Mohon tunggu...
Dodolipet Ancemon
Dodolipet Ancemon Mohon Tunggu... -

Pertengkaran timbul karena ada iri hati dan mementingkan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kartu Truf PDIP

2 Agustus 2013   13:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:42 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membicarakan PDIP dan kartu truf, sudah pasti dugaan mengarah kepada sosok Jokowi sang gubernur DKI yg sedang menjadi media Darling.

Dugaan itu 50% benar karena memang pak gubernur DKI tersebut sedang didorong untuk ikut capres pada pemilu 2014 mendatang, bahkan diberbagai forum online, banyak rakyat yg mengharapkan beliau maju sebagai capres 2014 bahkan sudah ada relawan yg menargetkan suara 60 juta untuk beliau. (Sumber). Bagaimana yang 50% lagi ? yg penulis ungkapkan 50% sisanya adalah “NYALI” PDIP sebagai partai yg dengan gagah berani berada diluar pemerintahan, menjadi partai oposisi dari pemerintahan KIB II selama ini

Sebagai partai besar, PDIP lebih bernyali dari partai lainnya seperti Golkar, PAN, PKB, PKS dan lainnya yg bergabung dalam koalisi dengan Demokrat sang pemenang pemilu 2009 lalu.

Koalisi malah dianggap lebih banyak mudaratnya dibanding manfaatnya, karena kaoalisi hanya menghasilkan politik “dagang Sapi” siapa dapat apa dan bagi-bagi kekuasaan dan jatah semata. Dengan menjadi oposisi pemerintah KIB II maka tentukan PDIP sudah merasakan tidak mendapat apa-apa dalam politik “dagang sapi” tsb.

Dengan kombinasi kartu truf 50% Jokowi dan 50% Nyali PDIP, maka selanjutnya apakah PDIP dapat memanfaatkan kedua kartu truf tsb untuk bermain cantik untuk memenangi pemilu 2014 mendatang ? Sudah pasti semua ingin menang dan tidak ada yg mau jadi pihak pecundang dan menjadi oposan terus menerus, begitu pula dengan PDIP tentunya. Pada periode mendatang tentu akan berusaha menjadi pemenang pemilu dan berada dalam pusat pemerintahan dan bukan jadi oposan lagi yg berada diluar pemerintahan.

Jokowi sebagai kartu truf sudah ditangan PDIP karena beliau dikenal sebagai kader yg loyal dengan partainya, undangan sebagai peserta konvensi PD pun sudah ditolaknya. (sumber) Selama 9 bulan Jokowi-Ahok telah menjalankan pemerintahan di DKI dengan bersih, jujur dan pro rakyat sehingga menumbuhkan banyak harapan masyarakat akan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Rakyat sudah apatis dengan pemerintahan yg korup, yang tidak pro rakyat dan berkutat pada lingkaran elite saja, rakyat menginginkan perubahan dan harapan itu terlihat pada sosok Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta  sekarang ini. Selain itu Jokowi juga diyakini tidak punya beban karenatrack-record-nya bagus yg membuatnya tidak terikat dengan masa lalu yg membuatnya melakukan politik “balas jasa”. (sumber). Dukungan terhadap Jokowi tidak hanya sebatas DKI dan sekitarnya, bahkan sudah menjalar sampai keluar P. Jawa. (sumber)

Bagaimana kartu truf Nyali PDIP sebagai partai oposan ?

Berada diluar pemerintahan sebagai partai oposisi apalagi sebagai salah satu partai besar tentu hal ini bukanlah pilihan yang enak untuk dijalani, berada diluar pemerintahan berarti tidak ikut serta dalam hingar-bingarnya menjalankan roda pemerintahan bahkan tentunya hilang pula segala fasilitas dan privilege yang tersedia apabila berada dalam lingkaran pemerintahan. Tidak semua partai besar mempunyai “nyali” untuk menjadi partai oposisi terbukti partai-partai lainnya memilih bergabung dalam koalisi. Hanya yang punya “nyali” dan prinsip yg teguh yg mau mengambil pilihan ini dan PDIP sudah melakukannya.  Selama berada diluar pemerintahan sebagai oposan tentunya PDIP mendapat pengalaman tersendiri.

Dengan kartu truf ditangan, PDIP dapat menjalankan jargon marketing politik spt. ; perubahan, pemerintahan yg bersih & jujur, dan pemerintahan pro rakyat. Memenangi pemilu mendatang dan langsung mengusung capresnya sendiri tanpa koalisi bukanlah hal yg mustahil walaupun perlu kerja keras dan cerdas untuk mewujudkannya.  Dengan Nyali dan pengalamannya sebagai oposisi maka PDIP dapat memutus rantai politik penakut yg bernama “koalisi”. Sudah sepantasnya partai yg kalah dalam pemilu berada diluar pemerintahan sebagai oposisi dan tidak merecoki pemerintah dengan manuver “dagang sapi”nya yg menyengsarakan rakyat.

Kartu truf sudah ditangan, apakah PDIP dapat memainkan-nya secara cantik untuk menang pada pemilu 2014 dan melakukan perubahan ? akan terilhat menjelang pemilu tahun depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun