Pertunjukan Masterpiece di Garudha Wisnu Kencana
Semester ini merupakan kuliah lapangan terakhir kami, sehingga kami memutuskan untuk pergi sedikit lebih jauh dari lokasi kuliah lapangan sebelumnya yang hanya seputar Jogja dan sekitarnya. Perjalanan kuliah lapangan ke Bali ini sekaligus menjadi perjalanan pertama saya mengunjungi Pulau Dewata, perjalanan dan kegiatan wisata yang kami lakukan pun cukup menyenangkan meskipun memang cukup melelahkan juga. Kami mengunjungi banyak titik-titik destinasi wisata mulai dari Pantai Kuta, Pantai Melasti dan Garudha Wisnu Kencana. Garudha Wisnu Kencana atau yang biasa disebut dengan GWK Bali ini menjadi salah satu tempat yang memorable bagi saya, lingkungannya, view pemandangan alamnya dan atraksinya bisa membuat saya ternganga dan tercengang karena saking kagumnya. Untuk mengetahui informasi tentang Garudha Wisnu Kencana sudah dapat diakses dari berbagai platform, baik itu media sosial, website milik Garudha Wisnu Kencana maupun website ataupun blog-blog di internet.
Salah satu akses termudah untuk mencari informasi dari GWK Bali ini yakni melalui platform instagram milik Garudha Wisnu Kencana. Pada instagramnya sudah banyak memuat informasi tentang event apa saja yang diadakan di sana, jadwal dari event tersebut hingga harga dan tata cara booking tiket wisata. Garudha Wisnu Kencana tidak hanya menampilkan satu seni petunjukan saja, melainkan lebih dari itu, saya pun baru mengetahuinya. Terdapat berbagai pertunjukan dalam satu hari yang memang kebetulan waktu itu saya mendapati pertunjukan Tari Kecak Garudha Wisnu Kencana.
Akses jalan menuju Garudha wisnu Kencana cukup mudah dilansir dari detikBali.com jika berangkat dari Bandara Ngurah Rai cukup mengikuti rute By Pass Ngurah Rai, kemudian masuk ke Jalan raya Uluwatu hingga memasuki Jalan Kw. Garuda Wisnu Kencana di Ungasan, jika berangkat dari Terminal Mengwi cukup melalui Jalan Raya Denpasar - Gilimanuk, lalu masuk ke Jalan Raya Sempidi, Imam bonjol, hingga ke jalan raya uluwatu yang dapat ditempuh dalam waktu 1 jam dengan jarak 34 km. Perjalanan kami kala itu menggunakan bis sehingga memang memakan waktu cukup lama, kami saja sampai di lokasi sudah mendekati waktu ashar, cuaca di Bali memang sangat panas tetapi ketika mendekati senja, suasana mulai lebih teduh sehingga cocok digunakan untuk walking tour keliling GWK. Ketika memasuki gerbang kami disambut dengan jejeran pedagang dengan dagangan yang unik dan beragam, setelah melalui pengecekan tiket kami sedikit mendaki melalui beberapa anak tangga, sampai diatas terdapat patung Dewa Wisnu lama yang sangat besar, lokasi ini disebut dengan Plaza wisnu yang menyuguhkan pemandangan di bawahnya berupa padang rumput hijau yang diapit banyak tebing.Â
Puas berfoto di atas kami lanjutkan menuju Lotus Pond lokasi yang nantinya akan dijadikan sebagai panggung pertunjukan Tari Kecak, karena masih banyak waktu sebelum pertunjukkan dimulai, kami memutuskan untuk berkeliling GWK. Melewati jalan yang diapit tebing, dilanjutkan dengan jalanan yang sedikit menanjak, ternyata di atas puncak terdapat patung Dewa Wisnu yang baru yang mana berbeda dengan patung lama yang memiliki setengah badan, patung Dewa Wisnu baru ini sudah utuh ditambah dengan menunggangi patung Garudha, patung inilah yang menjadi citra dari Garudha Wisnu Kencana. Area sekitar patung baru ini lumayan luas, terdapat bangunan gedung di bawah patung tersebut yang ternyata terdapat sebuah pameran, sayangnya saya tidak masuk ke gedung karena perlu menggocek uang lebih lagi agar dapat mendapatkan akses masuk ke sana. Karena selain tidak ada yang dapat saya lakukan di lokasi tersebut dan jam sudah menunjukkan waktu pertunjukkan akan dimulai, akhirnya saya memutuskan untuk turun ke Lotus Pond.
