Seiring berjalannya waktu, saya percaya bahwa ada ribuan kejutan yang semesta siapkan pada setiap insannya. Mengenai pergantian tahun, tentu masing-masing orang memiliki cara tersendiri dalam selebrasinya.
Ada yang menyambut dengan suka cita penuh euporia, adapula yang menyambut kedatanganya dengan biasa-biasa saja. Seperti tahun-tahun yang telah usai, salah satu hal rutin nan sakral bagi saya di tahun baru adalah kembali bercerita dengan goresan pena.
Kemudian, menantikan bagian teristimewa untuk siap melingkari beberapa harapan yang telah berjajar. Itu mendakan bahwa relolusi telah sesuai harapan. Tak penting seberapapun harapan yang berhasil ditaklukan, namun ini tentang seberapa kuat saya perjuangkan.
Siapa sangka, salah satu goresan pena itu diwujudkan oleh pemilik semesta, persentasi bahagianya 180 derejat lebih luas dari sekedar mendapat tanda tangan dosen pembimbing skripsi. Xoxoxo :D
Ya, di penghujung 2018, saya mendapat kado istimewa yang sudah didesain sedemikian indahnya berisikan kesempatan menimbah ilmu secara gratis ke bagian bumi Allah yang diberi nama Benua Biru.
Bahagia? Pasti! Tepatnya bersyukur.
Setelah menelan 1001 kegagalan, kekecewaan yang cukup lara dan beruntun kala itu, saya pernah berada pada titik dimana menganggap diri sebagai manusia yang paling iba. Namun setelah kembali menela'ah dan berjalan dengan keterbiasaan yang ada, kini saya mengimani bahwa tak ada sedikitpun sabar yang sia-sia.
Di tahun ini, ada banyak untaian harapan yang telah tergores oleh pena.
Meski jarak mendefenisikan dengan kuatnya,
Dan Rindu ini menampar dengan hebatnya,
Mendiami Benua Biru tetaplah istimewa.
Tentang Pena dan Perjuangan.
Selamat Tahun Baru 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H