Mohon tunggu...
Andang Kasriadi
Andang Kasriadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Teknik dan Pengembang Kefir

Pendidikan Terakhir : S1, Teknik Industri ITB. Pendiri Komunitas Kefir Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panik Selalu Berujung Buruk (PSBB)

4 Juni 2020   18:47 Diperbarui: 4 Juni 2020   18:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menghadapi terpaan virus korona ini masyarakat dunia menjadi panik. Dan tentu saja setiap kepanikan selalu berakhir tidak baik.

Mengapa panik ?

Panik menghadapi virus korona ini disebabkan :

  1. Tidak yakin memiliki sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang memadai.
  2. Tidak memiliki obat yng dapat digunakan ketika virus sudah masuk tubuh.

Padahal, kedua hal itu tidak benar.

Pertama, telah terbukti bahwa sebagian besar yang terpapar, walaupun sebagian positif, tapi tidak menjadi sakit, kalaupun sakit hanya ringan saja dan sembuh dengan sendirinya. Meningkatkan sistem imun sampai batas ideal mudah sekali, banyak alternatif tindakan dan suplemen yang bisa  digunakan.

Kedua, virus hanya bisa dibunuh dengan antibodi.  Andaipun kita tidak memiliki antibodi yang cukup, kita bisa menggunakan bovine colostrum untuk digunakan memperkuat antibodi kita. Telah terbukti bahwa bovine colostrum itu kompatibel dengan antibodi manusia. Bahkan lebih dari itu, telah terbukti menyembuhkan beberapa puluh orang yang terpapar virus korona.

Bahkan kolostrum dari binatang ternak ini telah dikombinasikan dengan probiotik, yang berfungsi sebagai immunomodulator, sehingga penggunaannya menjadi lebih aman dan lebih efektif.

Sangat mengherankan para dokter seluruh dunia (kecuali beberapa)  dan pemerintahan di seluruh dunia (kecuali beberapa seperti Madagaskar, Cina) yang memiliki keyakinan berbeda dengan "protokol WHO" dan berhasil menjaga rakyatnya lebih sehat.

Sungguh, pameran kepanikan dan kebodohan yang sangat menyakitkan.

Saya berdoa, semoga semua kesesatan ini segera berakhir, dan Tuhan memberikan pencerahan pada hati dan pikiran kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun