Perempuan itu duduk di depan danau. Menyaksikan beberapa ekor angsa putih menari diantara teratai. Seperti sedang menunggu seseorang datang kepadanya.
Senja pun mulai berganti gelap. Perlahan mata tajamnya mulai berbinar. Pipi tembemnya mulai lembab.
Berdiri dia hendak beranjak pergi. Barangkali yang dinantinya tak mengerti. Jika seseorang sedang menantinya sedari tadi.
Sewindu yang lalu, aku menjadi penyaksi. Seorang srikandi dengan angsa putih di danau biru. Ia nyaris rubuh menahan kecewanya.
Lalu...
Ku tawarkan bahu sebagai sandaran. Ku ulurkan tangan untuk menggenggam. Agar dia tahu bahwa semua belum berakhir.
Kini, dia tlah menjadi dunia ku. Tidak hanya di tahun kabisat, tetapi untuk selamanya...
(Ketintang, 2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H