Sampai di Lotus Pond sudah dipenuhi dengan lautan manusia, hingga saya dan kawan-kawan perlu berebut tempat dengan wisatawan lainnya. Awalnya saya duduk di rerumputan, akan tetapi karena sepertinya tidak dapat melihat pertunjukan dengan nyaman, maka saya dan kawan-kawan memutuskan untuk naik ke atas tangga dan duduk di sana, berakhir saya terpisah dari kawan-kawan dan duduk di samping rombongan mas-mas yang tidak dikenal karena saking rebutan tempat duduk. Pertunjukkan Tari Kecak GWK ini disebutkan berbeda dari Tari Kecak biasanya, yang mana Tari Kecak di sini mengangkat cerita tentang perjuangan Sang Garudha dalam baktinya untuk menolong Dewi Winata selaku ibunya agar terbebas dari belenggu perbudakan. Penampilan yang disuguhkan seperti alur cerita yang yang tidak biasa, acting sekaligus pembawaan penari dalam menarikan peran masing-masing ditambah dengan properti pendukung membuat pertunjukan ini sukses membuat saya ternganga dan berdecak kagum. Sayang sekali saya kurang beruntung karena HP yang saya bawa sedang rusak dan tidak mau menyala sehingga saya tidak dapat menangkap momen-momen indah itu, dan hanya dapat meminta beberapa foto dari teman-teman saya.Â
Setelah pertunjukan selesai, rombongan kami langsung menuju tempat parkir bis, yang ternyata lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, untungnya bareng dengan banyak rombongan lain jadi kurang terasa jauhnya. Akses menuju pintu keluar sempit yakni jalan yang diapit tebing tadi, dengan berapa ratus orang wisatawan yang berjalan ke arah yang sama sehingga saling berebutan dan berdesakan. Setelah melewati jalan yang berdesakan itu, kami tiba-tiba masuk di sebuah gedung yang berisi pernak-pernik oleh-oleh, tentu kami tidak membeli dan langsung menuju pintu keluar. Menurut pengalaman saya berwisata di GWK Bali ini, atraksinya beragam dan interaktif pula, mulai dari spot foto, seni pertunjukan, pameran, hingga tempat yang disakralkan, selain itu Garudha Wisnu Kencana sangat merepresentasikan budaya Bali dalam produk pariwisatanya. Alur wisatawan menurut saya sebenarnya cukup teratur, dari satu atraksi ke atraksi lain dan ketika menuju pintu keluar diarahkan ke gedung yang berisikan oleh-oleh dengan tujuan agar wisatawan membeli produk oleh-oleh di sana. Akan tetapi kurangnya adalah akses jalan menuju pintu keluar sangat sempit dengan ratusan orang sehingga perlu berdesakan, selain itu penempatan gedung oleh-oleh dinilai kurang efektif karena setelah pintu keluar benar-benar langsung diarahkan ke gedung tersebut dalam satu tempat yang tata letaknya buka seperti pasar akan tetapi seperti barang-barang yang dipajang seperti pameran, sehingga wisatawan tidak fokus pada produk tetapi teralihkan dengan keinginan untuk segera keluar dari tempat yang berdesakan itu. Selain itujarak tempuh parkir bis juga lumayan jauh, karena memang mungkin terkendala luas area dari GWK. Diharapkan GWK Bali dapat terus berimprovisasi lebih baik dalam hal perbaikan akses keluar dan alur wisatawan maupun hal-hal lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H