Mohon tunggu...
Andari Agustina Putri
Andari Agustina Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa di SMAN 10 DENPASAR

Seorang remaja yang suka belajar hal baru. Semoga bisa menebarkan hal positif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Sekar Jempiring, Tari Penyambutan dari Kota Denpasar

4 November 2024   23:44 Diperbarui: 14 November 2024   17:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tari Sekar Jempiring maskot kota Denpasar, Bali. (Dok Pemkot Denpasar)

 

          Teman-teman semuanya mungkin sudah tidak asing lagi dengan tarian asal Kota Denpasar ini. Ya, Tari Sekar Jempiring. Tarian yang terinspirasi dari sebuah flora khas Bali yaitu Bunga Jempiring. Tari Sekar Jempiring termasuk ke dalam kearifan lokal yang berwujud nyata karena kita bisa melihat wujudnya. Tarian ini bukan hanya sekadar tarian semata, tetapi juga merepresentasikan atau menggambarkan nilai-nilai luhur masyarakat Bali yang menghargai alam, keindahan, dan juga hubungan sosial.  Di sini, kita akan mempelajari lebih dalam lagi mengenai Tari Sekar Jempiring, mulai dari sejarahnya, filosofi, penggagas tarian ini, gerakan-gerakan pada tarian ini, atribut yang digunakan, dan juga pengiring. Untuk lebih lanjut, simaklah materi berikut ini.

Sejarah Tari Sekar Jempiring

          Asal usul Tari Sekar Jempiring terinspirasi dari sebuah bunga berwarna putih yang asalnya dari Pulau Bali yaitu bunga Jempiring. Bunga Jempiring atau yang dikenal juga dengan nama Bunga Kaca Piring ini telah ditetapkan sebagai maskot Kota Denpasar pada tanggal 27 Februari 2002. Keharuman dan keindahan dari bunga Jempiring inilah yang menjadi sumber inspirasi utama dalam terciptanya tarian ini. Tarian ini merupakan hasil kolaborasi dari para seniman-seniman yang ada di Bali. Mereka menggabungkan gerakan-gerakan tradisional dengan musik gamelan Gong Kebyar yang modern. Tarian ini diciptakan sebagai hadiah perpisahan Bintang Puspayoga kepada masyarakat Denpasar pada tahun 2004. Sejak saat itu tarian ini menjadi identitas Kota Denpasar dan sering ditampilkan di berbagai acara resmi maupun budaya.

Filosofi Tari Sekar Jempiring 

        Tari Sekar Jempiring memiliki filosofi tersendiri. Tarian ini terinspirasi dari Bunga Jempiring yang merupakan flora khas Bali. Bunga Jempiring dianggap melambangkan kesucian, keindahan, keharuman Kota Denpasar. Warna putih bersih dari Bunga Jempiring melambangkan kesucian dan ketentraman yang merupakan harapan bagi Kota Denpasar. Warna Hijau pekat pada daunnya menggambarkan ketentraman hati. Aroma harum pada bunga menggambarkan daya tarik dan kewibawaan. Gerakan-gerakan tarian yang lembut dan anggun menggambarkan keindahan Bunga Jempiring yang harum. Tari Sekar Jempiring merepresentasikan identitas dan kekayaan Kota Denpasar.

Penggagas Tari Sekar Jempiring 

          Penggagas utama dari Tari Sekar Jempiring adalah seorang seniman sekaligus mantan ketua PKK Kota Denpasar bernama Bintang Puspayoga. Beliau memiliki visi untuk menciptakan sebuah tari penyambutan khas dan elegan dari Kota Denpasar untuk menyambut tamu-tamu. Didampingi penata musik (tabuh), I Ketut Suandita, S.Sn dan penata tari, Ida Wayan Arya Satyani, S.Sn. Bunga Jempiring merupakan sumber inspirasi dari terciptanya Tari Sekar Jempiring ini. Sebuah bunga yang merupakan maskot Kota Denpasar. Bintang Puspayoga bersama seniman-seniman lainnya berhasil menciptakan sebuah tarian yang indah dan penuh dengan makna. Tari Sekar Jempiring menjadi hadiah kenangan bagi masyarakat Denpasar di akhir masa tugas beliau pada tahun 2004.

Gerakan Tari Sekar Jempiring

        Secara umum, gerakan-gerakan yang ada pada tarian ini menggambarkan;

  • Gerakan tangan dan tubuh yang mengalir dan lembut, formasi indah, menggambarkan keharuman dan keindahan khas dari bunga jempiring.
  • Gerakan-gerakan tertentu, seperti mengangkat tangan atau berdiri tegak, melambangkan keagungan dan kesucian bunga jempiring.
  • Banyak dari gerakan-gerakan tarian ini mengambil dari tarian tradisional Bali, namun diadaptasi menjadi lebih modern dan dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun