Mohon tunggu...
Andang Ismail
Andang Ismail Mohon Tunggu... profesional -

Spesialis Alat Permainan Edukatif (APE) Berbahan Sederhana Bahkan Barang Bekas untuk Pembelajaran Anak Usia Dini. Penulis Buku Education Games Owner Shibyan Kids Center Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Limpah Ruah Sumber Mainan Kreatif

7 Januari 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:13 2769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13259023051643429688

"Aduh Nak, Ibu capek! Ibu butuh istirahat. Ibu tidak bisa membuat rumah-rumahan kardus yang kamu inginkan itu. Sudahlah, besok ibu bawakan rumah-rumahan Barbie yang bagus. Mana berantakan begini lagi, kayak kapal pecah! Ayo beresi kembali alat-alat yang kamu ambil dari kotak, kembalikan ke tempatnya semula!". Sejenak Dina terdiam. Ia kembali merengek, "…tapi kan Dina ingin buat sendiri bu… tapi ini kok tidak bisa nyambung, gimana bu?". "Sudah ibu katakan, ibu capek! Besok Ibu belikan saja yang bagus. Ayo beresi kembali!". Keduanya eyel-eyelan, yang kecil ingin diajari dan dibantu ibu, yang tua tidak mau tahu. Hasilnya? Anak frustasi, cengeng, tidak percaya diri, merasa gagal, dan sejumlah sikap yang semestinya tidak disandang Dina yang kreatif. Itu kira-kira sepenggal cerita keluarga malang yang tidak memahami betapa pentingnya bermain kreatif bagi anak. Dunia sepakat, bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain itulah secara tidak langsung anak belajar mengembangkan kemampuan berpikir, bersosialisasi, menempa emosi dan melatih kekuatan fisik dan kelihaian motoriknya. Lebih dari itu anak juga dapat mengenal arti sebuah kawan, perlunya berperilaku sopan, tidak cengeng, dermawan, kenal dengan keindahan, tahu kebaikan dan keburukan, dan lain-lain, dalam istilah sekarang, sangat membantu percepatan pendidikan karakter bagi anak usia dini. Betapa pentingnya bermain, apapun tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan anak usia dini sebaiknya dilakukan dengan cara bermain. Meskipun bukan satu-satunya metode yang tepat bagi pendidikan anak usia dini, bermain menjadi pilihan pertama dan utama dalam mengembangkan berbagai potensi yang terdapat di dalam diri anak. Oleh karenanya tidak heran jika anak yang menderita autis pun dapat dilatih untuk mencapai kepercayaan diri serta keadaan “normal” dengan melakukan berbagai aktivitas bermain. Untuk mengajari anak membaca, menulis dan berhitung (baca: calistung) sebaiknya pendidik juga mampu menggunakan bermain sebagai metode yang dapat memudahkan transformasi kepada anak. Dengan sendirinya, tanpa disadari si anak, ia akan tumbuh manjadi pribadi yang “total” menjadi diri sendiri yang integral. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan dan kesiapan diri sendiri, serta mengatur dan mengelola kebutuhannya dengan penuh percaya diri. Karena setiap anak memiliki potensi kreatif yang dengannya ia menjadi berbeda dengan yang lainnya (divergent), maka hampir dipastikan setiap anak memiliki irama bermain yang berlainan sesuai dengan perkembangan si anak itu sendiri. Umumnya semakin besar fantasi yang bisa dikembangkan oleh anak dari sebuah mainan atau permainan, ia akan lebih lama dan asyik bermain, karena di sinilah letaknya proses kreatif berlangsung. