Mohon tunggu...
Anazkia
Anazkia Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Fansnya Anuar Zain, suka baca buku, suka baking, acap berkicau pendek di Twitter @anazkia dan kadang di anazkia.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kampung Sarjana, 1 Kampung 10 Sarjana

9 Januari 2015   00:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari tulisan saya sebelumnya mengenai Kampung Sarjana (KS) masih banyak yang belum jelas mengenai KS. Lah iya, wong saya nulisnya curcol doang :D. Oke, baiklah. Mengenai Kampung Sarjana, ini adalah nama sebuah komunitas (doakan kelak ia menjadi sebuah yayasan) yang diinisiasi oleh teman-teman Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dari  fakultas MIPA terdiri dari Kak Ihsan, Kak Titia, Kak Gita, Kak Dinda, Kak Indra, Kak Ellys, Kak Solihun dan Kak Puji. Komunitas ini dibentuk atas dasar kepedulian teman-teman UNJ terhadap Kampung Cibuyutan yang selama ini hanya dijadikan tempat bakti sosial tanpa ada program berkelanjutan. Kenapa di Cibuyutan sering diadakan bakti sosial? Kampung Cibuyutan, Desa Sukarasa, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor ini cukup terisolasi. Berada di antara Gunung Sungging dan Gunung Langgar, desa ini belum tersentuh pembangunan. Baik jalan, maupun pencahayaan. Pencahayaan sendiri di Cibuyutan kini menggunakan tenaga surya. Kalau musim hujan seperti ini, biasanya tidak menyala karena tidak ada penyimpanan tenaga surya. Untuk mencapai ke Kampung Cibuyutan, kita harus menempuh perjalanan kaki selama dua jam. Ada kendaraan motor yang bisa mencapai Cibuyutan, tapi saya pribadi jujur masih mending jalan kaki dari pada naik motor. Jalannya berbukit-bukit, sepanjang jalan dipenuhi bebatuan. Hal inilah yang menjadikan Kampung Cibuyutan terisolasi dan akhirnya banyak dari berbagai LSM, komunitas maupun organisasi mengadakan bakti sosial. Kerapnya bakti sosial tanpa tindak lanjut inilah yang akhirnya "melahirkan" komunitas Kampung Sarjana. KS dibentuk pada 25 Februari 2013. Tujuan KS adalah membentuk 1 kampung 10 sarjana. Saat itu program yang dimiliki oleh mereka adalah kakak asuh dan celengan sarjana. Di mana kakak asuh yang mau menyumbang Rp. 50.000/perbulan, maka sudah bisa membantu adik-adik di kampung Cibuyutan untuk terus bersekolah. Rincian uang Rp. 50.000 tersebut adalah, Rp. 30.000 untuk adik asuh dan Rp. 20.000 digunakan untuk keperluan kelas sarjana. Sekarang, KS memiliki anak didik pasca Sekolah Dasar (SD) sebanyak 13 anak. Mereka tersebar di daerah sekitar Bogor menempuh belajar baik di sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Dan harapan besar teman-teman KS adalah 13 anak ini akan belajar sampai perguruan tinggi dan menjadi sarjana. 26-28 Desember lalu, KS mengadakan Festival Kampung Sarjana (FKS) dengan tema Cakrawala Ilmu untuk desaku, tujuan diadakannya FKS adalah supaya adik-adik binaan di Kamung Cibuyutan mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi di depan umum. Dalam FKS kemarin, disediakan stand-stand dengan berbagai tema. Stand Kesehatan Stand ini bekerja sama dengan volunteer doctor. Ini serupa dengan Aksi Layan Sehat (ALS) di mana di sini diadakan pemeriksaan kesehatan untuk warga Kampung Cibuyutan juga anak-anaknya. Untuk pendaftaran dan pengukuran tinggi badan dilakukan oleh adik-adik binaan KS. Di sinilah adik-adik binaan dilatih untuk berkomunikasi yang baik dengan banyak orang tanpa rasa malu. Stand Pameran Stand ini khusus untuk warga. Berisi tentang teori-teori pertanian yang dijelaskan oleh volunteer dari KS. Stand Indonesia Stand Indonesia diisi dengan papan ular tangga besar berukuran 6x5 satuan kotak dengan dengan menggunakan dadu besar. Cara mainnya seperti biasa, melempar dadu kemudian adik-adik berjalan sesuai dengan dadau yang tertera. Setiap berhenti, adik-adik akan diberi pertanyaan-pertanyaan seputar Indonesia. Kembali, yang menjaga stand ini adalah adik-adik binaan KS. Stand Sains Stand sains dikhusukan untuk anak-anak. Berisi berbagai kegiatan uji coba sains sederhana seperti, percobaan gunung meletus, percobaan bom busa, percobaan balon ajaib dan percobaan lampu larva. Nah, untuk percobaan lampu larva, dalam prakteknya ini ditiadakan karena gagal. Ada juga permainan puzle tangram. Sabtu 27 Desember 2014. Sejak pukul sembilan pagi kami sudah berkumpul di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahussholah II tempat FKS akan diselenggarakan siangnya. Inilah satu-satunya sekolah yang ada di Cibuyutan. Tak hanya kami yang berkumpul, tapi ada juga adik-adik Cibuyutan yang tak segan untuk membantu. Menjelang pukul satu, adik-adik mulai berdatangana. Beberapa adik-adik yang akan menjaga stand sains mulai diajarkan mengenai petunjuk teknis stand. Kebetulan, saya berada di stand sains dengan uji coba balon ajaib. Bersama dengan Ocep, Doni dan Yayan. Di stand balon ajaib, adik-adik banyak yang tertarik dan juga terkesima ketika melihat balon yang diletakan di atas botol berisi cuka dan balonnya diisi soda. Mereka antusias dan bertanya, "Kenapa balonnya bisa ngembang tanpa ditiup?" Menjalang pukul tiga, tak hanya adik-adiknya yang datang, tapi juga para orang tua juga warga sekitar Cibuyutan untuk datang ke stand kesehatan. Acara ini selesai sampai pukul 16.30 sore. Tapi tak berhenti sampai di sini, karena malamnya masih ada ceramah agama, penampilan khosidah dari warga Cibuyutan dan pembagian sembako untuk warga. Selama kegiatan berlangsung, saya pribadi tertegun-tegun menyaksikan warga yang dengan suka rela datang ke sekolah. Salut luar biasa. Sabtu itu, dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam hari hujan turun tak berhenti. Warga berbondong-bondong datang dengan mebawa payung dan memakai sepatu both. Tanah di Cibuyutan kurang bersahabat ketika hujan. Tekstur tanah yang seperti lempung, membuat sandal atau sepatu yang kita pakai bisa bertambah 5-6 cm setiap beberapa langkah. Malamnya, lampu alhamdulilah menyala meski tidak lama karena minimnya simpanan tenaga surya. Untuk acara ceramah dan khasidah sendiri panitia sudah menyewa diesel dengan salah seorang warga. Tak semua warga memiliki diesel. Hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya. Hari yang melelahkan, karena paginya butuh waktu dua jam jalan kaki untuk menuju ke Cibuyutan. Tapi saya dibayar mahal, bahkan sangat mahal melihat antusiasme warga dan juga adik-adik Cibuyutan. Kesederhanaan dan kesahajaan mereka, itu menjadi bayaran termahal saya. Saya, belajar banyak dari mereka. Betapa dengan kesederhanaan yang mereka punya, mereka tetap menghargai tamu. Betapa dengan fasilitas yang sangat minim, adik-adiknya tetap semangat untuk menuntut ilmu. Alhamdulilah, bersyukur bisa mengenal dan ikut serta kegiatan Kampung Sarjana. Semoga ini bukan untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

Persiapan-persiapan

Serius amat, Kak? :P

Bikin pelita juga

Pada serius nyobain

Lihat ekspresi Aan :)

Dan mereka gembira melihat balon yang ngembang :)

Permainan puzle tangram

Kak Linda serius menerangkan mengenai pertanian kepada warga

Kak Aida ngapain? :)

Ngantri di stand kesehatan untuk mendaftar

Foto bareng volunteer doctor sebelum mereka pulang :)

Sampai berjumpa lagi :)

Disalin dari anazkia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun