Suatu pagi yang senyap, terdengar gerutu alam yang membahana di telinga seorang yang bersemedi di bawah naungan langit legam. Suara itu mirip seorang ibu kharismatik yang tengah menghadapi para anaknya yang saat ini tengah riuh berdebat soal bungkusan yang akan mereka dapatkan sebagai bentuk hadiah terindah atas prestasi anak-anaknya dari ibu pertiwi di hari pesta anak-anak bangsa. Terdengar amat jelas gerutu itu:
Mbok yao kalian itu kalau memang pengen jadi pemimpin sebuah negara, kalian pada belajar jadi negarawan to yo... sebelum bisa jadi negarawan jangan pernah memimpin sebuah negara, itu pesanku! Kalian jangan sekali-kali seperti anak-anak Ya’kub yang iri dengan kelebihan Yusuf!
Tuh, lihat para pendukungmu! Mbok yao masing-masing pendukung kalian juga disuruh belajar bagaimana menjadi warga negara dengan baik... awali dari kalian yang sudah gede-gede, yang sudah pada pinter, yang udah pada tahu, beri mereka contoh yang bagus oleh kalian.... supaya mereka bisa menghormati rahasia negaranya sendiri, bisa menghormati kebebasan semua warganya dalam memilih calon pemimpin dengan tidak berolok-olok, tidak hasut, tidak dengki, tidak fitnah, dan tidak berbuat angkara. Supaya mereka juga bisa menghormati kerukunan yang sudah terbentuk sejak ratusan ribu tahun di bumi ini, serta bisa menghormati dan mempertahankan tatanan yang dulu sulit diperjuangkan sampai kalian pada merdeka seperti ini..
Setahuku, bangsa ini dulu sangat terkenal dengan keramahannya dan terkenal dengan kebersamaannya, bisa saling menghargainya satu sama lain, tapi sekarang seolah hanya tinggal kenangan... kini telah berubah seolah menjadi bangsa yang tersesat dengan kepintarannya yang keblinger, terjatuh karena penglihatannya yang terbawa arus fatamorgana, karam dalam aliran sungai ideologi materialisme yang sangat deras, dan mereka tenggelam dalam lautan kebesaran bangsa yang mereka kerdilkan sendiri, sehingga mereka kehilangan identitasnya, bahkan tidak paham lagi dengan siapa dirinya, atau mungkin sudah tidak ingat lagi dengan siapa itu dirinya...
Mana karakter kalian sebagai bangsa nusantara yang dulu melekat itu, mana??? Yang kutahu kalian sekarang berkubu-kubu dan saling menyalahkan antara yang satu dengan lainnya, padahal bisa jadi kalian semua tak lebih adalah korban, termasuk orang-orang yang diadu domba oleh kepentingan bangsa lain yang berkedok sebagai bangsa kita. Hanya orang-orang yang egois dan merasa paling benar dengan temuan dan perasaannya sendiri yang bisa jadi itu hanya subjektivitas, objektivitas semu yang terarah dalam sebuah grand design penghancuran bangsa kita.
Mbok yao kalian tuh bisa arif dan cerdas menghadapi permasalahan besar bangsa... Masalah Indonesia itu bukan kepentingan perseorangan atau kelompok saja, tapi kepentingan semua warga bangsa. Elegant donk.. Ibu butuh orang-orang besar yang berjiwa besar, bukan orang besar yang berjiwa kerdil..
Mau diapakan bangsa ini kalau sudah bergontok-gontokan? Mau jadi apa bangsa ini kalau rakyat dan para pembesarnya malah ribut urusan kepentingan pribadi dan kelompoknya????
Kalian sadar nggak sih?, kalau kondisi seperti ini mencitrakan bahwa bangsa kita itu sudah sangat rapuh dan tidak ada lagi patriotisme dan nasionalismenya walaupun menamakan diri kelompok "nasionalis"??? Terbukti dengan tidak adanya saling menghargai perbedaan dalam kebinekaan. Tidak adanya lagi kebersamaan dalam membangun peradaban yang dicitakan leluhur bangsa.. Tidak adanya keindahan dan kedamaian dalam perbedaan yang pada dasarnya berharap bangsa ini ke depan lebih hebat dari jaman pak Karno, pak Harto, dan pak SBY..
Mbok yao yang tenang... toh semua sudah ada kontrolnya, kalau ada yang salah juga sudah ada yang berani meluruskan, kalau ada yang keliru juga sudah banyak yang berani membenahi.. Ini kepentingan semua suku bangsa yang bhineka anak-anakku... bukan kepentingan diri-diri kalian sendiri...
Hayo... kedepankan kepentingan bangsa! Jadikan bangsa ini menjadi bangsa yang besar di mata dunia! Jangan kalian terlalu naif dengan predikat negara berkembang terus... naikkan posisi kalian menjadi bangsa yang maju dan berani menghadapi resiko terbesar demi nama baik bangsa kalian sendiri...
Jangan egois! Ibu tak pernah mendidik kalian menjadi anak-anak bangsa yang egois, tetapi yang selalu Ibu tekankan adalah kemaslahatan dan kemajuan dengan cara yang indah dan elegant.. Siapapun yang terpilih, mbok dukung dan bantu dengan bahu-membahu supaya bangsa kita menjadi lebih baik dari sebelumnya...
Ibu hanya bisa berharap, kalian bisa menjadi anak-anak bangsa yang cerdas, kreatif, jujur, disiplin, punya kesiapan mental yang bagus dari dalam diri kalian sendiri, bukan karena kasak-kusuk orang lain yang belum tentu baik bagi kebaikan semuanya...Ingat! saat ini adalah waktu yang tepat untuk kalian buktikan kualitas diri kalian dalam memperjuangkan kemajuan bangsamu sendiri.
Semoga Sang Penguasa Jagat Raya memudahkan niat baik kalian untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar, karena bagaimanapun bangsa ini sangat berpotensi besar untuk menjadi bangsa yang Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafur.. dilihat dari semua syarat dan ketentuan yang diberlakukan dalam ayat-ayat Tuhan kalian...
Salam damai dan sejahtera dari Ibu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H