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang dapat menghasilkan pengertian atau informasi, memberi kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak. Jika ditinjau dari segi pengembangan kreativitas, bermain merupakan aktivitas yang memberi peluang kepada anak untuk berswakarya, melakukan dan menciptakan sesuatu dari permainan itu dengan energinya sendiri sehingga tercipta sesuatu yang baru, berbeda dan sifatnya original yang umumnya dapat dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode bermain diperlukan sumber belajar. Sumber belajar adalah segala hal yang dapat mendatangkan informasi belajar bagi setiap yang melihat, mendengar, menyentuh, menyecap, maupun menyium objek tersebut. Mungkin dapat berupa benda–benda visual, auditori, audio-visual, kinestesi, benda-benda budaya, alat peraga, alat -alat permainan edukatif dan lain-lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan perkembangan anak melalui proses komunikasi yang berhubungan dengan sumber belajar. Fasilitas dan sumber belajar yang memadai akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan berekspresi dan daya eksplorasi anak. Fasilitas tidak terbatas hanya di dalam ruangan, tetapi melingkupinya hingga ke luar ruangan. Di dalam ruangan bisa saja berupa sumber-sumber belajar yang berkaitan dengan tema materi yang diberikan. Misalnya dalam mengenalkan nama-nama buah, guru atau orangtua yang kreatif dapat menyediakan alat-alat permainan edukatif berupa model dari berbagai jenis buah, cerita yang berkaitan dengan buah yang ditinjau dari berbagai aspeknya, yang tentunya penyuguhannya disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini, yaitu ceria dan menyenangkan. Kalaupun tidak berupa model, dapat juga memanfaatkan gambar-gambar tentang buah. Hal ini dimaksudkan agar pesan yang disampaikan pendidik tidak bersifat verbalistik, tetapi adanya keterpaduan antara pengalaman dengan kenyataan. Beberapa langkah penting yang bisa dilakukan orang tua atau guru dalam memasilitasi kemajuan kreativitas anak diantaranya: 1. Berikan anak waktu yang cukup untuk bereksperimen menurut kemampuan dan kesiapannya. 2. Sediakan alat-alat dan bahan yang murah dan mudah didapat, misalnya sampah kering bekas wadah-wadah yang tidak terpakai lagi, seperti kaleng, kertas, kardus, kotak sepatu, dan lain-lain. 3. Perhatian bagi guru atau orangtua, jangan sekali-kali berkomentar tentang karya anak, sebelum anak memintanya. Biasanya jika anak hendak meminta komentar, ia akan menunjukkan hasil karyanya. Berikan komentar yang mengandung motivasi agar anak semakin percaya diri bahwa ia Bisa! 4. Jika anak mulai gelisah dengan yang dikerjakannya, bantu ia. Dua menit bagi anak nilainya lebih besar dari investasi sebesar 2 juta di bank. 5. Yakinkan bahwa setiap karya anak tidak dibuang ke tempat sampah atau dibakar tanpa seijin penciptanya. Dibantu saat membereskan dan membersihkan sampahnya. Jika memungkinkan pajang dan beri rak khusus karya anak. Ingat, anak adalah generasi terbaik pelanjut citra Anda! Sehubungan dengan kreativitas merupakan kapasitas untuk membuat hal yang baru maka anak yang kreatif adalah anak yang dapat berpikir atau bertindak mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru. Kemampuan memunculkan dan mengembangkan gagasan, ide-ide baru sebagai pengembangan dari ide-ide yang telah lahir sebelumnya, memecahkan masalah secara divergen sehingga menuntut kreativitas dan partisipasi anak secara aktif. Tidak bisa disangkal bahwa kehidupan di era globalisasi sekarang ini telah menyeret para orang tua dan anak-anak kita—umumnya yang hidup di perkotaan— kepada pemanjaan berbagai kebutuhan hidup yang serba instant. Jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin, tidak menutup kemungkinan hal sepele seperti ini akan menjadikan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan kreativitas mereka, terlebih pada mental spiritualnya, karena akan menyebabkan luluhnya semangat produktivitas dan kreativitas, sehingga lahir generasi konsumeris yang hanya siap memakai atau menikmati ketimbang mencipta dan berinovasi. *) Penulis adalah: Trainer Master Shibyan Training pada Shibyan Kids Center Yogyakarta (www.shibyan-center.com) Spesialis Alat Permainan Edukatif (APE) Berbahan Sederhana untuk pembelajaran AUD Penulis Buku Education Games

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun