dengan mudah melalui internet.

Saat informasi begitu melimpah ruah, bagi masyarakat yang kurang mampu mengolah informasi tersebut akan terlihat kebingungan terutama ketika opini dihembuskan oleh pihak-pihak yang punya kepentingan ekonomi dan politik. Dalam posisi ini bisa saja seseorang atau satu pihak keliru dalam menterjehmahkan apa yang disajikan melalui internet itu.

Begitu pula dengan agama. Satu pihak kita bersyukur bahwa teknologi juga membantu menyebarkan agama dengan cepat. Disisi lain, tehnologi juga membawa pengaruh yang tidak cocok dengan kondisi dan situasi masyarakat kita; masyarakat Indonesia. Mereka seringkali membawa pengaruh negative seperti ekstremisme dengan alasan pemurnian agama.

Islam yang berkembang di Indonesia dan disebarkan anatara lain oleh Wali Songo di Jawa adalah islam yang moderat, toleran dan berkeadilan. Ini dikenal sebagai Islam Washatiyah. Ini adalah roh dari semangat Islam yang rahmatin lil alamin. Kita lihat beberapa ajaran Islam memang menggunakan pendekatan budaya untuk bisa mempermudah masyarakat memahami Islam yang dahulu merupakan pengaruh / keyakinan asing yang dibawa pertama kali oleh para pedagang muslim dari Gujarat. Kita melihat hal ini di beberapa tempat semisal di pesisir utara Jawa, di Madura, di pesisir Sumatera dari Aceh sampai Lampung dan beberapa wilayah yang punya pengaruh Islam kuat dan bersanding erat dengan budaya setempat. Di Pontianak misalnya, kerajaan yang semula menganut kepercayaan lokal menjadi penganut Islam taat tanpa mengubah banyak budaya setempat. Sampai sekarang budaya-budaya yang bersanding dengan agama islam.

Begitu tolerannya Islam dengan sosiologi masyarakat yang ada maka masyarakat dengan cepat memahami, menerima dan kemudian menjadi penganut Islam yang taat. Hal ini juga terjadi pada masyarakat muslim yang hidup dengan masyarakat yang berkeyakinan lain seperti islam dan hindu yang hidup berdampingan di Bali, Islam dan Kristen yang hidup berdampingan di bumi Batak (Sumatera Utara) dan begitu juga di Jawa, Kalimantan dan wilayah lain Indonesia.

Karena ini mungkin kaum millenials yang akrab dengan siraman rohani melalui media (televisi atau media sosial) mungkin harus memilah dengan cermat ; bagaimana sesungguhnya Islam itu membawa kedamaian -- Islam yang rahmatan lil alamin. Segala bentuk radikalisme dan ekstremisme yang membawa nama Islam mungkin tidak perlu kita indahkan lagi.

Islam itu membawa damai, dengan begitu kita harus juga berdampingan dengan sesama dan keyakinan lain dengan damai juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun