Dengan hasil perhitungan selisih suara antara kedua pasangan calon presiden yang tidak akan lebih dari 10 % bahkan mungkin tidak akan lebih dari 5% akan cukup sulit memperkirakan siapa diantara kedua pasangan ini yang lebih unggul. Bahkan ketika KPU mengumumkan hasil Pilpres ini pada 22 Juli nanti, tidak akan sedemikian mudah untuk menentukan siapa yang menang apalagi jika persentase perbedaan suara jauh lebih kecil lagi dibawah 5%. Akan ada babak baru dimana kasus-kasus penghitungan suara akan disengketakan dan ini akan memakan waktu yang cukup lama untuk diselesaikan.
Sebenarnya dengan menggunakan logika dan trek rekor (belakangan ini trek rekor menjadi acuan untuk menentukan pilihan) sudah dapat ditentukan siapa sebenarnya pemenang pilpres 2014 ini, tanpa harus menunggu tanggal 22 Juli. Ini bisa kita lihat dari kesiapan kedua pasangan calon presiden ini untuk menerima kekalahan.
Prabowo-Hatta, terutama Prabowo sesungguhnya adalah PEMENANG SEJATI dari PILPRES 2014 ini apapun hasil yang diumumkan oleh KPU. Ini dapat kita lihat dari sejarah yang ada. Lebih kurang 14 tahun yang lalu ketika diberhentikan dari Militer apa yang dilakukan seorang Prabowo. Kalau hanya mengikuti ambisi pribadi dan memenuhi egoisme semata, mungkin kita akan terlibat dalam sejarah kerusuhan dan perang saudara yang panjang. Tapi apa yang dilakukan Prabowo, beliau menyingkirkan diri dan menenangkan diri, tidak mengunakan kesempatan untuk menghancurkan bangsa ini, karena beliau begitu mencintai Indonesia dan menempatkannya jauh diatas kepentingannya sendiri.
Kini 14 tahun setelah kejadian itu berlalu, ujian itu datang kembali. Dengan modal suara yang cukup besar dan nyaris berimbang, akankah Prabowo mengorbankan keutuhan negeri ini hanya untuk memenuhi ego politiknya, jika hasil pengumuman KPU tidak memihak kepadanya. Rasanya tidak akan mungkin seorang Prabowo Subianto akan mengambil tindakan konyol, menghancurkan bangsa ini hanya untuk sebuah ego politik. Untuk apa membuang waktu selama 14 tahun kalau hanya untuk melakukan tindakan yang bisa dilakukannya 14 tahun yang lalu. Jadi sangat jelaslah sudah apapun hasil pengumuman KPU 22 Juli nanti PRABOWO SUBIANTO adalah PEMENANG SEJATI PILPRES 2014 apapun hasilnya.
Tapi bagaimana dengan "Toko Sebelah". Dari sejarah ataupun trek rekor belum ada catatan yang bisa dilihat dimana kepentingan bangsa dan negara diletakan jauh diatas kepentingan pribadi. Malahan yang terlihat adalah ego politik yang tinggi berbalutkan kepentingan dan mengatasnamakan rakyat. Kalaupun pengumuman KPU berpihak kepadanya, dia baru bisa menjadi seorang JUARA, BUKAN SEORANG PEMENANG. Masih dipertanyakan dan diragukan sikapnya jika pengumuman KPU tidak berpihak padanya. Anda bisa membayangkan kira-kira apa yang dilakukannya seandainya KPU tidak berpihak kepadanya dari sepak terjangnya selama ini, melihat dari sepak terjangnya belakangan ini.
MERAIH KEMENANGAN ADALAH HAL YANG SULIT, TAPI MENERIMA KEKALAHAN JAUH LEBIH SULIT LAGI
MENIKMATI KEMENANGAN ADALAH HAL YANG MUDAH, TAPI MENERIMA KEKALAHAN MENUNJUKAN SIAPA DIRI KITA SEBENARNYA
HANYA PEMENANG SEJATILAH YANG MAMPU MERUBAH KEKALAHAN MENJADI SEBUAH KEMENANGAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H